limabelas

766 48 0
                                        

...

Dua bulan kemudian,,,

Anjay.. ke inget sama part sebelumnya.. langsung dua bulan kemudian aja.. 😂😂

Yuki pov.

Aku sudah berulang kali meminta izin Eiji-san untuk menemaninya hingga keadaan nya membaik tapi selalu di tolak. Bagaimana aku tidak khawatir saat setiap pagi ia harus bolak balik ke toilet hanya untuk memuntahkan sesuatu yang bahkan tidak ada sama sekali?

Beruntung aku sudah sering melihat hal ini dari Akira, jadi aku cukup terbiasa menanganinya. Morning sick yang di alami Eiji-san hampir sepenuhnya sama dengan Akira dalam menanganinya. Aku hanya perlu memberikan apa yang tidak menyebabkannya mual, mulai dari makanan hingga minuman aku selalu memperhatikan nya.

Tapi berkat perawatanku yang telaten, Eiji-san tidak kehilangan berat badan nya sama seperti Akira dulu, justru aku melihat Eiji-san semakin seksi semakin hari nya.

"Yuki-kun.. apa yang kau bayangkan sekarang?" lihat, tapi ia juga emosional di usia kehamilan yang ke tiga ini.

"Tidak.. tidak ada Eiji-san, kenapa kau berpikir begitu?" kilah ku dengan sweat drop.

"Haha.. ha.. Ano sebaiknya Eiji-san makan yang banyak agar bayi ini tumbuh sehat." Tambah ku lagi mengusap perut yang sejatinya masih datar saja. Aku bahkan ragu di sana ada kehidupan, tapi pemeriksan yang kami lakukan beberapa hari lalu menunjukkan jika malaikat kecil itu benar-benar tumbuh di sana.

"Ano nee Eiji-san.. kapan kita akan melangsungkan pernikahan kita?" tanya ku menyela, tidak mungkin nanti aku membawa Eiji-san keluar rumah tanpa status yang jelas padahal ia sedang mengandung kan?

".." Eiji-san mendongak, matanya menatap lurus ke depan seolah bisa menembus isi hati ku yang sebenarnya.

Cup.

Aku mematung saat merasakan bibir halus nya menyentuh pipi ku, beritahu aku jika ini hanya mimpi, karena aku tidak ingin terbang terlalu jauh dan akhirnya jatuh, percayalah itu menyakitkan.

"Kita bisa memikirkan nya besok, untuk apa terlalu terburu-baru, lagi pula Yuki-kun masih harus sekolah kan, kita bisa menikah jika kau sudah lulus nanti." Ujarnya lurus.

"Tidak bisa begitu Eiji-san, bagaimana jika bayi ini tumbuh besar dan menanyakan siapa ayah nya nanti?" protes ku.

Apa ini jawaban Eiji-san untuk perasaan ku?

Saat itu, malam ketika ia sakit dan memintaku memeluknya, aku kira dia sudah membuka hatinya tapi seperti nya aku terlalu percaya diri. Aku tersenyum kecut.

"Yuki-kun, kau mau kemana?" ia tersentak ketika aku melepaskannya dari pangkuan ku.

"Aku ingin ambilkan beberapa camilan lagi untukmu Eiji-san." Jawabku tersenyum paksa. Ia hanya mengangguk dan aku ke belakang untuk melakukan sesuatu.

Terkadang aku merasa jika Eiji-san yang ku kenal ini jauh berbeda dari yang dulu, apa ini karena bayi dalam perutnya yang memandang ku bukan sebagai ayahnya atau karena memang Eiji-san yang mulai bosan dengan ku.

Namun kenyataan keberadaan Eiji-san selalu membuat jantung ku berdebar, seperti saat ini, ketika aku mendengar teriakan nya.

"Akh..!!!" dengan sigap aku menghampirinya dirinya yang mengaduh dengan memegangi lututnya.

"Ada apa Eiji-san?!!" tanyaku panik.

"It-te Yuki-kun.. gomen." Ia menyengir dan membuatku membuang nafas dengan jengah.

"Apa yang kau lakukan hingga sampai menabrak meja begini?" cibirku kesal, ia memang ahlinya membuatku terkena serangan jantung. Lagi dan lagi ia hanya bisa tersenyum kikuk menanggapinya.

Alpha Mate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang