Holaaaaa!!!
Ada yang menunggu?
Ayo sini merapat. Tapi jangan pelit ya, tinggalkan jejak agar aku tetap mendapatkan semangat dari antusias kalian :)
DON'T BE SILENT READERS!
Borahae ♥
-------------------------------------------------Suasana meja maka pagi ini lebih hening tidak seperti hari biasanya. Pagi-pagi sekali, ayah Artea sudah berangkat kekantor untuk membantu menyiapkan bahan meeting bersama klien barunya nanti. Bang Medi juga berangkat lebih awal hari ini untuk melakukan tugas observasinya.
Jadilah, hanya ada Artea dan mamanya yang memenuhi kursi meja makan. Ah ralat—hanya ada Artea yang setia duduk disana, mama Artea masih berkutat dengan masakannya diatas kompor.
Sejak tadi, yang dilakukan oleh Artea hanya mengutak-atik layar ponselnya. Entah apa yang ia lihat disana sampai seluruh perhatiaannya teralihkan pada benda pipih itu.
"Te!" panggil sang mama.
Tidak ada sahutan atau sekedar deheman dari Artea. Gadis itu bahkan tidak menyadari panggilan mamanya.
"Tea!" panggil mamanya lagi, lebih tegas kali ini. Mungkin amarahnya sudah naik dua tingkat dari sebelumnya.
Artea berdehem pelan tanda ia menanggapi, fokusnya belum teralihkan. Ia masih menatap layar ponselnya dengan posisi yang sama.
"Mbok yo kalo di panggil tuh samperin kenapa sih, Te! Dipanggil orang tua kok susahnya minta ampun!" Ah—ternyata sudah naik lima tingkat.
Mendengar nada bicara mamanya yang sudah berubah membuat Artea cepat-cepat menutup layar ponselnya lalu melesat pergi menghampiri mamanya, dengan cengiran yang menurut mamanya menyebalkan tentu saja.
"Ada yang bisa di bantu, ibunda?" tanya Artea, masih dengan cengirannya.
"Ibunda-ibunda. Tuh air sudah mendidih, pindahin ke termos! Gak dengar aja kalo orang tua panggil!"
Artea menuangkan sedikit demi sedikit air panas itu ke termos, "Dengar ma. Buktinya, Tea yang masukin airnya ketermos 'kan?"
"Lawan aja kalo dibilangin!"
Menyebalkan memang.
"Ma, nanti Tea berangkat naik apa?" Tanya Artea.
"Naik angkot lah, naik apa memangnya?"
Wajah Artea berubah murung. "Sempit ma, sesak juga. Apalagi pagi begini. Ramai banget pasti." rajuk Artea.
"Belagu aja kamu ini. Yang ada penumpang lain yang sesak kalo kamu naik angkot."
"Kok gitu?"
"Iya, orang oksigennya kamu hirup semua." kata mamanya sambil meledek Artea dengan menghirup udara besar-besar dari mulutnya.
Raut wajah Artea berubah kesal seketika, pipinya memerah seperti akan meledak. "Mama gak asik!" tukasnya lalu merampas tas miliknya di atas meja makan.
"Aku berangkat."
- o0o -
Artea sampai disekolah pukul 07.10 pagi. Gerbang sekolahnya sudah tertutup rapat, bahkan terkunci dari dalam. Artea sudah memprediksi bahwa berangkat menggunakan angkot akan membuatnya telat seperti ini. Ralat—sangat telat, tolong digaris bawahi.
"Pak!" teriak Artea sambil melambaikan tangannya kepada pria paruh baya yang sedang berdiri didekat lapangan outdor.
Beberapa kali Artea berteriak akhirnya pria dengan seragam khas satpam itu menghampiri Artea. "Waduh neng! Telat sekali datangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
LO(W) FAT {COMPLETE}
Dla nastolatkówJika rasa parno orang-orang akan bersangkut paut akan hal horor dan mengerikan, maka gadis itu terkecuali. Jika kelemahan orang-orang bersangkut paut dengan rasa tidak suka terhadap sesuatu yang ia angggap kelemahan, maka gadis itu tidak termasuk...