Perkenalan Anggota Baru

56 35 4
                                    

'Ayah, hari ini lelaki itu tidak mengangguku lagi. Bahkan kami berburu bersama. Jihan tak menduga dia tetangga sendiri’.

Jihan duduk di bangku halaman sambil memakan buah apel. ‘Dia pasti akan menjadi teman yang baik.’ Ayahnya menjawab. Pikiran jihan tiba-tiba dipenuhi sederet masa lalu bersama dewangga saat berburu. Dewangga adalah temannya, sahabatnya, musuhnya dan tetangganya. Saat remaja mereka begitu dekat hingga kuliah di berbeda kota memisahkan mereka.

“Kau dari mana jihan?” tanya toni yang sudah terbangun. Sementara jihan sedang membersihkan kakinya.

“Hanya melihat-lihat sekitar.” Toni bangkit dan membenarkan duduknya.

“Apa rencanamu selanjutnya?”
Jihan celingak-celinguk, di sudut ruangan ada beberapa orang yang sedang dudukan di lantai. Ia harus memelankan suaranya.

“Aku lupa mengatakan ini padamu, keberadaan antivirus itu sangat penting. Jadi jangan ada orang yang mengetahuinya. Aku tahu ayahku saat ini hanya mengulur-ulur waktu. Sebenarnya ayah sudah berhasil menemukan antivirus, jika kabar ini muncul di permukaan banyak orang yang akan mengincar. Termasuk pamannya dewangga. Paman noto namanya.”

“Jadi mereka tidak boleh tahu juga bahwa kau putri ayahmu.”

“Tepat sekali.”

“Jadi apa yang akan kau lakukan disini?, kau tidak khawatir dewangga akan mengungkap identitasmu?”

“Itu yang sedang aku khawatirkan. Tenang saja, dia orang yang bisa dipercaya. Aku akan berbicara padanya nanti. Sementara kita disini. Aku akan mencari informasi apa saja rencana kelompok ini.”

‘Jek.. jek.. jek..’ Bunyi lampu pijar mulai hidup satu persatu di ruangan itu. Menghentikan pembicaraan jihan dan toni. Yosep, atena, dan okki berjalan mendekati mereka atas ide yosep.

“Hi gadis bule, boleh berkenalan?” kata yosep. Jihan diam tidak menjawab.

“Kau tidak mendengar?, Gadis bule yang sombong!” ejek yosep. Jihan merasa tergugah, ia berdiri untuk menunjukkan sikap berani. Menatap lekat dengan melotot kepada yosep.

“Kau bisu?” tambah yosep. “Sudah yo, jangan mengusiknya!” pekik okki.

“Benar-benar bisu!” Suaranya mengeras, memantul hingga semua orang yang berada di ruangan menatap jihan. Toni berdiri.

“Saya tidak tahu kau siapa, posisi kau disini sebagai apa. tapi berkata demikian kepada seorang perempuan itu tidak pantas. Kau ini laki-laki.” Suara toni halus, namun menusuk. Bahwa yosep pengecut hanya berani pada perempuan.

“Saya tidak suka diabaikan!” belanya pada diri sendiri.

“Hentikan!” dewangga tiba-tiba muncul di tengah pintu. Ia berjalan, yosep sedikit ketatukan.

“Ada apa ini?” tanya dewangga.

“Kami mencoba ingin berkenalan dengan pemanah handal ini, Dew. yosep sepertinya kurang ramah.” Jawa atena.

“Yosep, berhentilah mengganggu jihan. Buang sikap belagumu itu.” Yosep mengerut seperti kucing di hadapan dewangga.

“Oh hi, saya okki.” Okki menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Jihan hanya tersenyum tipis tanpa menjabat. Okki merasa malu, menggenggam kembali telapak tanggannya.

“Perkenalkan saya toni, ini jihan. Terima kasih atas sambutannya.” Toni mencoba sedikit ramah. Paling tidak ia bisa mendapat teman baru.

“Dan ini yosep, atena dan okki.” Balas dewangga.

“JIhan,” dewangga menatap. “Bersiaplah, sebentar lagi ada pesta penyambutan anggota baru.” Toni dan jihan saling menatap.

Lampu-lampu sudah dinyalakan, menerangi setiap sudut aula tadi pagi yang sibuk, semua orang berdiri memenuhi balkon Lantai dua, lantai tiga, juga tak kalah penuh. Paman noto berjalan dari pintu ruangan lantai dua menuju balkon di depannya. Semua terpaku pada sosok penyelamat, sosok pahlawan yang memungut mereka dari puing-puing. Semua memujanya bagai dewa.

RAJANAMI [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang