Toni melangkah ke dapur. Meski rumah tua, perabotan alat masak tidak setua bangunannya. piring keramik-keramik mewah berbagai motif ciri khas china kuno dengan stempel dynasti dibelakangnya berderet pada lemari berkaca yang berdebu. Atau gelas-gelas cawan berwarna perak tergantung.
Toni hanya mengambil piring-piring dan baskom untuk mencuci daging kambing. Hari ini toni ingin memasak menu spesial, menu steak daging panggang rosmery. Tak sengaja saat sebelum memasuki villa, toni melihat rosmery tumbuh liar di halaman depan.
“Hi Toni!” seru atena dari kejauhan “Kau masak apa?” atena yang penasaran berjalan menghampiri toni di bawah pepohonan dengan masih rambut pendeknya yang basah. Toni hanya menoleh belum menjawab.
“Menu spesial daging panggang rosmery.” Jawab toni saat atena sudah berada disampingya.
“Kau dulu seorang chef?” tanya atena.
“Bukan, aku hanya hobi memasak saja.” jawabnya.
“Kelihatannya enak, aku panggil dulu yang lain.” Atena pergi memanggil teman-temannya.
“Belum siap atena, masih ada yang perlu aku panggang lagi.” kata toni sambil membalik daging ketika melihat dua pasang kaki mematung di sebelahnya.
“Atena? Kau memasak untuknya?” jawab pemilik kaki itu yang rupanya jihan.
“Oh jihan, a.. aku kira atena,” Toni berkata sedikit gugup seakan-akan tidak ingin jihan salah paham. “Aku memasak untuk semua, kau tidak lihat banyak danging yang aku panggang?” toni meyakinkan jihan.
“Kelihatannya lezat, Aku bantu menyajikan ya.” Jihan menyajikan steak rosmery itu ke piring-piring keramik china koleksi keluarga ludorft.
“Kenapa sebentar sekali tidurmu?” Tanya toni.
“Aku terbangun karena lapar.” Jawab jihan.
“Seharusnya aku menggantikanmu menyetir.” Ungkap toni menyesal.
“Kenapa? Kau mengkhawatirkanku, Ton?”
“Bukan khawatir, Seharusnya lelaki yang melakukan itu, melindungi perempuan. Diantara kita banyak lelaki, tapi malah perempuan yang melakukan hal berat itu. Dimana harga diri kami?” ekspresi toni menunjukkan kebohongan, jelas ia merasa khawatir pada jihan.
“Itu hal kecil, Ton. Hanya menyetir. Lagipula aku sering mengendarai jeep dulu. Tidak perlu dipermasalahkan lagi.” jihan tahu betul rasa khawatir toni terhadapnya. Hal yang menurut jihan kecil, dimata toni selalu diperhatikan. Apakah lelaki itu menaruh hati pada jihan?.
Yosep, Okki, Atena berlarian dari arah telaga. Sementara dewangga berjalan perlahan sembari memasang wajah cemburu melihat kebersamaan jihan dan toni yang sangat akrab, penuh senyum dan tawa.
“Emmm… ini lezat sekali, Ton.” Puji yosep setelah menyantap steak “Dimana kau belajar memasak seperti ini? apakah dulu kau seorang chef?” sambung yosep bertanya.
“Tidak, memasak hanya sebuah hobi saja.”
Dewangga telah memotong steaknya menjadi bagian kecil-kecil. Dewanga menukar piringnya dengan piring yang dipangkuan tangan jihan seraya berkata “Tenagamu pasti habis setelah menyetir berjam-jam. Makanlah!” sontak semua mata melirik jihan dan dewangga. Atena memasang wajah cemburu. toni memasang wajah biasa-biasa saja meski di dalam hatinya merasa kalah satu langkah.
“Terima kasih, Dew.”
“Selamat makan, ayo ayo kita makan!” seru toni membuyarkan fokus suasana.
