10 | Bertemu

453 66 3
                                    

Eisa POV

Kenapa ya, cewek tuh gampang banget bilang suka ke orang? Seperti saat ini, belum habis sehari, udah dua orang yang ngaku suka ke gue. Emangnya apa sih yang disuka dari gue? Oh, gue tau, pasti karena gue populer dikalangan selebgram dan pebisnis muda kan? Atau karena gue terlahir kaya raya? Atau karena gue seorang potografer? Klasik, udah hapal banget gue!

Gue tau, gak semua cewek kayak gitu, tapi rata-rata yang deketin gue kayak gitu semua tuh, gimana dong? Kayaknya lama-lama gue bisa benci sama yang namanya 'cewek', serius.

Selain suka memaksa, gak mau dengerin orang lain, terlalu pede, mereka juga bodoh. Mereka terlalu banyak mengkhayal sampai lupa kenyataan. Kalau kenyataan gak sesuai dengan ekspektasi, mereka cenderung nangis. Kayaknya nangis emang senjata paling ampuh yang mereka miliki buat bikin rasa bersalah muncul. Padahal kan itu salah mereka karena berharap. Siapa suruh berharap?

Karena gue lapar dan setelah ini gak ada kelas, gue berencana untuk pulang ke rumah. Sebenarnya rumah gue gak jauh dari kampus, tapi karena suatu alasan gue lebih memilih untuk ngekos. Baru aja gue mau melangkahkan kaki ke parkiran, handphone yang gue genggam bergetar lama tanda panggilan masuk. Begitu melihat nama yang tertera pada layar, gue berdecak. Navierra, cewek yang baru aja gue tolak.

"Halo." sebenarnya gue gak mau ngangkat, tapi mau gimana lagi. Daripada gue diteror.

"Dimana, Sa?"

"Kampus. Kenapa?"

"Bisa ketemu sebentar?"

"Gue agak sibuk. Ada apa?"

Menit berikutnya gue menggas Kawasaki KLX 150 gue menuju sebuah kafe yang gak jauh dari kampus. Begitu sampai, gue langsung turun dan mencari sosok perempuan berambut panjang yang selalu menggunakan pakaian terbuka. Gimana gue mau suka kalau dianya aja jauh dari kriteria gue?

"Pesan minum dulu, Sa." ucapnya ketika gue duduk di hadapannya.

"Gak usah, gue buru-buru. Langsung aja."

"Apa kamu gak bisa nerima aku?"

Udah berapa kali gue bilang enggak, hah?

"Hhh. Enggak. Gue gak suka sama lo."

"Sa, emangnya apa sih kurangnya aku sampai kamu tuh gak suka sama aku?"

"Gak ada. Guenya aja yang emang gak tertarik sama lo. Mau segudang pun kelebihan lo, kalau gue bilang enggak ya tetap enggak. Lagian lo itu bukan selera gue."

"Terus kenapa.. Kenapa kamu baik banget ke aku? Apa kamu gak sadar kalau.. Kalau kamu bikin aku berharap lebih? Apa kamu.. Apa gak bisa terima aku dulu? Aku yakin.. Aku yakin kamu bakal suka aku."

Ini...

Ini yang gue benci dari cewek. Mereka sering salah paham dan terlalu baper. Tapi ketika salah paham tersebut diluruskan, mereka bakalan nolak, bakalan memberontak, gak terima sama apa yang mereka dengar. Egois.

"Vir, gue perjelas ya, gue gak suka sama lo. Gue baik ya karena emang gue kayak gitu. Gak semua baik itu bisa lo artikan suka, Vir. Dan masalah lo yang berharap itu, yaaa itu salah lo. Gue gak ada tuh nyuruh lo berharap ke gue. Lo nya aja yang bego ngartikan baiknya gue."

Sebelum tangisnya pecah, gue berdiri. Tanpa pamit, tanpa permisi, gue pergi meninggalkan gadis itu sendirian. Bukannya gue gak sopan, melihat cewek nangis itu bikin hati gue luluh. Sebelum gue melakukan hal bodoh, alangkah lebih baiknya kalau gue pergi.

Sesampainya di depan rumah, gue agak terkejut melihat motor matic yang biasanya ada di kosan terparkir rapi di sudut luar rumah. Biasanya nih, dia datang bareng gue, tapi kali ini bahkan sama sekali gak ngasih tau. Berani bener.

Ode to Youth | Journey of the YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang