Happy Reading🤗🤗
Jangan lupa tinggalkan jejak 😇✨
_----------------_--------------_--------------_---
Artea sibuk berkutat dengan buku-buku miliknya, gadis itu mulai kualahan mengitung semua rumus matematika yang ditugaskan gurunya sebelum izin keluar lebih awal dari jadwal seharusnya.Menyebalkan. Tidak semestinya guru itu meninggalkan tugas rumit disaat ia tidak bisa mengajar seperti ini. Lihat bagaimana efeknya, kelas kacau, para siswa kelabakan mengerjakan tugas itu sebelum jam deadline, lalu berujung hukuman jika tidak mengerjakan.
Ironisnya, lagi-lagi murid yang disalahkan. Tidak patuh pada guru, tidak bertanggung jawab, dan tuduhan lain sebagainya. Mungkin, besok murid-murid memang harus berbicara frontal pada para guru macam begini agar mereka tersadar dari belenggu jiwa selalu ingin benar.
"Ar, lo udah dapat rumus nomor tiga belum?" tanya Mera tiba-tiba.
"Belum." Singkat Artea sambil mengetik angka-angka pada kalkulator ponselnya.
Mera memasang tampang lesu mendengar jawaban Artea, sebelum akhirnya tidak ada perbincangan lagi antara keduanya. Sama-sama sibuk dengan tugas.
Artea berusaha tenang mengerjakan soal-soal itu saat mengetahui jika waktu deadlinenya hanya bersisa 15 menit lagi. Awalnya, ia memang tidak terusik sedikitpun dengan keadaan riuh ramai dikelasnya. Namun, ketenangan Artea harus hancur akibat ketiga biang rusuh yang tiba-tiba muncul didepan mejanya.
Ketiga biang kerok itu membuat senyum seramah mungkin didepan Artea, membuat gadis itu memutar bola matanya malas lalu berkutat kembali pada bukunya.
Mungkin, ketiga lelaki itu memang betul tidak waras. Lihat bagaimana kelakuannya saat ini, mereka merentangkan tangannya lebar-lebar hingga ketiganya mengelilingi meja Artea dan Mera. Oh, jangan lupakan wajah konyol mereka yang tampang disana.
"Ngapain lo pada?!" Tanya Mera, judes.
Ketiga lelaki itu tersenyum konyol, saling memandang satu sama lain seperti orang bodoh lalu merebut pensil milik Artea dari jemari gadis itu. "Mau silaturahmi sama pacar dong." kata Lolok menggoda Artea.
Artea mendelik tak suka kearah lolok, membuat Dani dan Karman tergelak ditempatnya. "Balikin gak!!" galak Artea.
"Ulu-ulu, makin gemes deh. Uwuuu!" timpal Karman sambil mencubit pipi Dani yang sengaja dikembungkan oleh empu-nya, meledek Artea.
Amarah Artea meningkat cepat melihat tingkah biang kerok didepannya ini. Ingin rasanya ia menjambak rambut ketiganya sekarang juga jika saja ia tidak teringat dengan tugas matematika, menariknya sekuat tenaga sampai kulit kepalanya lepas jika perlu.
"Artea cantik, aku boleh liat tugasnya gak? Kepala aku rasanya mau pecah, nyari rumus sampai ke gua harimau tetap gak ada."
"Bagus! Kenapa gak pecah sekalian?" sahut Artea berusaha santai.
"Ihh, kok Artea gitu sih sayang. Nanti cantiknya ilang. Iyakan, Le?" Kata Dani, membawa Ule.
Lelaki bernama Ule itu menoleh kearah mereka, merasa terpanggil. Ia menatap Artea yang masih sibuk dengan bukunya, "Artea gue emang cantik." Kata Ule menaikturunkan alisnya, menggoda Artea.
Ule tersenyum kuda ditatap tajam oleh Artea seperti itu. "Gue jelek, sori!"
Ule berdiri dari duduknya, menghampiri kursi Artea lalu mensejajarkan wajahnya disamping Artea. "Itukan kata lo, menurut gue lo cantik."
Artea diam, masih sibuk dengan soalnya. "Lain kali, kalo mau uji coba kata-kata mutiara ala fuckboy jangan ke-gue!"
"Lo tau gak Ar, kenapa gue gak jadi ketua kelas?" Tanya Ule.
KAMU SEDANG MEMBACA
LO(W) FAT {COMPLETE}
Novela JuvenilJika rasa parno orang-orang akan bersangkut paut akan hal horor dan mengerikan, maka gadis itu terkecuali. Jika kelemahan orang-orang bersangkut paut dengan rasa tidak suka terhadap sesuatu yang ia angggap kelemahan, maka gadis itu tidak termasuk...