🥀 | 12

2.1K 515 33
                                    

――――――――――
It gives me strength to have somebody to fight for; I can never fight for myself, but, for others, I can kill.

[ Emilie Autumn ]
――――――――――



🥀

Mengerang sakit, perlahan kedua kelopak mata (Name) terbuka lalu memposisikan badannya untuk duduk. Mengamati lingkungan sekitarnya dimana dia sekarang berada di kamarnya sendiri. (Name) masih ingat jika dia sedang berada di jalan, dihalangi oleh para remaja yang bermasalah lalu Atsumu bilang dia akan menangani mereka dan menjelaskan apa yang terjadi. (Name) masih bingung, kenapa Atsumu perlu repot-repot membuatnya pingsan? Mereka juga bisa menghindari dari para remaja itu atau mengambil rute jalan lain.

Mencoba memanggil nama malaikat penjagannya, dia tidak muncul juga yang membuat (Name) gelisah. Melirik ke jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. (Name) memutuskan untuk membersihkan diri dan mengganti seragam sekolahnya dengan baju tidur.

Rasa sakit kepalanya yang berdenyut itu belum juga hilang. (Name) meminum obat sakit kepala. Dia juga mengecek rumahnya, ibunya belum pulang kerja. (Name) menatap ruang keluarga yang kosong itu, dia kembali teringat hari ketika ayahnya meninggalkan mereka. Kesedihan dan rasa kehilangan masih menghantui hati (Name) dan ibunya, namun mereka mencoba menyampingkan perasaan itu dengan terus hidup harmonis tanpa sosok tulang punggung yang sebenarnya.

Membuat makanan yang mudah untuk makan malamnya, (Name) memasak nasi goreng dengan bahan yang ada di dapur. Ibunya belum pergi belanja untuk keperluan mereka, (Name) berpikir dia yang akan pergi ke supermarket nanti.

"Ibu pulang!"

Suara yang (Name) harapkan itu terdengar dari arah pintu, masih memegang spatula, (Name) mendekati ibunya dan senyum terpasang di wajahnya.

"Ibu lapar? Aku baru memasak nasi goreng, loh," tawar (Name).

"Tentu. Ibu sudah lama tidak mencicipi masakanmu, (Name)," jawab ibunya lalu melepas jaket yang menutupi badannya.

(Name) menganggukkan kepalanya lalu kembali ke dapur dan menyiapkan dua piring serta gelas untuk mereka. Sedangkan, ibu (Name) yang melihat antusias (Name) itu memberinya energi untuk tetap semangat. Dia juga merasa lega karena hawa yang dia curigai itu sepertinya tidak ada di rumahnya atau tidak ada di dekat putri tunggalnya.

Makan malam dikediaman rumah (Last Name) itu terasa hangat karena (Name) dengan ibunya saling bertukar cerita bahkan (Name) semakin senang mendengar jika musim panas nanti mereka akan mengunjungi rumah neneknya yang ada di desa.

"Sungguh?! Aku sudah lama tidak pergi ke sana, tapi masih lama..." ucap (Name) diakhiri dengan nada sedih. Musim panas masih jauh untuk digapai, diperkirakan tiga atau empat bulan lagi.

"Artinya kita punya banyak waktu untuk persiapan, (Name). Ini sisi bagusnya, iya 'kan?"

(Name) menyetujui perkataan ibunya dengan anggukan kepala. Selesai dengan makan malamnya, (Name) yang mencuci piring dan ibunya yang membereskan meja makan.

"Oh, (Name), rambutmu masih basah. Apa kau mandi terlalu malam tadi?" tanya ibu (Name), tak biasanya (Name) mandi malam jika bukan karena pertandingan atau latihan vollinya. Dia tahu kalau jadwal latihannya tidak lebih melewati jam lima sore.

(Name) memegang ujung rambutnya yang basah dan pipinya merona karena takut jika kalimat kebohongannya bisa terdeteksi. "Umm, aku lelah setelah latihan jadi tertidur dan setelah bangun, aku sadar kalau sekarang sudah malam," jawab (Name) setengah benar. Dia tidak ingin ibunya tahu mengenai kejadian pulangnya meski (Name) sendiri juga tidak terlalu tahu detailnya setelah Atsumu membuatnya pingsan.

𝐃𝐞𝐯𝐢𝐥 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 | M. ATSUMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang