2. Tak Sengaja

82 7 0
                                    

Setelah Salma pergi, Arsy segera keluar dari kelasnya dan melangkah
menyusuri koridor sekolah yang lumayan ramai. Bahkan ada beberapa adik kelas yang menyapanya, meskipun mereka tak saling kenal.

"Kak!" Sapa beberapa siswi yang berpapasan dengannya.

Arsy membalasnya dengan senyum ramah kepada semua orang yang juga tersenyum padanya. Ia merasa cukup lega karena murid murid disini tidak sombong.

"Ini mading," ia berucap pada dirinya sendiri saat ia sampai di dekat Mading, Arsy mengedarkan pandangannya hingga ia melihat Tulisan Laboratorium dari kejauhan.

"Ini labor, terus ... nah! Itu dia perpustakaan nya," gumamnya.

Baru hendak melanjutkan langkah, sebuah suara justru membuatnya membalikkan tubuh dan mendapati buk Lita sedang berjalan ke arahnya.

"Arsyla!"

"Iya buk, ada apa ya?" Tanya Arsy saat buk Lita tiba tepat di hadapannya.

"Ini, tadi ibuk lupa ngasih ini ke kamu," ujar buk Lita sembari memberikan sebuah card yang bertuliskan Kartu Perpustakaan.

"Terimakasih ya buk," ucap Arsy sembari meraih card tersebut.

"Iya, sama sama," sahutnya.

"Yaudah buk, kalau gitu saya pamit dulu ya buk, assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," sahut buk Lita sebelum Arsy melangkah pergi.

Setelah lama Arsy berkeliling di perpustakaan yang cukup luas ini, akhirnya ia berhasil menemukan buku buku sejarah yang ia cari. Arsy keluar dari perpustakaan sembari membawa lima buah buku dengan halaman yang cukup tebal dengan berbagai macam judul.

Dapat ia rasakan bahwa buku yang ia bawa cukup berat, ia segera melangkah menuju kantin dengan segera. Pasti Salma sedang menunggu dirinya sejak tadi, Arsy membelokkan tubuhnya di koridor yang mengarah ke kantin.

Brukkk


Arsy tak sengaja menabrak seseorang karena belokkan yang pasti berbatasan dengan tembok, yang menyebabkan buku buku yang ia bawa berserakan di lantai.

"Aduhh, maaf ya kak, saya nggk sengaja," ujar Arsy meminta maaf kepada sosok laki laki yang ia tabrak barusan.

"Lo punya mata?" ujar laki laki itu yang sama sekali tak menjawab permintaan maaf nya.

"Ya Allah, ketus banget sih ngomong nya, kan aku udah bilang maaf," batin Arsy seraya menunduk menatap ujung sepatu laki laki itu.

"Kenapa diam?" Ujar cowok itu yang membuat Arsy tersentak dan mengangkat pandangannya.

"Ngutuk gue dalam hati?"

"Kok dia tau sih" batin Arsy, apa dia seorang cenayang.

"Cabut!" Seru laki laki itu pada teman temannya, kemudian ia berlalu pergi di ikuti antek anteknya.

Arsy hanya dapat menyumpahi laki laki itu dalam hatinya. Laki laki itu memang tampan, Arsy akui itu. Ia memiliki alis yang tebal, hidung yang mancung, dan tatapan mata setajam elang. Namun aura dingin yang ia pancarkan justru membuatnya terlihat sangar dan menyeramkan.

Rajawali (Empat Mata Elang) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang