Chapter 25

212 25 29
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-000-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-000-

Sudah menginjak jam 12 malam, tapi Jimin masih belum tiba untuk menjemput Eunha. Malah puas Eunha berusaha menghubungi lelaki Park itu dengan menggunakan ponsel milik Ahjumma, tapi hasilnya hampa.

Suara Ringtone-nya masih berbunyi pertanda ponselnya tidak dimatikan dan itu memperjelaskan bahwa Jimin aslinya bersikap seolah sengaja tidak mengangkatnya. Apa sesibuk itu Jimin menguruskan wanita itu sehingga tak perduli dengan gangguan yang datang, sekalipun Sang Ahjumma yang menelepon. 

"Hhhh..." Seketika ekspresi Eunha melesu. Matanya tertuju ke arah bawah, menunduk dengan berbagai perasaan gundah yang membebani kepalanya.

Kecewa? Sedih? Tentu saja Eunha mengalami semua firasat itu saat ini.

"Kamu merindukan Jimin"

Suara lembut itu terdengar menyapa gendang telinga Eunha, sontak membuatkan gadis itu menoleh. Disitu Eunha dapat mengamati wajah Sang Ahjumma yang balik menatapnya dengan penuh perhatian.

Meski sudah terbilang berada di peringkat warga emas, tapi wanita itu juga pasti pernah merasakan yang namanya zaman muda. Makanya ekspresi yang ditampilkan Eunha tidak akan bisa membohonginya meski mulutnya malah menafikan.

"Mungkin Jimin sedang kelelahan dan lansung tertidur, apa sebaiknya kamu menginap di sini saja?"

"Tidak perlu repot-repot Ahjumma, aku masih bisa pulang sendiri" Eunha berbicara sambil tersenyum, berusaha menyakinkan wanita paruh baya itu.

"Tapi jarak ke rumah Jimin itu lumayan jauh, ditambah sekarang sudah larut. Bukankah kamu itu paling takut dengan makhluk sejenis itu"

Sejenak Eunha berpikir. Kalimat wanita itu ada benarnya. Justru bagaimana kalau dia sampai sesat atau dibawa kabur oleh lelaki gila yang masih mengincarnya sehingga hari ini. Namun entah dari mana keberanian itu seolah datang dan menyalur pada urat sandinya, menepis setiap perasaan takut yang mendominasi.

Eunha menggeleng kecil lalu menegaskan perkataannya untuk berangkat malam ini juga. Sedangkan Ahjumma hanya mampu mengerutkan jidatnya, tanda khawatir.

Hold Me Tight ( Eunha & Jimin )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang