[5] Just Another Annoying Guy (Really?)

218 50 19
                                    


"lo kalo dengerin lagu, pake Joox apa Spotify?" tanya Jake out of nowhere pada Sunoo yang sedang membantu membersihkan papan tulis kelas mereka yang kotornya bukan main. sebagai pengurus kelas, mereka diwajibkan untuk mengawasi para petugas piket setiap harinya, jadi mau gak mau dan suka gak suka, Sunoo dan Jake harus berada di lingkungan yang sama seenggaknya 8 sampai 10 jam sehari.

"gue? Apple Music." jawab Sunoo dengan senyum manisnya sebelum melengos dan kembali mencibir Jake yang sumpah demi apapun gak mau berhenti menanyakan hal - hal random yang muncul di kepalanya.

"kalo bikin origami biasanya suka bentuk kayak apa? adek gue biasanya bikin burung - burungan," tanya Jake lagi. kali ini pemuda yang mendudukan pantatnya di atas meja guru itu melirik Sunoo dengan senyuman kecil di bibirnya.

Sunoo memutuskan untuk mengabaikan pertanyaan kelewat gak penting dari Jake tadi. dengan gerakan yang agak kasar Sunoo masih sibuk mengelap papan tulis menggunakan lap basah. padahal dalam hati Sunoo ingin sekali menjambak rambut Jake sekuat tenaga sampai lepas semua dari kulit kepala. Sunoo jengkel bukan main.

"Di kantin ada cokelat coin seribuan. tapi gak enak sih, jangan dibeli besok - besok," ucap Jake lagi. kali ini tangannya sibuk memainkan spidol, bersamaan dengan teman - temannya yang mendengus malas.

"balik deh lo!" seru Lami seraya melempar lap basah yang ia pegang. Jake dengan cekatan menangkapnya dan melempar lap tersebut kembali ke arah Lami.

"bau, jangan dilempar - lempar!" balas Jake setengah jengkel.

"ya elo berisik—"

"ahhh! susah banget sih gak ilang - ilang coba!!" Sunoo tiba - tiba berteriak kesal. gadis yang hari itu menggunakan bandana berwarna baby bluenya mendengus kasar sembari melirik judes ke arah Jake yang kini malah memasang wajah polosnya.

"dia pake krim penangkal nyamuk baru bisa bersih," ucap Ara santai selagi menyapu kotoran di depan kelas.

"masa?" tanya Lami bingung.

"iya, gue dari SMP pake gituan mempan."

"ya udah kalo gitu ayo beli!" ajak Jake semangat sembari melompat turun dan menghampiri Sunoo dengan cengirannya. "yuk? bu ketua kelas,"

"gak!" tolak Sunno sembari menepis tangan Jake yang hendak merangkulnya. "beli sendiri—"

"aduh jangan galak - galak, nanti kita cinlok lama - lama. mau? gue sih ayo aja," Jake kemudian tertawa renyah dan menatap Sunoo yang kini pasrah dirangkulnya.

"mau beli dimana lo? emang di kantin ada?" tanya Jisung yang dari tadi hanya bertugas memegang pengki di depan pintu kelas.

"lo beli apaan juga ada di situ," jawab Jake santai sembari berjalan merangkul Sunoo yang merengut keluar kelas. "yang gak ada paling cuma kondom sama obat aborsi."

***

"bu krim obat nyamuk satu—eh tapi merek apa biasanya, ya, Bu?" tanya Jake pada Ibu penjaga kantin yang biasa menjual barang - barang non-consumption itu.

"ada merek Lavel, terus juga Bayigone ada yang krimnya, kamu mau yang mana?" Ibu kantin melempar balik pertanyaan. Jake nampak menimbang - nimbang sebentar sebelum menoleh ke arah Sunoo yang masih memasang ekspresi betenya.

"Biasanya yang mana? Lavel? Bayigone?" tanya Jake pada Sunoo.

"ya mana tau? makanya tadi nanya yang jelas dulu baru jalan!" semprot Sunoo jengkel. gadis itu melengos malas, membuat Jake malah tertawa kecil.

"oke kalo gitu dua - duanya, Bu," ucap Jake sembari menyerahkan selembar uang lima ribuan. "semua," tambahnya.

selagi Ibu Kantin mencari krim penangkal nyamuk di dalam etalase yang berada di dalam, Jake menyandarkan badannya pada tembok di samping area jualan dan menatap Sunoo yang masih enggan menatap balik.

Silver Lining | I-LANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang