Lo(w) Fat | Delapanbelas

451 57 9
                                    

Tips : Listen the music on there or if you have that song, please listen it and keep reading this part. Thank you :)

Happy reading📚

DON'T BE SILENT READERS, PLEASE!

-----------------------------------------------

Terjadi kesalahan disini, seharusnya Artea tidak perlu susah payah menelusuri setiap sudut sekolah hanya untuk mencari sosok Rabaga, bukankah tadi Artea bilang bahwa cowok itu adalah pengganggu?

Tetapi kini langkah kakinya belum berhenti mencari sosok itu. Sulit sekali dan Artea hampir menyerah ketika sampai di depan pintu kolam renang. Lorong yang sepi membuat suara riak air dalam ruangan itu terdengar keluar. Artea mengatur napasnya agar tenang sebelum memberanikan diri masuk ke dalam, mencari tahu siapa disana, dengan perlahan tanpa suara.

Namun Artea langsung terkesiap ketika melihat Baga mengambang dengan tenang di tengah kolam renang, telentang dan menutup matanya. Artea diserang rasa panik tentu saja, gelagapan mencari sesuatu untuk menarik cowok itu, dan berakhir sia-sia.

“Hei! Cowok gila!” Artea diabaikan. “Jangan bercanda dong! Lo dengar gue 'kan?! Hei!”

Artea tidak tahu apa yang Baga lakukan, membiarkan dirinya mengambang ditengah kolam berkedalaman 150 centimeter, dan tertidur. Cowok itu bosan hidup atau apa? Artea menatap sekelilingnya, kemudian berlari menuju bilik ganti.

“Rabaga!” Artea mendengus ketika cowok itu masih mengabaikan dirinya, Artea berjalan pelan di dalam air untuk menghampirinya.

“Kalau lo bosan hidup, jangan melakukan hal konyol dengan bunuh diri dilingkungan sekolah,” Artea menghela napas, “seenggaknya cari tempat yang memang angker gitu.”

Tidak ada respon, bahkan ketika Artea sudah berada di dekatnya, Baga masih bergeming. Dari sini, dengan jarak sedekat ini dan Baga tidak mengenakan pakaian atasnya, Artea dapat melihat lekukan tubuh atletis cowok itu tanpa celah. Dan, ya, tentu saja, kaki Artea mungkin meleleh jika berpijak ditanah. Baru kali ini Artea merasakan damai, berada didalam air memang menenangkan tapi kali ini rasanya sangat berbeda.

Artea tidak mahir berenang, tapi ia suka berada dalam kolam renang—walau hanya mencelupkan kaki atau berendam di dekat tangga kolam renang agar ia dapat berpegangan jika sewaktu-waktu keseimbangannya goyah. Dan sekarang Artea berdiri jauh dari pinggir kolam, memandangi kedamaian Baga, juga menikmati kedamaian yang tercipta diantara mereka.

“Kalau gue boleh jujur,” Baga tiba-tiba buka suara lalu menghela napas, “selain udara segar pegunungan, air membuat gue tenang didalamnya. Seakan masalah yang gue lalui tiap waktu tenggelam, menyelamatkan gue, membawa gue ke permukaan.” Baga membuka mata perlahan lalu merubah posisi menjadi berdiri dihadapan Artea.

“Gue nggak akan bunuh diri dalam air, asal lo tahu.” Baga menipiskan jarak mereka, dan Artea takut terjadi suatu yang buruk bila melangkah mundur dalam air sehingga ia diam saja.

“Karena ada hal penting yang harus gue jaga dalam air,” katanya.

Artea mencoba mengerti, namun tidak. Tidak bisa. Artea sama sekali tidak mengerti perkataan Baga, cowok gila ini seolah bicara misterius dan Artea tidak menyukainya apalagi dengan posisi sedekat ini.

“Lo tahu, gue sangat, sangat, sangat menyesal sekarang. Karena menghampiri lo di tengah kolam dan berakhir mendengar ocehan nggak jelas dari lo,” ujar Artea sarkas.

Artea berbalik, berniat keluar dari sana dengan cepat, namun keseimbangannya goyah membuatnya oleng dan hampir saja tenggelam kalau saja tangan Baga tidak cepat merengkuh pinggangnya.

LO(W) FAT {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang