Beberapa hari menjelang debut semua pihak terkait sibuk mempersiapkan satu demi satu alat dan bahan yang dibutuhkan. Rasa lelah dan penat mereka hiraukan demi sebuah kata sempurna. Persiapan dimulai dari latihan koreo, latihan bernyanyi sampai pada tahap hari ini, yaitu pembuatan music video (mv) dengan title lagu La Vie En Rose.
Sudah sejak tadi pagi mereka terus melakukan berulang kali gerakan tarian dan adegan demi memperkuat hasil akhir. Tiga jam kemudian satu per satu staff dan member IZONE membubarkan diri dan saling mengucapkan "kerja bagus, terimakasih" dan membungkukkan badan.
Minju sedikit beristirahat di sudut ruangan sembari menunggu gilirannya untuk berganti baju. Memejamkan mata dengan tangan sebelah kanan terangkat guna menghalang cahaya untuk menerobos lebih jauh. Merileksan pikiran, tubuh, dan memulihkan tenaga sehabis bekerja.
Lima menit kemudian istirahat nya berakhir kala ada sebuah tangan menggoyangkan badannya. Mengucek matanya perlahan, menoleh ke kanan dan ternyata handphone nya berdering ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Siapa?
Minju memberanikan diri untuk menekan tombol hijau dan menggesernya ke arah kanan. Menempelkan benda pipih itu ke telinga kanan nya, "Yeoboseyo?" ucapnya dengan suara parau khas bangun tidur.
Uh? Tak ada jawaban dari si penelepon.
"Hallo?"
Masih tidak ada jawaban.
Brak!!
Minju terlonjak kaget kala telinganya mendengar suara yang cukup keras. Sambungan telepon nya terputus oleh si penelepon. Aneh? Siapa yang menelepon dirinya tanpa mengucapkan kata sedikit pun?
"Minju!! Mari pulang!" Minju mengangguk dan berjalan meninggalkan ruangan itu.
Di dalam mobil Minju terus merenungkan siapa pelaku penelepon misterius tadi. Saat sedang asik merenung tiba-tiba ada notifikasi muncul di layar utama.
Hyunjae-ssi
Selamat.
Hanya itu? Apa tidak ada kata-kata pelengkap lainnya yang bisa membuat satu kata itu terkesan lebih manis? Jahat sekali manusia satu itu.
Sejak kapan nama kontaknya berubah? Sejak putus, Minju memutuskan untuk merubah nama kontak agar tidak ada pihak lain yang mencurigai nya lagi dan mengancam karir dirinya dan Hyunjae nanti. Lebih baik mencegah hal buruk, kan?
Sudah lah. Dia langsung menutup layar handphone nya dan tertidur.
...
-Sisi lain.-
"Hyung!" dirinya menoleh.
Sesosok lelaki lebih muda darinya berjalan mendekat dengan handphone hitam ditangannya. Saat sudah berhadapan lelaki itu menunjukkan handphone nya yang terpampang jelas nama mantan kekasih nya disana.
Peringkat 11
Kim Minju dari Urban Works
Seketika darah nya berdesir hebat, matanya sedikit membasah dan terbesit rasa bangga. Dia memang tidak main-main, sehebat apapun badai akan dia terjang demi mencapai mimpinya. Seketika dia teringat moment dimana dia bertemu dengan perempuan yang menjadi mantan kekasih dan teman masa kecilnya itu. Rasa sesak di dada semakin menjadi.
Haruskah dia bangga? Haruskah dia mengucapkan selamat?
"Udah ngucapin ke Minju, belum?" tanya lelaki itu.
Hyunjae menggeleng pelan lalu berkata "belum, Ric," sayang dirinya tidak mempunyai keberanian sebesar itu,
Eric mendecih "Yah payah,"
"Kalo ngerasa laki, telpon sekarang terus ucapin selamat" sambungnya sambil berjalan menjauh.
Hyunjae terpikirkan dengan ucapan Eric tadi. Memang benar seharusnya dia sebagai lelaki harus berani, toh hanya mengucapkan kata selamat kan? Kecuali berniat mengajak pacaran lagi baru deh menyusut sebelum perang.
Kepalanya diletakkan di meja dengan kedua tangan sebagai tumpuan dan semua jari nya mengetuk-ngetuk meja.. Layar handphone nya masih sama, berada di bagian telepon dan tertera sebuah nomor yang sudah ia hapal entah sejak kapan. Tangannya terangkat, tinggal menekan tombol telepon berwarna hijau maka sambungan telepon akan menghampiri penerima panggilan.
Tuk!
Akhirnya tangan dia berhasil menekan tombol hijau itu. Sungguh pencapaian yang luar biasa.
"yeoboseyo?"
Hampir saja dia melempar handphone nya sendiri. Dada nya naik turun dan napasnya tersengal. Kepalanya tiba-tiba pening. Entah apa penyebab nya kini lidahnya mendadak kelu, sulit sekali untuk mengucapkan satu kata yang sudah ia siapkan sedari tadi.
"Hallo?"
Bagaimana ini? Ia ingin menjawab namun tidak bisa.
Brak!!
Seseorang membanting pintu dan Eric tiba-tiba muncul dari arah belakang. Dia bertanya menggunakan ekspresi wajah "sudah?" lalu Hyunjae membalas dengan gelengan kepala. Eric beringsut mundur dan berlalu pergi lagi.
Hyunjae memutuskan untuk mengakhiri sambungan telepon itu secara sepihak. Masa bodo dengan reaksi Minju diseberang sana. Saat ini, dia harus menenangkan diri dan berusaha untuk berfikir lebih jernih.
Butuh waktu lima menit untuk memulihkan semua kinerja tubuhnya dan otaknya sudah berjalan sebagaimana mestinya. Lantas harus bagaimana kah dia?
"Kirim pesan saja" teriak Eric dari arah dapur.
Ah kenapa dia tidak terpikirkan kesana?
Dengan gerakan super cepat dia menggerakkan kedua ibu jari nya untuk mengetikkan semua isi hatinya saat ini. Hapus ketik, hapus ketik, entah sudah keberapa kalinya dia harus mengulangi hal yang sama. Akhirnya dia menekan tombol kirim pesan dan pesan pun terkirim.
Helaan napas panjang keluar begitu saja. Lega sekali rasanya, seperti beban besar sudah terangkat dengan mudah.
Ting!
Minju ku.
Terimakasih
Dia terdiam sebentar, sepertinya ada yang salah dari pesan nya tadi.
"AAAAAA TIDAKKKKKKKK"
"BODOH SEKALI KAMU LEE JAEHYUN!!!"
"ENYAH KAU!!"
TBC
VOTE AND COMMENT JUSEYOOOOhehe, maaf ya aku nya slow update 🙏
segitu dulu dari aku. makasih😺
-gaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Praeterium [Hyunjae] ✓
FanfictionLee Hyunjae The Boyz x Kim Minju IZONE Masa lalu memang sangat berpengaruh bagi yang mengalaminya, entah berpengaruh untuk masa depan atau masa kini. Bagaimana jika masa lalu seorang Hyunjae bisa terulang dan berakhir sama? ...