35 | Tanpa Judul

253 45 0
                                    

H-1 sidang, dengan perasaan gak tenang Joshua mondar-mandir keluar masuk kosan. Dari kamarnya ke ruang tengah, lalu ke teras, setelahnya kembali memasuki ruang tengah, lalu kembali ke teras. Jelas ini membuat penghuni lainnya heran. Dan yang bikin herannya lagi, setiap bertemu dengan seseorang, Joshua pasti akan memberitahu mereka kalau besok ia sidang. Padahal, tanpa dibilang pun semua orang udah tau.

"Jun besok gue sidang." ucap Joshua dari pelantaran teras begitu melihat Jun yang lagi memasang sepatunya di ambang pintu depan.

"Semangat, Bang. Gue doain lo berhasil. Kalau lo butuh temen cerita, ke parkiran aja. Namanya Cici." beritahu Jun yang masih sibuk memasang sepatunya tanpa menoleh ke arah si penanya.

"Ha? Siapa?"

Setelah sepatunya terpasang sempurna, barulah Jun menoleh ke arah Joshua dan memberikan senyum lebarnya. "Keluarga baru kita. Di parkiran ya Bang, anaknya baik kok. Gak galak. Panggil aja namanya, dia bakalan datang."

Begitu mendengar klakson dari motor yang dibawa Haikal, Jun berdiri lalu berlari meninggalkan Joshua yang sekarang lagi berdiri di ambang pintu. Gak lupa, ia pamit dulu ke abang yang tua setahun darinya itu.

Begitu Jun dan Haikal pergi, Joshua pun melangkahkan kakinya memasuki ruang tengah. Karena melihat Ujik yang lagi duduk di atas sofa sambil meneguk secangkir kopi yang udah pasti itu punyanya Ceri, ia pun menjatuhkan tubuhnya tepat di samping Ujik.

"Jik, besok gue sidang."

"Semangat, Bang. Gue tau usaha lo. Usaha gak akan mengkhianati hasil."

Gak beberapa lama kemudian, Hansol keluar dari kamarnya dan bergegas memasang sepatu di ambang pintu. Hansol yang terlihat buru-buru ini takut telat karena ritual pagi yang ia lakukan tadi berjalan lebih lambat dari biasanya. Takut kedua temannya ikut terlambat karenanya, ia pun membiarkan Sandy dan Chan pergi duluan. Untungnya Ceri yang mengetahui hal itu berbaik hati meminjamkan motornya pada Hansol.

"Besok gue sidang, Sol." ucap Joshua dari tempat duduknya.

"Ooohh."

Hansol bukannya gak ada otak, tapi dia udah bosan mendengar kalimat yang keluar dari mulut Joshua tersebut. Lagian, udah tiga kali ia memberikan semangat dan doa untuk Joshua. Setelah Hansol menghilang tanpa pamit, Ceri keluar dari kamarnya dengan rambut yang basah.

"Jo, sarapan yok." ajak Ceri begitu melihat Joshua di samping Ujik.

"Cer, besok gue sidang."

"Iya gue tau. Ayo sarapan." ajaknya lagi sambil menarik tangan Joshua dan mengajaknya berjalan keluar. Untung aja Ujik bukan tipe yang iri dengki kayak yang lain, kalau iya, pasti ia udah sibuk pengen diajakin juga.

"Sumpah gak tenang banget gue. Kenapa ya?"

"Padahal sidangnya besok kenapa groginya sekarang?"

"Itu dia gue gak tau."

"Yaudah sekarang sarapan dulu, gue pengen lontong. Kaki lo amankan?"

"Selow."

Setelah sampai di sebuah kios sarapan pagi yang letaknya di samping gang menuju kosan, mereka langsung memesan dua porsi lontong sayur lalu duduk di sudut kios. Sebenarnya, tujuan Ceri ngajak Joshua sarapan bareng adalah untuk menanyakan perihal Anin. Tapi, melihat keadaan Joshua saat ini membuat Ceri mengurungkan niatnya. Mempertanyakan soal Anin hanya akan membuat Joshua semakin gak fokus ngapa-ngapain. Selain lupa membawa uang, bukti Joshua lagi gak fokus adalah ia lupa berapa banyak goreng yang udah ia telan.

Kembali ke kosan...

Ujik yang masih duduk di ruang tengah, fokus mengscroll timeline twitternya dengan pelan. Karena kelasnya diliburkan, ia merasa sedikit bosan karena gak tau mau ngapain. Mau pulang ke rumah pun ia enggan karena saat ini adik-adiknya sedang berada di sekolah. Bakal sama sepinya dengan kosan, pikirnya.

Ode to Youth | Journey of the YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang