12. Ingatan yang Kembali

21 2 0
                                    

Sore itu, Laksana mengajak Gevano menginap di rumahnya dengan satu syarat, yaitu Gevano harus membawa boneka beruang yang Laksana temukan di atas lemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu, Laksana mengajak Gevano menginap di rumahnya dengan satu syarat, yaitu Gevano harus membawa boneka beruang yang Laksana temukan di atas lemari. Menurut Gevano, boneka itu tidak memiliki keistimewaan khusus, ia menyimpan hanya sebatas menghargai pemberian orang tuanya.

Akan tetapi, dengan imbalan Laksana ingin menunjukkan arti kasih sayang seorang ayah, Gevano pun menyetujuinya. Lagi pula, Gevano saat ini sangat penasaran dengan peran seorang ayah. Ia ingin menjadi ayah yang baik, di satu sisi dirinya tidak bisa mendapatkan contohnya dari siapa pun.

"Aku izin Abin dulu, ya. Kamu duduk aja dulu di sana," suruh Laksana menunjuk kursi di selasar rumah. Keduanya telah tiba di pekarangan rumah Anatra beberapa menit lalu.

Gevano menurutinya. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah, banyak tumbuhan kecil yang tumbuh membuat hatinya senang. Gevano paling cinta dengan tanaman.

Tak lama, Laksana kembali ke depan rumah hendak menjemput temannya, kali ini dibuntuti oleh Anatra. Lantas Gevano langsung bangkit berdiri. Ia mengulurkan tangan, hendak mencium tangan orang tua temannya.

Anatra memandangi Gevano dari ujung rambut hingga ujung kaki. Lelaki seberangnya itu memeluk sebuah boneka, membuat Anatra salah fokus sampai menautkan kedua alis. Sebelumnya Laksana menceritakan secara singkat tentang boneka tersebut di dalam kepada ayahnya.

Anatra ikut merasa ganjal terhadap boneka itu. Sama percis seperti milik Laksamana yang diberikan untuk Laksana saat bencana tsunami. Pasalnya Anatra yang membelikan untuk Laksamana di hari ulang tahunnya yang kedua, sementara Laksana ia berikan sebuah mobil mainan. Bukan bermaksud membedakan, tetapi dua benda itu adalah mainan yang dipinta oleh anak-anaknya.

Pria itu melempar pandang dengan Laksana. Anatra merasa tidak seperti melihat orang lain, batinnya mengatakan jika lelaki ini adalah anaknya yang hilang sejak 2004 lalu.

"Pak, saya Gevan, sahabatnya Laksana. Dia ngajak saya mengin-"

Ucapan Gevano terpotong begitu Anatra memeluknya secara tiba-tiba. Setetes air mata diam-diam lolos membasahi pipi pria itu. Sementara Gevano merasa kikuk. Meskipun bukan pertama kali bertemu, tetapi ini kali pertama Gevano berinteraksi secara dekat dengan Anatra.

Anatra merenggangkan pelukannya sembari menghapus air mata. Seharusnya tidak boleh gegabah dan berlebihan, pikirnya. Bisa jadi perasaan ini hanya karena Anatra sudah terlalu rindu, sehingga menganggap siapa pun yang memiliki boneka tersebut adalah putranya.

"Maaf, Nak Gevan. Saya hanya, saya hanya terharu karena kamu selamat dari kasus penangkapan itu," ucap Anatra terbata-bata.

Gevano tersenyum kikuk, tetapi ia bisa memakluminya. Kasus kemarin benar-benar membuat seluruh penjuru Indonesia gempar. Empat orang mahasiswa yang nekat mengambil data dari kepolisian tentang kasus pembunuhan, berakhir menjadi buronan negara dan tertangkap oleh sekelompok pembunuh bayaran.

Detention : Perjuangan Mencari Sang PemberaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang