Silver Lining | I-LAND

[1] How Our Morning Got Interrupted By The Girls

"kalo kalah, Air Jordan lo yang putih buat gue."  sembari menggulung lengan jaket denim hitamnya sesiku, Jay tersenyum menggoda. Pemuda itu nampak bersandar pada sebelah pintu kelasnya bersama dua temannya yang lain, membicarakan soal taruhan bola nanti malam.

"Gak anjing, gue baru beli." Bertolak belakang dengan pilihan katanya yang kasar, Jake menyahut dengan tenang. Ia masih sibuk melihat story instagram teman – temannya yang gak akan ada habisnya itu. Tapi bagi seorang yang sangat – sangat typical millenial guy seperti Jake, Instagram dan kawan – kawan sejenisnya adalah keharusan. Update story, feeds, getting likes and comments, ngeview story mutualsnya yang sebenernya gak kenal – kenal amat tapi tetap gak pernah absen ngeview setiap hari. kalau ditanya, Jake sudah pasti tau siapa – siapa saja nama yang sering lewat di storynya Kak Ryujin dan Kak lia, dua alumni sekolahnya yang Jake sama sekali gak pernah kenalan dan Cuma tau muka dan nama, mutualan pun karena dua – duanya ngefollow dia tiba – tiba. Atau juga keseharian alumni sekolahnya yang lain—si Felix – Felix itu yang akhirnya mutualan sama Jake karena sama – sama blasteran Australia. Jujur kalau ditanya apa serunya ngelihat hidup orang – orang di Instagram, Jake juga gak tau. Tapi kalau sudah terbiasa bisa apa?

"kambing, maksud gue juga karena baru makanya gue mau! Cupu lo," ejek Jay seraya menggelengkan kepalanya sedikit. Pemuda itu dengan cepat menyisir rambut depannya yang panjang—satu hal yang sudah pasti akan jadi incaran utama wali kelas barunya hari ini—menggunakan jari – jari, matanya kemudian berhenti pada Sunghoon yang nampak bersandar di pintu sebelah dengan tatapan yang tertuju ke depan, menembus tanaman – tanaman yang berjejer menghiasi area depan kelas 12 SOS 1. Dengan cepat Jay menepuk lengan Sunghoon dengan punggung tangannya. "skuy gak?"

Sunghoon menoleh, menatap Jay dengan pandangan tanya. "Apaan?"

"taruhanlah, nanti malem Arsenal Chelsea." Jawab Jay.

Sunghoon menghela napas seraya menegakkan badannya dan memasukkan kedua tangannya ke saku hoodie hitam yang ia kenakan. Bukannya menjawab ajakkan Jay, Sunghoon malah menjatuhkan pandangannya pada Jake yang sedang sibuk menaruh airpod di tempatnya. "Lo gak bimbel?"

"Hah?" Jake mengangkat kepalanya, menatap Sunghoon sebentar sebelum kembali sibuk dengan airpodnya. "Oh ntar. Baru hari pertama jadi agit masa langsung bimbel. Muntah gue."

Sunghoon mengangguk – angguk paham, tapi tetap mengabaikan ajakan Jay. Membuat pemuda di kanannya itu menendang pelan sepatu Sunghoon.

"ikut kagak?" tanya Jay gak sabar. Kali ini  tatapan matanya menuntut, seolah gak akan membiarkan Sunghoon mengalihkan topik lagi. Sunghoon sendiri langsung menggeleng seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan mata sedikit memicing.

"Gue latihan hari ini," jawabnya yang sukses membuat Jay mendengus malas. Kesibukan Sunghoon sebagai seorang atlet Figure Skater memang membuat pemuda itu sering gak ada waktu untuk sekedar main – main bersama teman – temannya atau nongkrong sepulang sekolah. Jay sebagai orang yang paling salty akan keabsenan Sunghoon kalau diajak main selalu meledek kalau Sunghoon Cuma tau Rumah-Sekolah-Ice Rink.

"latihan mah latihan aje, nyet. Taruhan beda urusan. Lagian kan bola mah jam 2 baru main, lo latihan paling lama jam berapa, sih? Jam 10 kan?" tanya Jay, terdengar jengkel.

Jake terkekeh dan menggelengkan kepalanya. "lo sebagai pengangguran gak akan bisa relate. Udah kita berempat aja kalo gitu, ajak Heesung sama Daniel,"

"Heesung gue chat gak di bales anjing, makin sombong bener dia mentang – mentang abis anniv dua tahun. Cih, bucin." Jay berdecak lagi, merasa gak adil karena seolah – olah yang pengangguran hanya dia ketika Sunghoon sibuk dengan latihan, Jake dengan segala bimbelnya, dan Heesung dengan pacarnya. Merasa makin kesal karena gak ada yang menanggapi sambatannya, Jay mengerang jengkel, membuat Sunghoon dan Jake menoleh bersamaan.