Saat laki laki itu telah membuka helm nya, Arsy hanya bisa terdiam saat tahu sang pemilik motor adalah Elang, Ia kira yang datang adalah Raja, tapi harap hanya sekedar harap, laki laki itu bahkan tidak mengejarnya.
"Naik!" Ucap Elang, namun Arsy masih tak bergeming dari posisinya.
Elang lantas menghela napas pelan dan turun dari motornya.
"Lo kenapa?" Arsy mengangkat kembali wajahnya untuk menatap Elang.
"Masalah Mawar?" Arsy tentu saja menggelengkan kepalanya, hal ini tidak ada hubungannya dengan Mawar.
"Terus?" Arsy masih tak menanggapi ucapan Elang.
Arsy terkejut saat tiba tiba kedua tangan Elang memegang bahunya dan membawanya untuk berdiri.
"Apapun masalah Lo, Lo harus bisa hadepin, jadi adik gue nggak boleh cengeng!" Ucap Elang sembari menatap tepat di manik mata gadis itu.
Sakit, itulah yang sedang dirasakan oleh seorang Elang. Apalagi saat dirinya harus mengatakan 'adik' pada Arsy, seseorang yang ia cintai.
"Takdir ini sangat menyakitkan buat gue Ar," batinnya sembari menatap Arsy dengan teduh.
"Kita pulang," Arsy menganggukkan kepalanya yang membuat Elang dengan spontan mengusap puncak kepala Arsy.
Setelahnya mereka pergi bersama dengan motor kawasaki ninja itu yang menghilang dari pandangan Raja. Yah Raja, sedari tadi laki laki itu ada di sana. Setelah Arsy berlalu begitu saja melewatinya, Raja sebenarnya tidak diam saja, ia turut berlari mengejar Arsy.
Namun saat tiba di sana, langkahnya justru dihentikan dengan sebuah motor yang berhenti tepat di depan Arsy. Raja memutuskan untuk tetap di sana, berdiri sembari memperhatikan Arsy dan Elang dari kejauhan.
Ia hanya dapat menyunggingkan senyum miring saat menyaksikan betapa akrabnya kedua anak manusia itu meski Raja tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Mengapa situasi seperti ini yang harus Ia hadapi? Apa tak cukup Ia kehilangan Ibu, Adik dan kebahagiaan masa kecilnya.
Dan sekarang, Ia justru harus kehilangan sahabat kecilnya yang kini sudah memenuhi relung hati nya. Sosok gadis yang polos, padahal sebenarnya Ia tak culun dan tak mudah untuk ditindas.
Sosok gadis yang berhasil membuat seorang Raja tersenyum dan tak henti hentinya tersenyum saat teleponan dengan gadis itu. Gadis yang seringkali membuat Raja merasa khawatir.
Apakah kedekatan mereka selama ini hanya sebuah kisah singkat untuk mengisi cerita yang rumpang. Apa semua kenangan itu memang harus berakhir disini? Tapi mengapa harus dengan sahabatnya.
Raja sadar, mungkin kebersamaan mereka selama ini belum bisa membuat Arsy menaruh hati padanya. Raja juga bukanlah seseorang yang romantis, apalagi humoris. Status teman masa kecil juga tidak semudah itu untuk bisa menjadi alasan tumbuhnya sebuah rasa bukan?
"Apa ini waktunya buat gue nyerah Ar? Apa kali ini gue yang akan melambaikan tangan dan ngucapin selamat tinggal lebih dulu?" Batinnya.
"Lo tenang aja Ar, gue nggak sepenuhnya pergi kok dari Lo, gue tetap Rajawali Lo dan juga Lisa,"
"Gue akan jaga dan pantau Lo dari jauh, selagi Lo sedang dalam situasi yang nggak baik baik saja seperti sekarang, gue masih takut bokap dan nyokap gue nekad sama Lo," Batin Raja sembari menatap ke tempat dimana Arsy terduduk sembari menunduk hingga Elang tiba.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 19. 30 malam, keluarga Arsy sedang makan malam bersama di ruang makan. Arsy sudah tak mengenakan maskernya semenjak pulang sekolah, Ia hanya menutupi bekas puja lebam di pipinya menggunakan bedak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajawali (Empat Mata Elang) ✓
Novela Juvenil(Romansa - Putih abu abu) Arsyla Alesha Damara adalah seorang siswi baru pindahan dari semarang. Hari pertamanya di sekolah mempertemukan dirinya dengan Samudra, seorang ketua OSIS tampan yang tanpa ia sadari tertarik padanya. Tabrakan kecil di kor...