Setelah makan jihan menceritakan apa tujuannya membawa mereka ke villa ludorft dengan menyembunyikan tujuan sebenarnya. Jihan mengatakan tanaman Littorella ini untuk ayahnya yang menderita kelainan lambung dan hanya manjur diobati tanaman Littorella. Bagaimanapun, jihan akan membutuhkan bantuannya untuk mencari tanaman Littorella di bukit-bukit.
“Jadi, kita disini menuggu hujan begitu?” tanya okki.
“Iya, beberapa hari lalu di hutan sudah mulai turun hujan. Kita hanya perlu menunggu dua sampai tiga minggu.” jawab jihan
“Apakah kau yakin? Disini sangat panas tidak ada tanda-tanda hujan akan turun.” Atena berkata, dia pikir akan merasa bosan nantinya melihat dewangga yang terus mendekati jihan. Pikirnya lebih baik segera tiba di rajanami dan menjauhi jihan.
“Aku datang kemari lebih awal, apabila tidak mengendarai jeep. Pastilah aku tiba di villa ludofrt tepat tanaman itu tumbuh dimana-dimana,” Jawab jihan lagi.
“Bersabarlah atena, ini tidak akan lama seperti yang kau bayangkan. Kita bisa berlatih sambil menunggu.” Bela toni.
“Ya benar, lagipula disini ada yang belum bisa bela diri. Sepertinya aku harus mengajarinya cara menghabisi manusia kanibal.” dewangga menoleh ke arah jihan sebagai maksud jihanlah orang yang dibicarakan dewangga.
Selain jihan yang lemah dibela diri, yosep juga tergolong lemah. Meski sudah dua tahun bergabung, kemampuan beladirinya sangat lemah. Tinjunya banyak meleset tidak diperhitungkan. Okki tidak terlalu buruk untuk urusan bela diri. dengan kecerdasan dan tubuh kurusnya, okki sering melakukan menuver-manuver yang mengejutkan, okki hanya kalah pada tenaga. Atena, gadis itu jangan tanya lagi. dewangga saja beberapa kali pernah dikalahkan apalagi sekelas yosep dan okki sudah habis dibabatnya. Sementara dewangga, seperti dilahirkan sebagai petarung. Kedisplinannya berlatih pencak silat hingga taekwondo bahkan judo semenjak sekolah dasar mengantarkannya peraih medali perak olimpiade nasional cabang pencak silat sewaktu SMA.
Toni, tidak pernah berlatih bela diri. Toni hanya menyukai buku-buku dan makhluk hidup. Meneliti tanaman ke hutan belantara. Kemampuan menombaknya ia dapatkan dalam kehidupannya sebagai penyintas bertahan hidup seorang diri setelah sufal mewabah. Bela dirinya pun bergaya bebas, bebas yang penting baginya bisa memukul habis lawan.
“Ah ide bagus, aku kesal dengan manusia kanibal tempo hari yang mengejar-ngejar kami. Ingin kutembak kepalanya.” Kata toni setuju dan mengatakan hal sedikit sadis agar terlihat keren. Jelas toni akan setuju, ia akan berlatih agar bisa melindungi jihan. Toni juga tak mau kalah dengan dewangga sang petarung berotot kekar.
Malam datang, semua tidur di ruang tengah dengan slimut-slimut berbau lemari bertahun-tahun tidak dipakai. Tidak ada listrik yang menerangi hanya lentera tua dengan sedikit bahan bakar dari derigen yang di ambil jihan.
◼◼
Keesokan harinya dewangga telah menyiapkan orang-orangan sawah sebagai target panahan di pinggiran telaga. Dewangga tidak membuat arena latihan tembak sebab semua sudah bisa menembak. Termasuk toni yang bisa sekedernya. Selain itu, mereka perlu menahan persediaan senjata. Sebab pertarungan sesungguhnya belum dimulai.
“Tinju badanku dimana pun!” suruh dewangga kepada jihan.
Jihan mulai meninju ke arah wajah dewangga, dengan mudah dewangga menangkap kepalan tangan jihan. “Tenagamu terlalu lemah, kepalanmu harus lebih kuat. Buka sedikit lenganmu!” jihan mengangguk lalu mengulangi meninju ke arah area badan dewangga. Gagal!, jihan mencoba lagi untuk ke-tiga kalinya. Dewangga tidak menangkap tangan atau menangis begitu saja. dewangga melakukan kuncian, pertama dewangga melumpuhkan kedua lengan jihan dengan mengikatnya di panggul belakang milik jihan. Lalu dewangga memeluk tubuh jihan dari belakang lengannya melingkar di leher sebagai kuncian terakhir.
“Dewangga pintar sekali mencari kesempatan pada gadis itu.” Kata yosep yang sedang duduk bersama kawan lainnya menonton mereka berdua berlatih.
“Hei yosep, itu wajar sekali dalam latihan.” Okki segera menyangkal yosep ketika melihat wajah atena yang berubah masam.
“Atena, kau bisa menombak?” tanya toni.
“Tidak bisa.”
“Maukah kau ku ajari menombak? Aku mahir menombak.” Alih-alih terus menonton dewangga dan jihan berlatih, toni pergi mengajak atena menombak ikan di telaga untuk makan siang.
Seberes berlatih bela diri, dewangga melatih yosep dan okki memanah. Jihan memandang dari kejauhan keasikan toni dan atena menombak. Seperti ada rasa iri hati, seharusnya dialah yang toni ajak menombak. Sejak menombak ikan di hutan, jihan jadi ingin menombak lebih sering.
◼◼
Sementara itu, di markas mbalelo. penjaga yang bertugas pada malam saat jihan dan kawan-kaannya kabur telah babak belur dihajar oleh anak buah paman noto yang lain. Anak buahnya yang bertugas di pos radio yang telah kehilangan satu jeep. Mereka lebih sadis dalam menghukum. itu terbiasa karena sering menghadapi gerombolan manusia kanibal.
Wajah penjaga itu sudah tak berbentuk. Kedua kelopak matanya membengkak berwarna ungu hampir tak terlihat iris dan pupil nya. giginya hilang karena pukulan-pukulan. Darah keluar dari mulut dan hidungnya. Bisa jadi penjaga itu mengalami patah pada rahangnya. Tak hanya wajah, badannya juga babak belur di injak-injak. Masih untung paman noto tidak memotong salah satu kaki untuk dijadikan umpan kepada manusia kanibal. paman noto membiarkan anggota tubuhnya masih utuh dan menjadikannya tukang bersih-bersih saja.
Dihadapan paman noto, penjaga itu tersungkur tengkurap. Paman noto menginjak jari-jari penjaga itu sambil meremas sebuah foto Profesor malik dan Jihan Anusy, lalu melemparnya ke badan penjaga.
Mata-mata paman noto datang secara langsung dari rajanami untuk membawakan foto rupa jihan. Di rajanami lah satu-satunya sambungan telfon dan internet yang masih aktif. Percetakan masih berjalan, dan salah satu mata-mata paman noto telah datang membawa cetakan foto-foto untuk disebar luaskan kepada seluruh pasukan mbalelo yang menyebar di jawa.
Paman noto geram, bisa-bisanya anak yang dititipkan sahabatnya mengkhianatinya begitu saja. darah paman noto mendidih bahkan jika dewangga telah dihadapannya, paman noto ingin menembak kepalanya dengan tangan sendiri.
“Tangkap! mereka hidup hidup! Aku sendiri yang akan membunuh bocah-bocah sialan itu!” dengan sigap, jeep-jeep kembali mengaspal melacak keberadaan anusy jihan.◼◼◼
Publish 06-08-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJANAMI [ON GOING]
Science FictionKehancuran sedang melanda dunia dengan datangnya berbagai bencana dan virus mematikan bernama Sufal. virus yang akhirnya bermutasi menjadi ganas. membuat kesadaran manusia perlahan hilang, kemudian menjadi manusia kanibal dan berakhir menjadi monste...