Markas militer anak buah I Gede Putu di bekas bandara Soekarno Hatta sedang sibuk pada pagi hari ini, mempersiapkan puluhan armada helikopter perang untuk mencari Anusy Jihan ke kelompok-kelompok yang masih bertahan di perakampungan-perkampungan Jawa tengah dan Jawa barat. Titik-titik yang telah diprediksi akan dilewati Jihan dan teman-temannya.
Letnan Budi ikut terjun langsung melacak mereka, menurut informasi terakhir yang di dapat dari mata-matanya di Mbalelo, Jihan telah berhasil melumpuhkan kejaran kelompok Mbalelo kemarin di pegunungan jawa tengah, jika berkendara sehari-semalam itu artinya lokasi mereka hanya berjarak beberpa puluh atau ratus kilo meter dari lokasi mereka kejar-kejaran. Letnan Budi memilih melacak di titik dengan kemungkinan paling besar yaitu sekitar perbatasan antara jawa tengah dan jawa barat.
Helikopter Letnan Budi mungadara sejak pagi buta, sudah lima kali kampung kecil ia datangi. Namun, ia hanya menemukan para penduduk yang kebanyakan kelaparan, wajah-wajah mereka lebih takut mati karena sufal yang berusaha mengubah mereka mejadi monster kanibal dari pada mati kelaparan.
Ada satu kampung lagi yang akan di kunjungi Letnan Budi sebelum makan siang, yaitu Ciperna. Kedatangan Letnan Budi membuat semua orang ketakutan bersembunyi di rumah mereka masing-masing. Seorang ibu gelisah ketakutan mencari ke gang-gang dimana anak bocah lelakinya bermain. Bocah lelaki berusia tujuah tahun berambut tebal yang bertemu Jihan pagi tadi. ia sedang bermain mobil-mobilan kayu di dekat gerbang. Para penjaga sudah menyuruh bocah itu pulang. Namun, tak diindahkan sama sekali. Bocah itu tidak tahu siapa yang datang.
Letnan Budi menembak pintu gerbang hingga roboh, menciptakan suara mencengkam. para penjaga ketakutan gemetaran hingga hampir mengompol di celana. Letnan Budi yang melihat bocah lelaki berjongkok menutup kedua telinganya akibat suara tembakan baru saja menyuruh anak buahnya untuk mengambil bocah itu. Bocah itu hanya bisa menangis dan orang-orang tidak berkutik dengan keadaan. Mereka tak memiliki senjata canggih, bahkan senapan saja tak punya. Mereka lebih banyak menyimpan senjata-senjata tradisional seperti pedang, golok, panah dan katapel.
Lenan Budi melepaskan tembakan ke udara sebagai peringatan agar semua penduduk kampung keluar.
“Hei, kamu,” tunjuk Letnan Budi kepada bapak penjaga. “Suruh semua orang berkumpul sekarang juga!”
Lantas seorang penjaga berlari ketakukan memanggil-mangggil penduduk. mereka datang tanpa membawa anak-anak. Mereka menyembunyikan anak-anak mereka di dalam lemari, di ruangan terkunci, atau di gudang-gudang. Para penduduk sudah berkumpul di depan gerbang, ibu yang kehilangan bocah lelakinya baru datang dan mendapati putranya menangis di tangan Letnan Budi.
Bocah lelaki itu merengek-rengek memanggil ibunya “Ibu… ibu…” sang ibu yang menyaksikannya tak bisa berbuat apapun.
“Dari kalian harus mengaku, apakah ada gadis ke kampung kalian pagi ini?” semua diam. Beberapa memang tidak tahu, beberapa tidak berani berkata, atau mereka juga ikut terseret dituduh menyembunyikan Jihan. Letnan Budi melepaskan tembakan lagi ke udara.
‘Duar..’ semua kaget, para ibu hampir menangis.
“Jangan sampai peluru ini menembus kepala bocah ini.” ancamnya sembari meletakkan senapan ke kepala bocah itu.
Sang ibu hampir mengakui kedatangan Jihan pagi tadi, saat mulutnya sudah terbuka hendak bersuara, seorang pria penjaga gerbang berlutut mengakuinya.
“Mohon lepaskan anak itu, Pak!” pria itu adalah paman dari bocah lelaki.
“Gadis yang bapak maksud, pagi tadi kemari. Dia hanya meminta makanan lalu pergi, dia pergi ke arah jalan raya. Mohon lepaskan anak itu, Pak!”
“Mengapa tak kau katakan saja sejak tadi?” Letnan Budi melepas bocah itu dengan mendorongnya ke samping hingga tersungkur. Kemudian ia menodongkan senapan kepada paman bocah itu. Tanpa ragu, ia melepaskan satu tembakan tepat di kepala, seketika kepala paman bocah itu pecah, darahnya menyemburat kemana-mana termasuk menempel ke senapan Letnan Budi sendiri. Orang-orang berteriak histeris, sang ibu langsung berlari memeluk bocah lelaki. Menutupi matanya agar tak melihat kengerian yang terjadi meskipun bocah lelaki itu sebenarnya sudah melihat. Sementara Letnan Budi pergi kembali berjalan menuju helikopter yang terparkir di luar tembok.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJANAMI [ON GOING]
Fiksi IlmiahKehancuran sedang melanda dunia dengan datangnya berbagai bencana dan virus mematikan bernama Sufal. virus yang akhirnya bermutasi menjadi ganas. membuat kesadaran manusia perlahan hilang, kemudian menjadi manusia kanibal dan berakhir menjadi monste...