Mata Arsy perlahan terbuka karena terganggu oleh sinar matahari yang masuk melalui celah celah udara. Badannya terasa sakit semua, bahkan saat bibirnya ia gerakkan, sakit disertai darah turut keluar dari sudut bibirnya.
Arsy tidak melihat siapapun di sekitarnya, namun saat ia hendak mencoba mencari sesuatu agar ia bisa lepas, ia dapat mendengar langkah kaki yang membuatnya harus berpura pura belum sadar.
"Dia masih belum sadar boss."
"Baik."
Sepertinya laki laki itu sedang bertelponan dengan seseorang, Arsy mencoba mengintip saat ia merasa suasana mulai riuh, ternyata para anak buah Sarah sedang mengangguk barang barang haram yang tersimpan di gudang itu.
"Mereka mau bawa barang barang itu kemana?" Tanya Arsy dalam hati.
Setelah ia merasa suasana mulai aman, Arsy membuka matanya perlahan dan benar saja, orang orang tadi sudah tidak ada. Dapat terdengar mesin mobil yang melaju meninggalkan tempat ini.
Arsy mengedarkan pandangannya melihat sekeliling, mata tajamnya menemukan sesuatu yang membuat sedikit bernapas lega. Ia melihat sebuah pisau kecil yang sepertinya terjatuh dari saku salah satu penjahat tadi.
Arsy berusaha menggerakkan tubuhnya meski rasa sakit masih menyerangnya. Namun gadis itu masih terus berusaha, hingga kakinya berhasil meraih benda tersebut.
"Aku harus cepat kabur, sebelum mereka balik lagi." Gumam Arsy.
Ikatan di tangan gadis itu terlepas begitupun dengan tangannya, nampak garis meras menghiasi pergelangan tangan serta kaki Arsy yang putih.
Arsy segera melangkahkan kakinya menuju pintu namun sialnya pintu itu terkunci.
"Aduhh, kalau gini gimana aku bisa pergi, ya Allah tolong Arsy." Batinnya.
Gadis itu melangkahkan kakinya mencari celah agar ia bisa kabur, ia melihat sebuah pintu yang tak jauh darinya, tepat saat ia berhasil membuka pintu itu, apa yang ia lihat sungguh tak dapat ia percaya.
"Gudang senjata." Gumam Arsy sembari menutup mulutnya.
Ia melihat berbagai macam jenis pistol di dalam ruangan itu, apakah Sarah memang seorang mafia. Arsy memberanikan dirinya untuk masuk dan melihat isi dari ruangan kecil itu.
Arsy mengambil sebuah pistol dan mengisinya dengan peluru, lalu membawanya keluar. Ia masih mencari jalan keluar namun nihil, ia tak menemukan nya.
Yang ada hanya lubang udara yang begitu kecil yang berada di atas sana. Arsy teringat akan ponselnya, dan gadis itu segera mencari kemana ponselnya berada.
Ia sangat berharap jika ponselnya tidak mati, jika ponselnya mati, maka tamatlah riwayat nya hari ini. Ia menemukan ponselnya yang terselip di bawah karung dengan keadaan yang retak.
Ponselnya tak bisa menyala, namun Arsy masih berusaha mengetuk ngetukkan ponselnya hingga ponselnya bergetar dan akhirnya menyala.
"Alhamdulillah." Batinnya.
Ia mencoba menghubungi nomor raja melalui panggilan darurat, namun laki laki itu tak kunjung mengangkatnya. Padahal baterai Arsy hanya tinggal 5% saja.
"Kak raja, angkat dong please." Arsy masih berusaha hingga ponselnya mati total.
Arsy bingung harus bagaimana sekarang, waktu terus saja berlalu, pagi mulai berganti siang, dan Arsy masih belum menemukan jalan keluar. Hingga ia melihat ke arah pistol yang ada di tangannya.
"Pistol." Gumamnya lalu matanya beralih menatap pintu besar yang berada tak jauh dari nya.
Arsy yang sejatinya tidak pernah bermain dengan pistol mencoba sebisanya dengan melesatkan peluru tepat ke arah gagang yang mengunci pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajawali (Empat Mata Elang) ✓
Ficção Adolescente(Romansa - Putih abu abu) Arsyla Alesha Damara adalah seorang siswi baru pindahan dari semarang. Hari pertamanya di sekolah mempertemukan dirinya dengan Samudra, seorang ketua OSIS tampan yang tanpa ia sadari tertarik padanya. Tabrakan kecil di kor...