11/5/20
..
.
.
Kisah ini dimulai dari sosok remaja bernama Ade Wira Narayana atau Yana begitu banyak orang memanggilnya. Remaja yang beberapa bulan lagi genap delapan tahun itu berasal dari desa kecil yang kini tengah berada di perantauan untuk melanjutkan sekolahnya. Yana mendapatkan beasiswa kuliah penuh di salah satu universitas negeri di provinsinya.
Awal kuliah dulu dia sempat terpikir tentang biaya sekolahnya itu. Namun pihak kampus yang telah menjanjikan beasiswa penuh atas biaya pendidikan dan tunjangan bulanan itu membuatnya yakin. Dan memutuskan untuk tetap melanjutkan niatnya kuliah. Meski uang yang di dapat kurang, dia berusaha memenuhinya dengan cara menjadi guru les privat di beberapa orang kaya di daerah dekat kost kostannya itu. Bayaran cukuplah untuk biaya kostannya selama sebulan.
"Kenapa baru sekarang mereka memberitahukan bahwa aku gagal? Kenapa tidak sedari dulu saja? Ah.., aku harus bagaimana ini?!" Guman nya terbangun dari posisi tidur nya.
Yana sedang bingung memikirkan biaya kuliah dan hidup nya mendatang. Dia ingin melanjutkan kuliah karena itu memang mimpi nya. Tapi dia sekarang tak punya biaya untuk membayar itu semua. Orang tua nya hanyalah seorang buruh tani. Bisa makan setiap hari saja mereka sangat bersyukur. Di rumah juga masih ada dua adik nya yang masih SMP dan TK. Mereka butuh biaya juga. Tak mungkin kan dia sampai menambah beban orang tua nya semakin berat.
Sepulang dari pertemuan antar pihak kampus juga penerima beasiswa beberapa hari lalu dia terus merutuk karena hal tersebut. Dia kecewa benar benar sangat kecewa sekali. Beasiswa nya dicabut dengan alasan ada yang lebih membutuhkan beasiswa tersebut ketimbang diri nya. Padahal jelas jelas penerima beasiswa yang baru itu jauh lebih mampu dari dia. Ingin rasa nya ia protes dan membeberkan semua nya. Tapi mana mungkin ia lakukan. Yang menggantikan diri nya itu teman sekelas nya. Dia tak mungkin setega itu.
Walau dalam hati rasa nya ingin mengumpati nya. Bagaimana tidak jengkel, jika penerima beasiswa baru itu dengan enteng nya berbicara bahwa uang yang ia dapatkan akan digunakan untuk shopping shopping dan jalan sama pacar nya. Gila gak sih itu?! Jelaskan bahwa dia gak pantes dapet beasiswa itu. Lebih pantas diri nya karena memang diri nya menggunakan uang beasiswa itu untuk keperluan kuliah juga membayar kost dan biaya hidup nya.
"Kenapa harus semendadak begini sih?! Rasa nya sangat nanggung kalau berhenti sekarang. Belum lagi waktu ku selama enam bulan ini akan sia sia kan jika aku mengakhiri nya sekarang. Tambah lagi kalau Bapak sama Ibu tahu ini. Pasti mereka sangat kecewa. Aku tak ingin melihat mereka kecewa." Tutur nya menyandar kan kepala nya pada dinding di belakang nya.
"Maksa lanjut juga pakai uang apa?! Gaji kerja sambilan tidak akan cukup untuk biaya kuliah, kost juga makan. Aku harus apa sekarang....?!" Desah nya amat frustasi.
"Tok.., tok.., tok...,"
"Yana..., ini gue Felix. Bukain dong pintu nya!!! Kenapa lo pakai kunci kunci segala sih?! Biasa nya juga gak gitu." Kata orang di luar sana.
"Cklerk...,"
"Ada apa, Fel?!" Tanya Yana begitu membukakan pintu.
"Misi.., boleh masuk dulu dong ya?!" Tak menjawab cowok berambut pirang itu menerobos masuk kamar nya Yana. Sudah kebiasaan emang dia.
Yana menghela napas melihat kelakuan teman nya itu. Setelah menutup pintu nya kembali. Ia pun menyusul Felix yang telah sibuk mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang ia bawa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Merah
Fanfiction"Saya butuh kamu lebih dari yang saya kira sebelum nya ternyata" Warning!!! Hj!uke!bott!sub No bad comment dear❤ 14agus20-7okto20