Chapter 16

287 32 11
                                    

Awas Typo

Happy reading~


Happy reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-000-

Sebuah pohon tidak akan bergoyang jika tidak ada yang menggegarkannya persis sebuah bahaya yang tidak akan timbul jika tidak ada yang mengundangnya. Kalimat ini dapat dicerminkan dengan sosok seorang Park Jimin.

Justru pada awalnya keberuntungan berpihak padanya tatkala Seulgi tidak mencadangkan sembarangan tempat untuk mereka diami, namun kini Jimin dengan bodohnya malah menawarkan rumahnya sebagai lokasi transisi untuk melanjutkan kegiatannya berdua.

Jujur Jimin memanglah pria bodoh.

Sudah jelas sekarang, pria bermata sipit itu tampak gelisah sendiri berkat dari mulut yang lantang berkata-kata. Dan kini Jimin harus mengandalkan sebuah masalah yang ia sendiri gariskan sebelum segalanya berubah kacau.

Jimin dan Seulgi kinu sudah tiba tepat di depan kediaman Jimin, Keduanya sekadar tercekat di area luar, lantaran Jimin yang belum lebih dulu menawari Seulgi untuk masuk ke dalam.

"Bisa kamu tunggu diluar sebentar, Ada yang ingin ku urusi di dalam"

"Tentu.. aku akan tunggu disini" Beruntung Seulgi bukanlah tipe gadis yang banyak bertanya sehingga bisa meloloskan diri dengan mudah.

Tujuan masuk hanyalah untuk memaklumi perihal kedatangan Seulgi pada Eunha dan mengisyaratkan supaya gadis itu masuk ke kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat.

"Eunha!.. kau dimana?" teriak Jimin tapi masih lumayan pelan, alhasil tidak mahu Seulgi yang masih menunggunya diluar sana ikut mengupingnya.

Sekitar 3 minit Jimin sisakan buat mencari keberadaan Eunha, tapi tak kunjung ia temukan. Jimin hanya menduga Eunha bersembunyi dimana-mana namun itu mustahil karena Jimin sudah menerjah ke setiap tempat, meskipun di tempat yang sama sekali tidak masuk akal untuk seorang manusia menenggelamkan diri.

Hingga pada akhirnya Jimin menyerah tatkala mengingati Seulgi sudah sangat lama menunggu kedatangannya di luar sana. Perihal Eunha, di lain waktu bisa ia uruskan karena sekarang ini Seulgi jauh lebih berharga baginya.

"Kamu bisa masuk, tapi maaf jika rumah ini tak sesuai ekspektasi sebuah rumah"

Seulgi sekadar tersenyum kecil menanggapi kalimat Jimin. Lantaran merasakan rumah yang diinjaknya sekarang jauh lebih nyaman menurutnya, berbanding dari bangunan-bangunan mewah yang terbentuk di daerah kota. Lagipula Seulgi adalah wanita yang nyaman bergaul dengan alam semula jadi, tidak kira benda itu bernyawa atau tidak.

"Jadi.. bisa kita mulakan sekarang?"

"Boleh, tapi sebelum itu.. aku mahu ke dapur sebentar untuk meracik minuman untukmu" Jimin ingin bangkit untuk berpindah ke dapur, tapi Seulgi secara lekas menahannya.

Hold Me Tight ( Eunha & Jimin )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang