26. Peti mati

22 4 0
                                    

A K U   D A N   K A M U

©2020

©2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Iqbaal PoV

Sesampainya di Hospice, lagi lagi karel mendorongku ke sebuah ruangan lalu menutup pintunya.

"Kenapa lagi? Gue kan langsung ke sini. Hari ini gue juga gantiin lo buat mandiin pasien"

"Lo mau? Ada dua pasien yang harus dimandiin. Menurut lo berapa jam?"

"Secepat mungkin. Dua orang mungkin 4 jam" pikirku

Lalu tiba-tiba ia menendang kakiku.

"Apaansih lo"

"Apa? Mandiin pasien itu yang terberat? Lo gabisa bohongin gue. Paham?"

Tiba-tiba suara seseorang mengagetkanku.

"Kesabaran saya hampir habis"

Seseorang bangun dari kasur bawah yang ternyata itu --

"Pak deni" seruku

"Gue pikir setan. Kenapa muncul dari bawah" ucap karel

"Ini kamar saya. Kenapa? Saya harus izin dari kamu?"

"Ayo" ajak karel untuk keluar ruangan ini

"Tunggu"

Pak deni pun menghampiri karel. Aku hanay tersenyum tipis melihatnya.

"Kenapa?" saut karel

"Saya dulu sering bertarung di jalanan, jadi saya paham situasi ini, di sini gabisa seperti itu, terutama pada iqbaal, gaakan saya biarkan itu"

Aku menahan tawa ku mendengar pembelaan pak deni.

"Jangan pikirin kita, habiskan saja infus anda"

"Saya masih sehat" pak deni lalu membuka baju pasien nya dan memperlihatkan beberapa tato di tubuhnya itu lalu kembali menutupnya "gimana?"

Aku lalu membisik ke arah karel.

"Dulu dia nomor 3 di geng terbesar di Jakarta"

"Lo bercanda?"

"Saya gaakan panjang lebar, sepertinya hari ini kamu harus menggosok punggung saya"

[5] Aku dan Kamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang