[11] How Friendship Between Girls Actually Work

164 40 14
                                    


Jake sadar dia salah, untuk berbicara seperti itu pada Jay dan juga membela dirinya. Tapi gak mungkin rasanya meminta maaf sekarang, kan? Gengsinya masih tinggi. Jadi mending dia menghabiskan waktu di kantin dulu sambil makan atau apa—main game mungkin, dari pada pusing – pusing. Urusan minta maaf bisa nanti lewat mabar PUBG.

Kantin sudah tinggal 100 meter lagi, tinggal lurus sedikit lalu belok kiri dan Jake sudah sampai. Tapi pemuda itu malah berhenti di depan ruang UKS dan mengamati Sunoo yang sedang bersandar di salah satu tiang koridor sembari makan beng – beng dan mengetik sesuatu di ponselnya dengan cepat. Kalau sudah begini bukannya lebih enak bersenang – senang sedikit?

Jake berjalan mengendap – endap di belakang Sunoo, berniat mengageti gadis itu—walau Jake yakin hasilnya gak akan bagus, entah dia yang akan kena gampar atau apa. Jake bersembunyi di balik tiang, melongok sedikit untuk melihat sedang apa, sih, Sunoo kok sepertinya kayak sedang war sama warga Twitter? Ngetiknya kelewat seru.

Tapi ternyata Sunoo sedang mengirim pesan kepada seseorang. Jake gak tau sih siapa, namanya gak bisa dibaca pemuda itu. Tapi, yang Jake tangkap adalah pesan terakhir yang berkata, "Gue bisa samperin lo ke sekolah kalo lo masih begini". Jake mengernyit, bukannya mengagetkan Sunoo selagi dapat kesempatan, pemuda itu malah memproses chat yang baru saja diterima Sunoo tanpa sadar kalau Sunoo sudah mematikan ponselnya dan berbalik.

"ADUH ANJRIT KAGET GUE!" Sunoo berteriak nyaring ketika berbalik dan mendapati wajah Jake yang berada di dekatnya, membuat si pemuda blasteran sama – sama berjengit kaget. Gak perlu waktu lama untuk telapak tangan Sunoo mendarat keras di lengan kiri Jake. "ngapain, sih, lo?!"

"aduduh!" Jake mengaduh seraya mengelak dari serangan Sunoo lagi. "Mau ngagetin tapi keburu elo balik duluan, jadi gue yang kaget, kan."

"ya, gue juga kaget!" semprot Sunoo galak. Gadis itu mencoba menenangkan detak jantungnya sendiri, sementara Jake sudah berdiri tegak dan kembali santai.

"lo chattan sama siapa sih? Abis seru banget, gue jadi telat ngagetin." Tanya Jake. Bukannya menjawab, Sunoo malah melirik pemuda itu dengan tatapan judes dan berbalik menjauh.

"kepo amat," gumam Sunoo jengkel. Jake yang membuntuti Sunoo langsung tersenyum lebar sembari mempercepat langkahnya sebelum kemudian mencondongkan wajahnya ke sisi kanan wajah Sunoo.

"Gak boleh?" tanya Jake setengah berbisik. Dengan sebal Sunoo menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Jake lagi. Gadis itu kembali menatap si pemuda blasteran dengan tatapan maut.

"lo deket – deket begitu sekali lagi gue jambak bener," ancam Sunoo serius. Tapi sialnya yang gadis itu dapat selanjutnya adalah senyuman miring Jake. Pemuda yang lebih tinggi darinya itu menaruh kedua tangannya di saku celana, sebelum kembali mencondongkan wajahnya agar setara dengan wajah Sunoo, membuat si gadis berbandana soft pink itu dengan refleks menahan napasnya.

"Begini?" tanya Jake, masih dengan senyuman miringnya—yang sialnya Sunoo benci sekali. Benci. Jadi tanpa menunggu lama Sunoo mengangkat tangan kanannya untuk menjambak rambut belakang Jake dengan keras sampai pemuda itu mengaduh kencang.

"ADUH—SUMPAH SUNOO SAKIT INI NTAR KALO GUE KEBOTAKAN DINI GIMANA ANJRIT! LEPAS GAAAKK?!" seru Jake sembari berusaha melepas tangan Sunoo di rambutnya.

"siapa suruh nantangin? Siapa suruhhh? Dasar jameett!" Sunoo menarik rambut Jake lebih kencang, membuat teriakan pemuda itu terdengar lebih keras.

Agaknya, sih, Sunoo gak akan berhenti menjambak kalau saja seorang gadis dari kelas 12 MIPA gak datang menyapa, membuat aksi Sunoo terhenti seketika dan Jake mengucap syukur sebanyak – banyaknya.

"Ganggu, ya, gue?" tanya gadis bernama Herin itu dengan senyum manisnya, membuat Sunoo juga dengan otomatis menyunggingkan senyum manisnya, tanpa sadar kalau Jake yang sedang sibuk mengelus – elus rambut belakangnya mencibir sebal.

Silver Lining | I-LANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang