🥀 | 02

4K 833 239
                                    

――――――――――
His smile is like silver plate on a coffin.

[ John Philpot Curran ]
―――――――――――

🥀

(Name) menatap pria misterius itu dengan maniknya yang berkilau kagum. Dia akhirnya bisa melihat malaikat penjaganya! Juga, sayapnya yang ada di belakang membuat (Name) ingin menyentuhnya. (Name) sedikit memiringkan kepalanya dan wajahnya menunjukkan bingung.

"Namamu siapa?"

"Panggil aku Atsumu."

"Atsumu benar-benar malaikat penjagaku? Atau aku hanya bermimpi?" (Name) mencoba menyentuh pipi Atsumu dan merasakan kulitnya yang dingin serta lembut itu bersentuhan dengan jari kecilnya.

"Aku nyata, (Name). Mau aku buktikan?"

Atsumu sedikit menggerakkan sayapnya yang membuat rambut (Name) sedikit melambai karena angin yang diciptakan dari sayap itu dan (Name) tertawa. Atsumu ikut tersenyum melihat reaksi yang dikeluarkan (Name).

"(Name)!! Cepat mandi! Nanti terlambat sekolah dan jangan bermain terus!"

Terdengar teriakan dari ibunya yang menyuruh (Name) untuk melakukan aktivitas paginya. Padahal (Name) masih ingin bersama malaikat penjaganya dan dia juga ingin bertanya banyak hal pada Atsumu.

"Lakukan apa yang disuruh ibumu, (Name). Aku akan selalu berada di sisimu, ingat? Aku penjagamu," tangan Atsumu mengusap pelan pipi (Name).

"Uhm! Aku masih ingin bertanya pada Atsumu!" (Name) melompat dari pangkuan Atsumu yang membuat boneka rubahnya jatuh.

Atsumu melihat mangsanya yang turun ke bawah dan meninggalkannya di dalam kamar. Atsumu kembali ke wujud iblisnya dan mengusap rambutnya ke belakang. Wujud malaikat itu membuatnya jijik sendiri. Dia berhasil melemahkan jimat yang ada pada gelang itu, tapi efeknya hanya berlangsung sebentar, mungkin dia hanya bisa memunculkan dirinya ke hadapan (Name) tiga kali. Tapi, dia masih bisa berkomunikasi dengan (Name) lewat suaranya dan tidak perlu mengubah wujudnya ke malaikat lagi, tinggal mengganti hawa keberadaannya saja dan dia bisa bicara dengan (Name) sepuasnya.

Menunggu di luar rumah (Name). Atsumu memperhatikan ibu (Name) serta (Name) masuk ke mobil dan pergi dari rumah. Atsumu berasumsi mereka akan pergi ke sekolah (Name).

Atsumu melihat taman kanak-kanak dan dia harus mempertipis hawa keberadaannya agar tidak membuat anak-anak disini merasakan keberadaannya. Atsumu melihat (Name) yang masuk ke kelasnya bersama Kira.

Melihat bagaimana (Name) berinteraksi membuat Atsumu betah melihatnya. Dia bisa saja pergi ke suatu tempat hingga jadwal sekolah (Name) selesai. Tapi, entah kenapa dia ingin memperhatikan (Name).

"Kira bagaimana tidurmu semalam?"

"Aku bermimpi indah! Terima kasih atas jimat dari bibi yang sudah diberikan!" Kira memeluk (Name) dari samping yang membuat keduanya tertawa di ruang kelas.

"Oh! Oh! Kira, aku bertemu dengan malaikat penjagaku pagi ini!" (Name) menepukkan kedua tangannya sambil tersenyum dengan pipi merona.

"Benarkah?! Woahh, seperti apa mereka? Apa mereka punya nama?"

"Dia tinggi!" (Name) mengangkat tangannya ke atas. "Rambutnya agak gelap seperti bunga matahari!" (Name) menunjuk ke lukisan yang ada di dinding. "Dia juga punya sayap yang besar dan panjang!" (Name) merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum, menjelaskan ciri-ciri malaikat penjaganya.

"Tapi yang terpenting dari semua itu, dia punya senyum yang manis!"

Atsumu yang sedang santai mendengar pembicaraan mereka, tiba-tiba tersedak udara. (Name) bilang senyumnya manis?

"Aku ingin bertemu dengannya! Apakah bisa?" Kira memegang tangan (Name).

"Aku tidak tahu. Aku akan mencoba bertanya dengan Atsumu! Itu nama malaikat penjagaku."

"Bagus! Aku ingin sekali bertemu dengannya."

Atsumu merasa egonya disuapi pujian dari anak kecil polos seperti (Name) sudah membuatnya kenyang. Dia memang sudah sering mendapatkan pujian tapi mendengar langsung dari anak kecil dengan segala kejujurannya? Hal baru bagi Atsumu.

Seharusnya, Atsumu tadi memberitahu (Name) terlebih dahulu soal keberadaannya. Atsumu tidak ingin menunjukkan dirinya ke depan Kira karena anak itu pernah melihatnya sekali. Nantinya, rencana awalnya akan berantakan sebelum Atsumu mengambil jiwa (Name).

"Kalau 'Samu tidak menepati ucapannya. Akan ku tendang dia." Atsumu juga bukan orang yang sabaran. Masih terasa lama jika dia harus menunggu hingga lusa dan jimat yang melindungi (Name) bisa hancur sepenuhnya.

Waktu pulang akhirnya tiba. Semua anak-anak di sana sudah dijemput oleh orangtuanya masing-masing. Begitu pula (Name) dan mereka kembali langsung ke rumah.

Setelah sampai di rumah, (Name) segera berlari ke pintu depan rumahnya dan menyuruh ibunya untuk segera membuka pintu. (Name) ingin sekali bertemu lagi dengan Atsumu.

"Kenapa sangat bersemangat sekali, (Name)?" tanya ibunya sambil tersenyum lalu membuka pintu rumah itu.

"Aku ingin cepat bermain!!" teriak (Name) lalu segera menaiki tangga dan pergi menuju kamarnya.

(Name) melempar tasnya ke atas ranjang lalu maniknya melihat ke sekeliling kamarnya. Berharap bisa bertemu dengan malaikat penjaganya. Meski, dia bilang ada di sisinya, rasanya (Name) lebih nyaman bicara dengannya di kamar.

"Atsumu?" panggil (Name) dengan nada pelan.

"Ya?"

Atsumu sudah ada di belakang (Name) dengan sikut bertumpu pada lututnya dan tangannya menampung dagunya. Senyumnya tidak luntur dari wajahnya. (Name) berbalik dan langsung memeluk Atsumu yang tentu saja Atsumu memeluk kembali.

"Atsumu aku ingin bertanya boleh?" (Name) mengangkat kepalanya agar bisa bertatapan dengan Atsumu.

"Tentu. Apa itu?"

"Boleh Kira umm, temanku bertemu denganmu?"

Atsumu membenarkan posisi duduk (Name) agar lebih nyaman lalu sayapnya yang ada di belakang berada di punggung (Name) agar (Name) tidak jatuh. (Name) yang merasakan lembut sayapnya itu langsung terhanyut dengan rasa nyamannya.

"Aku mendengar semua pembicaraan kalian. Tapi, maaf (Name). Sepertinya tidak bisa."

"Kenapa?" (Name) sedih mendengarnya dan membuat Atsumu sedikit bersalah karena melihat wajah sedihnya. Sedikit.

"Aku hanya bisa dilihat olehmu dengan wujud seperti ini. Jika aku menunjukkan pada orang lain, aku melanggar aturan dan malaikat lain akan menggantikan posisiku."

Tangan kecil (Name) mengerat pada lengan baju Atsumu dan kedua matanya terlihat berkaca-kaca. "Aku tidak ingin itu terjadi."

"Benar 'kan? Ini semua untuk kebaikan kita berdua. Aku sudah lama mengawasimu, (Name)." Atsumu menyentuh hidung kecil (Name) untuk membangkitkan suasananya.

Keluar kekehan dari bibir (Name). "Atsumu selalu berada di sisi ku 'kan?"

Atsumu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Selalu."

― to be continue
































𝐃𝐞𝐯𝐢𝐥 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 | M. ATSUMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang