duapuluhsatu

701 38 1
                                    

...

"Tidak.. Bagaimana kau bisa pergi setelah mengatakan itu. Kembali dan katakan dengan benar, katakan kepadaku.. kumohon kembali lah... jangan tinggalkan aku.." Arima meraung kencang saat bayangan Kabakura menghilang sepenuhnya meninggalkan senyum samar di ingatan dengan jelas.

"Kumohon .. kembalilah.."

Arima bangun dengan nafas terengah, keringat dingin jatuh melewati pelipisnya, mata indah nya mulai mengeluarkan kristal bening. Jantung nya berdebar kencang seperti akan melompat keluar dari tempatnya, ia sadar jika itu tadi hanyalah mimpi, mimpi yang benar-benar buruk. Menyaksikan monitor di sampingnya baik-baik saja, ia bernefas lega.

Di kecupnya tangan yang masih tak bertenaga itu bertubi-tubi, memastikan jika kehangatan masih ada di sana bukan kedinginan yang membekukan, "Apa yang harus ku lakukan untuk membawamu kembali, Kitty...??"

"Haruskan aku mencium mu seperti di dalam dongeng??" Arima terkekeh sendiri, darimana pemikiran itu berasal, ia pasti begitu putus asa hingga bergatung pada hal yang semu. Tapi apa salahnya mencoba ya'kan? Saat itu juga Kabakura pernah bilang, ia tahu jawaban yang akan di dapat tapi setidaknya ia ingin mencoba dan memastikan dengan tangan nya sendiri jika Eiji memang bukan untuk nya.

"Aku minta maaf." Bisik Arima kemudian melumat bibir pucat Kabakura dengan kembut, pemuda ini memang berbeda, ia tahu Alpha dan Alpha tak bisa menghasilkan sesuatu yang di sebut keturunan, tapi dirinya tetap tak bisa menjauh, ia juga tak membenci ciuman ini. Semua yang di lakukan selama ini murni berasal dari dorongan hati.

Arima layaknya orang kesetanan, tak memikirkan konsekuensi yang mungkin di alami oleh sang lawan.

"Ahn.." Arima tertegun mendengar desahan pelan itu. Matanya langsung tertuju pada layar monitor yang menampilkan perkembangan Kabakura, memang benar jika ada tanda-tanda pemuda itu sadar.

Arima menunggu pemuda itu membuka mata dengan perlahan, ketika dua manik kecoklatan itu mulai tampak kelegaan membanjiri dirinya. "Yokatta.." tangis nya lega.

"Terimakasih.. Terimakasih sudah kembali... kumohon jangan pergi lagi.. Jangan tinggalkan aku lagi.. Aku.. Aku mencintaimu.." ungkap Arima dengan wajah memerah karena tangis sekaligus bahagia.

Kabakura belum bisa bergerak leluasa sepenuhnya, baru sebatas jemari dan kedipan mata yang bisa di lakukan, ketika mendengar peryataan cinta itu, air mata yang sudah di tahan seminggu lalu mengalir. Arima tak tahan melihat itu, menyeka dengan ibu jarinya, kemudian mengecup kelopak matanya singkat.

"Jangan menakutiku lagi.. jangan pernah pergi lagi dari sisiku.." peluk Arima membisik di telinga Kabakura.

"..." Kabakura masih tak merespon karena motoric nya belum pulih, tapi Arima cukup yakin pemuda ini tak menolak ataupun membenci semua pengakuan nya, karena ia bisa melihat jika wajah Kabakura sedikit merona dan jantungnya berdebar cepat berkat alat bantu di sampingnya. Terimakasih sudah kembali ke sisi ku.

...

Dua hari berlalu lagi, dan kondisi Kabakura semakin membaik, tentu saja itu berkat perawatan Arima yang telaten hingga kini Kabakura mampu duduk, berbicara dan menggerakkan beberapa bagian tubuh, karena yang lain mengalami patah tulang saat ia kecelakaan. Tapi Kabakura tak berkecil hati, ada dokter hebat di sampingnya, yang sekaligus adalah Kekasihnya sendiri. Kabakura memang tak mengakui secara gamblang, karena dirinya malu dengan status AlphaxAlpha. Maa.. biarlah waktu memperjelas segalanya, lagi pula Arima dan dirinya tak keberatan.

"Kau ingin sesuatu Tooru-kun?" semenjak Kabakura melayangkan aksi protes sebab nama panggilan dari Arima, dokter itu tak berani memanggilnya dengan 'Kitty' lagi. Mereka memutuskan untuk memanggil dengan sewajarnya.

Alpha Mate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang