27 | Mirza dan Pengakuan Dosanya

285 47 1
                                    

Eisa yang lagi asyik nonton sinetron kesukaannya terpaksa harus berhenti karena rasa lapar yang menghampirinya. Sambil menunggu notebook di pangkuannya mati, ia melirik jam yang berada di handphonenya. Pukul sembilan malam, tumben anak-anak gak teriak-teriak ngajak makan? Begitu pikirnya.

"Bang, gak lapar?" tanya Eisa pada manusia lain yang juga menghuni kamar sempit tersebuy, Wayu.

"Lapar." jawab Wayu sambil menguap lalu merenggangkan badan.

Saat Eisa membuka pintu kamarnya, ia dapat melihat Ceri dan Joshua yang juga baru keluar dari kamarnya Joshua. Mereka berempat, bersama Wayu yang baru bergabung, langsung menuju ruang tengah dan terkejut melihat pemandangan yang ada.

"Enak ya, makan gak ngajak-ngajak. Makan sendiri-sendiri." sindir Ceri begitu melihat adik serta salah satu teman seperjuangannya lagi asyik menyantap mie kuah lengkap beserta nasi.

"Ya sori, kita lapar. Lagian siapa suruh gak keluar." ucap Johan cuek.

"Masak mie dong. Masak mie." rengek Eisa yang udah kelaparan. Bahkan ia mendekati Diki dan membuka mulutnya lebar-lebar supaya Diki memberikan sesuap mie padanya. Untung aja Diki baik hati.

"Bang, lo masak mie gih!" pinta Wayu sambil mencolek lengan Ceri.

"Gak sopan nyuruh-nyuruh yang lebih tua!"

"Buruan! Nasinya tinggal dikit nih. Kalau gak mau gue habisin." ucap Sandy yang langsung direspon penolakan oleh banyak orang.

"Jangan dihabisin!"

"Hompimpa deh hompimpa!" ajak Ceri pada empat orang yang gak kebagian mie kuah buatan Johan.

"Yaudah buruan."

"Gue gak ikutan ya, gue sakit."

Mendengar ucapan Joshua, membuat penghuni kosan tertawa pelan. Bahkan Mirza pun tersedak setelah mendengar ucapan tersebut.

"Apaan, yg sakit kaki lo! Masak gak butuh kaki anj!"

"Tapi masak tuh berdiri. Kaki gue mana sanggup."

"Lo lumpuh apa gimana, Bang?"

"Mulut lo, Sa."

"BuRUAN!" Wayu yang lagi gangguin Haikal makan berteriak.

"GAMBRENG!"

"Yes yes yeaaah!" pekik Wayu, Eisa, dan Joshua berbarengan karena mereka menang. Bahkan mereka melakukan seremoni lebay.

Bagi Eisa, memasak untuk orang lain adalah hal tersulit baginya. Ia ingat ketika disuruh memasak mie kuah oleh Johan, Joshua, dan Jun. Udahlah mienya masih keras, airnya kebanyakan lagi. Berbeda dengan Joshua dan Wayu yang emang mager buat masak-masak.

"Pakai telur ye!"

"Banyakin kuahnya!"

"Langsung masukin abon cabe!"

"Habis!" ucap Diki tiba-tiba yang membuat seisi kosan bingung.

"Ha?"

Pasalnya, saat Diki mengucapkan kata habis, mangkuk yang ia gunakan untuk makan baru aja bersih tanpa sisa. Jadi apanya yang habis? Makanannya atau abon cabenya?

"Abon cabe abis." ucap Diki sambil memperlihatkan bungkus abon cabe pada semua orang.

"Cepet bener abisnya."

"Perasaan gue belum ada makan, deh."

"Coba periksa di lemari, mana tau masih ada. Kan kemarin banyak."

Mendengar ucapan Johan, Wayu langsung menepuk betis Ceri yang berada di sampingnya. "Yaudah, buruan, Bang. Gue laper!"

Setelah menghabiskan sepiring mie kuah yang diberi nasi, Hansol memperhatikan seluruh penghuni kosan dan menyadari sesuatu.

Ode to Youth | Journey of the YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang