21 | Joshua

345 50 7
                                    

Makasih banyak buat yang baca dari awal sampai saat ini~\(≧▽≦)/~

Apalagi yang ngasih vote(σ≧▽≦)σ

Mau nanya dong, kalian paling penasaran sama siapa?

Jawab yaaaa, aku kepo.

Tapi kalau gak mau jawab yaudah deh. Gapapa^^,

Happy reading, maaf ya kalau jelek♡

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"I really suprised, Josh." ucap perempuan paruh baya tersebut sambil mengajak Joshua masuk. Sedangkan Joshua, cuma tersenyum sambil mengikuti perempuan itu.

"How are you, Mam?" tanya Joshua sambil memperhatikan foto-foto yang terpajang di sekelilingnya.

Dari banyaknya foto yang terpajang, sama sekali gak ada foto Joshua bersaudara dan papanya. Sedangkan foto anak dari lelaki dewasa yang menikahi mamanya tujuh tahun yang lalu, terpajang di dalam berbagai figura.

"As you can see. How about you? Masih sering mimpi buruk? Sulit tidur?"

"No." jawab Joshua singkat sambil mengembalikan salah satu foto ke tempatnya.

"Oh i remember you loved a carrot cake. Do you want it?"

"No. No, thanks. Aku gak lama, Mam."

"Why? As long as I stay here, this is the first time you have come." ucap sang mama sambil menyuguhkan teh panas ke Joshua.

"Aku ke sini cuma mau ngasih tau kalau Kamis depan aku sidang skripsi. I think you must know about it. Kalau gak keberatan bantu doa, ya. Katanya doa ibu itu pasti dijabah." ucap Joshua tanpa melepas senyumannya.

Mendengar ucapan Joshua, perempuan paruh baya tersebut bukan main senangnya. Pasalnya, dari tiga orang anak yang ia lahirkan, cuma Joshua lah yang berhasil menyelesaikan pendidikannya. Bukan karena sulitnya keuangan, tapi karena keadaan yang membuat anak-anaknya jadi rusak.

"Really? Glad to hear that! Setelah lulus kamu bisa bekerja dengan Daddy. Dia pasti bakalan senang. Kamu juga boleh tinggal di sini. Kami selalu menerima kamu, Josh. Or you already have other plans? Tell me!" ucapnya bersemangat.

"Sebenarnya belum. Tapi nanti aku pikirkan lagi. And he's not my daddy, Mam."

Wajah perempuan paruh baya itu tampak lesu, "Josh, he's your daddy. Masih sulit ya nerimanya?"

"Sampai kapan pun enggak. Oh ya, aku cuma mau bilang, besok aku mau ketemu Papa."

"David? Kamu masih sering ketemu David?"

Joshua yang baru aja menyesap teh panas tersebut mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya pada perempuan paruh baya tersebut.

"Is he fine?" tanya sang mama. Ada penekanan saat ia menyebutkan kata 'fine'.

"Yes, Mam. He's fine."

"Ok, Mam. I think, cuma itu aja yang mau aku sampaikan. Aku pamit ya." ucap Joshua setelah menghabiskan secangkir teh yang ada di hadapannya.

"No! No! You haven't eaten yet, right? Ayo kita makan di luar!" ajak perempuan paruh baya itu sambil berdiri lalu masuk ke dalam salah satu kamar. Seolah gak mau mendengar penolakan dari anaknya. Tapi Joshua yang emang merasa lapar, mana mungkin menolak ajakannya.

"Sekalian kita tes, apa kemampuan mengemudimu berkembang atau tidak." ucapnya kemudian sambil melempar kunci mobil pada Joshua.

"Woah. I'm getting nervous." ucap Joshua sambil menangkap kunci tersebut.

Ode to Youth | Journey of the YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang