Hari ini adalah hari ulang tahun Alphino yang ke-17. Putra bungsu dari pasangan Indra dan Anala, yang tak lain adalah sepupu Laksana. Ulang tahunnya dirayakan kecil-kecilan, mengundang teman dekat dan keluarga inti saja. Kebetulan Alphino dan Pradana juga bersahabat sejak mereka satu sekolah.
"Makasih banyak, Pak," ucap Laksana sembari memberikan beberapa uang tunai untuk membayar taksi yang mengantarnya ke rumah Anala.
Mobil taksi itu kembali melaju meninggalkan Laksana dan Pradana yang masih berdiri tegak. Dari seberang rumah, terlihat seorang gadis melambaikan tangan kepada mereka. Laksana tidak mengenalnya, tetapi Pradana membalas lambaian tersebut disertai senyuman sumringah.
Gadis itu kemudian menyeberang dengan hati-hati. Memakai celana cokelat muda, kemeja berwarna senada berlapis rompi rajut. Cantik sekali dengan riasan naturalnya.
"Kamu ngado apa?" tanya gadis itu, matanya sesekali melirik kepada kantong kertas dalam digenggaman Pradana.
"Rahasia!" seru Pradana sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat si gadis kesal hingga memajukan bibirnya.
"Eh, iya. Kenalin, ini Abang aku, namanya Laksana. Abang, ini sahabat aku di sekolah, namanya Andara." Pradana selaku penengah antara kakak dan sahabatnya saling dikenalkan.
Laksana merasa tidak asing dengan wajah itu, tampak mirip seseorang yang ia kenal dekat. Sama halnya dirasakan oleh Andara, sepertinya dirinya pernah mendengar nama itu.
"Oh! Temennya A Nandi, ya?" tebak Andara.
Benar dugaannya, gadis itu lumayan mirip dengan Anandika, hidung dan bentuk bibirnya yang mencolok. Meski Laksana telah mengenal Anandika cukup lama, tetapi dirinya tidak pernah mengenalkan keluarganya. Di rumah pun Laksana dan Pradana jarang bercerita tentang teman sekolah.
"A Nandi pernah nyeritain Kakak, katanya Kakak dipecat dari kepolisian, ya?"
Laksana tersentak mendengarnya. Lantas ia merubah raut wajah ramah menjadi datar, kalimat itu cukup menyinggung perasaannya. Beruntung kekesalan Laksana sudah diwakilkan oleh adiknya yang mencubit lengan Andara.
"Kurang ajar!" sentak Pradana.
Andara terkekeh tanpa rasa bersalah. Gadis itu memandang Laksana sejenak, menilik setiap lekukan di wajah Laksana.
"Kak Laksana ini mirip sama seseorang, deh."
Kedua alis Laksana terangkat. Seumur hidup, belum pernah menemukan seseorang berwajah mirip dengan dirinya. Kalau saja ia menemukan, sudah pasti Laksana akan langsung menginterogasi apakah orang itu adalah kakak kembarnya atau bukan. Sontak Laksana mempertipis jarak, kedua tangannya sedikit mencengkeram bahu Andara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detention : Perjuangan Mencari Sang Pemberani
Mystery / ThrillerLaksana merasa bertemu kembali dengan kakak kembarnya yang hilang akibat bencana tsunami Aceh 2004 silam. Namun, Gevano-yang ia duga sebagai saudaranya-sama sekali tidak mengingat masa kecilnya, bahkan Laksana sekalipun. Akankah Laksana bisa membuat...