"Maafkan aku, (Name)-chan! Jika dari awal kita tidak bermain Truth or Dare, kita tidak akan pergi ke rumah angker ini."
Pegangan Mika kepada lengan (Name) mengerat tiap langkah yang mereka ambil. Mendekati rumah besar dengan gaya Victorian yang anehnya bisa ada di sini. (Name) menghela nafasnya untuk kesekian kali karena Mika terus mengatakan maaf kepadanya.
"Jangan khawatir, rumah ini tidak angker. Hanya tidak ditempati dan tidak diurus bukan berarti angker."
"Tetap saja, (Name)-chan! Aku takut!" bantah Mika lalu kedua manik hijau terangnya memperhatikan lingkungan rumah yang tumbuh dengan rumput-rumput liar. Matahari juga perlahan terbenam membuat cahaya untuk menerangi jalan kurang.
"Ingat Mika-chan, kita hanya masuk ke rumah ini lalu diam selama sepuluh menit. Setelah itu kita pulang, oke?" ucap (Name) mencoba menghilangkan rasa gelisah yang terlihat di wajah sahabatnya.
"T-tapi (Name)-chan tetap saja aku-"
"Besok aku traktir minuman kesukaanmu, bagaimana?" tawar (Name) sambil menyeringai karena dia tahu Mika tidak akan menolak tawarannya ini.
"Oke!" tanpa banyak bicara, Mika mempercepat langkahnya ke arah rumah dan (Name) yang melihatnya terkekeh pelan.
Sampai di depan dua pintu besar rumah ini. (Name) melepaskan pegangan tangan Mika yang ada di lengannya agar memudahkan dia membuka pintu besar itu. Pintunya terbuka sambil mengeluarkan suara denyitan yang membuktikan usia rumah ini sudah tua. Debu juga menyambut mereka dan keduanya menutup hidung serta mata.
"Sejak kapan rumah ini berdiri?" tanya (Name) menggumam dan iris (eye color)nya melihat ke sekitar ruangan.
"Aku tidak tahu tapi yang pasti sudah lebih dari 50 tahun!"
Anehnya, meski di luar rumah terlihat tidak terurus, di dalamnya begitu rapih meski ada sarang laba-laba dan debu di mana-mana. Banyak lukisan tua yang menghiasi dinding yang warnanya mulai memudar. (Name) juga menemukan barang-barang antik yang sepertinya jika dijual harganya lumayan tinggi.
"Sudah berapa lama kita di sini?"
"Oh umm.." Mika melihat ke arah jam tangan yang ada di pergelangan tangan kirinya. "Tiga menit lagi kita akan keluar!" jawab Mika dengan nada riang.
"Bagus. Apa yang kubilang? Tidak ada seramnya di rumah tua ini. Justru, kalau rumah ini di renovasi pasti akan terlihat indah," jelas (Name) lalu melihat ke atas langit ruangan yang terhiasi dengan lampu kaca yang besar.
"(Name)-chan selalu benar! Aku bersyukur punya sahabat seper-"
Suara pintu yang datang dari arah samping membuat perkataan Mika terpotong dan refleks tubuhnya bersembunyi di balik badan (Name).
"A-APA ITU TADI?!" teriak Mika ketakutan.
"Aku tidak tahu..." jawab (Name) jujur lalu dia ingat kalau waktu mereka sudah habis di sini. "Oke, kita keluar sekarang. Lagipula sudah sepuluh menit," ucap (Name) lalu mendorong tubuh Mika ke arah pintu.
Mika menganggukkan kepalanya gugup dan membiarkan (Name) yang mendorong tubuh kakunya keluar namun tidak lama kemudian dia merasa lemas mendengar suara dari arah belakang mereka.
"Siapa kalian?"
Mika pingsan dan (Name) menangkap badan Mika di tangannya lalu menoleh cepat ke belakang. Dia melihat lelaki yang kelihatan berumur 20 tahunan, rambut pirang pudar dengan dua manik coklat muda.
"A-ah, kami hanya ingin melihat isi rumah ini karena.. err Dare dari teman kami," jawab (Name) jujur.
Lelaki di depannya mengangguk mengerti. "Aku kira kalian berdua datang ke sini untuk memburu hantu. Oh, butuh bantuan untuk mengangkat temanmu?"
(Name) menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, aku hanya tinggal membangunkannya," tangan (Name) menepuk cepat namun pelan ke kedua pipi Mika lalu mencubit pipinya agar dia cepat bangun.
"Hey, ayo bangun. Kita keluar dari sini."
Perlahan kedua manik hijau Mika terbuka lalu wajahnya menunjukkan ekspresi bingung. "Huh? D-DIMANA-HMPH."
(Name) menutup bibir Mika sebelum mengeluarkan perkataan yang akan menyakitkan lelaki di belakangnya. "Hush, pria itu manusia, Mika. Ayo berdiri dan bilang minta maaf," suruh (Name).
Mika berbalik dan ternyata perkataan (Name) benar lagi untuk kesekian kalinya hari ini. Lalu, Mika membungkukkan badannya berkali-kali dan meminta maaf kepada lelaki itu.
"Tidak apa-apa. Sudah biasa aku melihat orang-orang yang uji nyali kemari. Padahal di sini tidak apa-apa selain... barang-barang tua ini," jelasnya sambil tersenyum.
Itu menjelaskan kenapa barang-barang antik di rumah ini tidak dicuri. Ada yang menjaganya di sini rupanya.
"Kalau begitu, kami pamit untuk pulang. Sebentar lagi gelap. Sekali lagi, kami minta maaf sudah menganggu." (Name) dan Mika membungkukkan badan mereka di depan lelaki berambut pirang pudar itu.
Sebelum mereka keluar dari rumah lelaki itu bertanya sesuatu. "Tunggu, siapa nama kalian?"
"Oh! Aku Yukinara Mika!" jawab Mika dengan nada ceria seperti sebelumnya.
"Dan aku, (Last Name) (Name), bagaimana dengan... kakak?" tanya (Name) karena kelihatannya lelaki itu terlihat lebih tua dari mereka berdua.
Lelaki dengan manik coklat muda itu terkekeh pelan mendengar panggilan (Name). "Tidak usah memanggilku kakak. Namaku Miya Atsumu, salam kenal," jawabnya diakhiri dengan senyuman.
― to be continued
hika buat part 2 nanti!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐯𝐢𝐥 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 | M. ATSUMU
Hayran Kurgu✧ dia harus membuang ego dan nama besarnya untuk menjaga gadis manusia yang berhasil meluluhkan hatinya. ✧ start →may 19 2020 end → october 10 2020