Jay menyandarkan punggungnya ke dinding, dua kakinya ia taruh di atas kursi Heesung selagi orangnya pergi entah kemana—kemungkinan besar, sih, pasti pacaran, mumpung sedang ada seminar guru – guru sampai entah kapan dan semua murid dibebaskan.Tangan kanan Jay nampak memegang selebaran brosur sebuah Perguruan Tinggi Swasta, dan di atas mejanya ada beberapa lembar fotocopyan soal matematika yang ia fotocopy khusus untuk belajar hari ini. Kemarin, Jay mendapat sebuah informasi mengenai kampus yang ada di brosur tersebut dan jurusannya dari seorang kenalan yang berada di klub dance yang sama dengannya.
"Emang mending lo ke Negeri dulu, Negeri tuh emang ringan di biaya. Cuma kalo lo masih gak tau mau kemana, gue saranin ke sini aja. Dia emang mahal banget, Jay, karena akreditasinya A, tapi beasiswanya banyak, ada yang sampe 100%."
Informasi tersebut yang akhirnya membuat Jay kembali menimbang – nimbang pilihannya. Jujur Jay masih gak tau mau mengambil jurusan apa atau mengambil jalur apa agar ia bisa sampai dengan selamat ke tujuannya. Bukankah yang terpenting untuknya sekarang adalah belajar dengan keras dan mengejar ketertinggalannya?
"Ahhh, bangsat, lupa gue hari ini ada bimbel," sebuah gerutuan kesal terdengar dari samping kanan Jay alias orang yang duduk di depan mejanya, membuat pemuda yang tadi sedang sibuk tenggelam dalam pikirannya refleks menoleh.
"emang udah mulai?" tanya Sunghoon tanpa mengalihkan pandangannya dari atas buku tulis.
"Dari minggu lalu," gumam Jake sebal sebelum kembali mengerang frustasi dan membenturkan kepalanya ke atas meja sehingga menciptakan suara "dug" kecil. Tapi gak lama sampai Jake mengangkatnya lagi dan kembali mengoceh, "gue sekarang bimbel 4 hari seminggu. Sabtu gue bimbel. Gila, cupu gak sih? Sumpah capek gue. Lama – lama kayak robot, gue kesini gak boleh kesitu gak boleh, bimbel, bimbel, bimbel, bimbel! Gak kuliah aja gue sekalian tai,"
Jujur, baru kali ini Jay merasa bersyukur itu sangat penting, dan baru kali ini dia merasa marah mendengar Jake sambat tentang kehidupannya. Jay sadar, ini adalah efek dari memiliki keinginan yang gak bisa dia capai, sehingga gak ada rasa lain selain iri dan marah ketika mendengar Jake gak menghargai apa yang ia dapat.
"Lo ngomonglah lo gak mau bimbel banyak – banyak, lagian baru juga sekolah sebulanan." Saran Sunghoon.
"kapan si bokap nyokap gue ngedengerin gue? Terakhir kali gue bilang gue mau seneng – seneng dikit, nyokap gue bilang seneng – seneng gak bakal bikin doi bangga. Ya gue juga tau, cuma apa salahnya sih? Gue kan gak seneng – seneng setiap hari, atau pulang subuh kayak orang – orang. Mana yang ngajar gak ada yang bisa diajak kerja sama kayak dulu, gue udah gak bisa cabut – cabutan," Jake mendengus seraya mengetuk – ngetuk tangan kanannya di atas meja, gelisah dan marah.
Begitu pula Jay yang dari tadi hanya duduk mengamati. Ia gelisah, dan marah. Jay sadar Jake sudah memprovokasi sesuatu dalam dirinya.
"lo tinggal jalanain doang apa susahnya? Udah bagus – bagus orang tua lo punya duit buat masukin lo ke bimbel biar lo gak susah – susah belajar sendiri," sahut Jay seraya menarik kakinya dari kursi Heesung.
"Lo cobain deh jadi gue sehari kalo gak mau mati anjing rasanya. Gue bimbel sampe jam sembilan sepuluh, pulang kerumah langsung tidur, besoknya gitu lagi."
Mau. Kalau bisa juga Jay mau bertukar hidup sehari saja dengan Jake. Merasakan rasanya memiliki privilege untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi tanpa perlu merasa khawatir berlebihan. Tapi toh mereka gak akan bisa bertukar dengan siapapun. Kalau bisa, Jay yakin Jake gak akan berani berbicara seperti sekarang.
"lo aja kurang bersyukur. Orang – orang masih banyak yang kesusahan belajar sendiri buat PTN, lo udah dapet jalan mulus bukannya bilang makasih sama orang tua malah sambat," sahut Jay yang kini masih berusaha menahan – nahan marahnya sambil melipat kertas brosur menjadi bagian yang lebih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Lining | I-LAND
Fanfiction18, the age where you feel like everything is a blur and you need to ask yourself, "What exactly do i want in life?" 𝐬𝐢𝐥𝐯𝐞𝐫 𝐥𝐢𝐧𝐢𝐧𝐠 by: multierrything