Sunoo duduk di bangku Sunghoon selagi Jake berlutut di depannya. Rencananya tadi hanya akan menutup luka Sunoo dengan plester setelah dibersihkan dengan air, tapi Jake kemudian berkata bahwa walaupun gak berdarah, luka Sunoo harus di beri sedikit obat merah.
"Sakit, gak?" tanya Jake sembari mengangkat kepalanya, menatap Sunoo yang kemudian menggeleng. "Kalo sakit pegang bahu gue, gapapa,"
Ini aneh. Ya, kan? Bukankah aneh? Ini jelas aneh. Keadaan dimana Sunoo dan Jake berhadap – hadapan dengan satu sama lain tanpa tarik urat dan Jake dengan kelakuan flirtynya, bukankah aneh dan gak biasa? Entah apa yang harus Sunoo rasakan sekarang, tapi jujur dia betah memandang rambut basah dan dahi Jake yang sedang berlutut di depannya ini.
tanpa sadar, Sunoo tersenyum samar. tangan kanan gadis itu bergerak untuk memegang rambut pemuda di depannya. Menyentuhnya sedikit gak apa – apa, kan? Yah, sedikit saja. Gak akan banyak – banyak atau lama – lama.
Tangan Sunoo sudah hampir sampai, telunjuknya bahkan sudah menyentuh rambut basah Jake. Tapi, ketika Sunoo hendak menarik tangannya kembali, luka di lututnya terasa perih, membuat Sunoo refleks menjambak keras rambut Jake dan berteriak.
"SUMPAH SAKIT!"
"ADUH! GUE BILANG KAN PEGANG BAHU! JANGAN JAMBAK!" balas Jake sembari berdiri dan berusaha melepas tangan Sunoo dari rambutnya. Pemuda itu menatap Sunoo sebal ketika berhasil melepaskan diri.
"Ya, siapa suruh lo tiba – tiba neken luka gue!" lempar Sunoo dengan teriakan nyaringnya. Gadis itu kemudian mencebikkan bibirnya dan merengek pelan sembari meniup – niup luka di lututnya.
Jake menghela napas kasar dan kembali berlutut di depan Sunoo. Pemuda itu kemudian mengelap luka Sunoo menggunakan kapas dengan gerakan hati – hati.
"lo lagian ngapain, sih, tadi?" tanya Jake dengan nada yang masih terdengar jengkel. Pemuda itu kemudian mendumal lagi, "udah tau badan lo kecil, bukannya diem aja dipinggir lapangan malah ikut – ikut pada ngerusuh,"
"gue gak mau ikut – ikut ngerusuh!" bela Sunoo sebal, lantas membuat Jake mengangkat kepalanya dan menatap gadis itu.
"terus ngapain coba? Untung cuma jatoh kayak gini, gak berdarah juga. lo bisa aja tadi keinjek – injek babon kelas 11 tuh. Mau lo ke injek?" omel Jake.
Sunoo pun berdecak dan menunduk. Gadis dengan wajah tertekuk itu memainkan kukunya dan bergumam pelan, "orang gue mau nyamperin lo,"
"Hah?" Jake mengangkat kepalanya lagi, menatap Sunoo dengan tatapan tanya. "kalo ngomong jangan bisik – bisik coba—"
"orang gue mau nyamperin lo, ih!" Sunoo berdecak dan menatap Jake sebal. Ia kemudian kembali mendumal, "sebel banget, gitu doang gak denger."
"Ngapain coba nyamperin gue?" tanya Jake yang jujur, dengan susah payah sedang menahan senyumannya dan mengontrol ekspresi wajah agar tetap datar.
"Hah?" gantian Sunoo yang kebingungan. "y-ya... ya itu...—ihh emang gak boleh apa nyamperin? Orang – orang nyamperin boleh – boleh aja tuh? Kenapa gak sekalian lo tanya aja satu – satu supporter Sosial kenapa pada nyamperin ke lapangan?!" omel Sunoo jutek.
Gadis itu kemudian berdiri dengan gerakan menyentak, mengabaikan rasa perih di kedua lututnya.
"eh, mau kemana—"
"berisik!" Sunoo pun melengos sebelum bergerak hendak menuju keluar kelas. Tapi kemudian tangan kirinya di tarik Jake, membuat Sunoo kembali duduk di kursi Sunghoon dengan Jake yang membungkukan badannya ke arah Sunoo. Tangan kiri pemuda itu bertopang dengan meja Sunghoon, sementara tangan kanannya bertopang dengan meja Heesung, membuat Sunoo seolah – olah terperangkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Lining | I-LAND
Fanfiction18, the age where you feel like everything is a blur and you need to ask yourself, "What exactly do i want in life?" 𝐬𝐢𝐥𝐯𝐞𝐫 𝐥𝐢𝐧𝐢𝐧𝐠 by: multierrything