Prolog

1.5K 84 0
                                    

"Kamu apaan sih?!" Sasa berteriak kencang sambil menghentakan tangan Rex dengan kencang. Ia sudah benar-benar muak dengan cowok satu itu.

Mata Sasa memerah dan berair. Sampai kapan Rex terus mengganggunya? Sampai kapan ia bisa terbebas dari Rex?!

"Wah.. udah berani kamu," jawab Rex sambil memberi senyum miring. Ia sendiri juga tidak mengerti, namun melihat Sasa menderita ataupun tersakiti karena dirinya benar-benar membuat Rex bahagia.

"Iya maksud kamu apa sampai bunuh Boba?!" Seru Sasa. Boba adalah nama kucing jalanan yang cacat sehingga hanya memiliki tiga kaki. Sasa merawatnya dengan penuh kasih sayang namun orang tuanya tidak mengizinkannya membawa kucing tersebut pulang.

Sasa merasakan keterikatan pada Boba, kucing malang yang sudah diselamatkan dan dirawatnya dibunuh begitu saja oleh cowok dihadapannya ini.

"Karena melihat kamu nangis itu.." Rex menggantungkan ucapannya sambil menatap layar ponsel untuk mengecek jam. "..seru."

Sasa menatap Rex penuh benci. Sasa hanyalah anak kelas 1 SMP yang baru saja pulang sekolah dan ia langsung pergi menuju Boba namun yang ia temuin adalah kucing tersebut tergeletak tak berdaya dengan Rex berdiri didekatnya. Dan dengan mudahnya cowok itu berkata, "yang lemah itu. Pantasnya mati, tau."

Benar-benar seenaknya. Jika Sasa bisa memusnakan hal yang paling ia benci di dunia ini, tanpa ragu Sasa akan menyebutkan nama Rex Lorgan.

Sasa mengusap air matanya kasar dan menampar cowok yang lebih tinggi darinya ini dengan sekuat tenaga. Tanpa memberi jeda sedetik pun, Sasa mendorong dadanya dengan keras hingga Rex yang tidak bisa menjaga keseimbangannya itu terjatuh ke sisi trotoar.

Tapi..

Setelahnya Sasa membeku. Mobil yang melaju cepat tidak bisa berhenti mendadak kala Rex terjatuh, mengakibatkan kecelakaan itu tidak dapat dihindari.

Mata Sasa melotot kala menyaksikan kecelakaan yang terjadi di hadapannya, akibat ulahnya, celana abu-abu dan kemeja putih yang dikenakan Rex terlukis oleh bercak kemerahan. Terlebih lagi, matanya membentur sudut trotoar.

Sasa memucat, ia berkeringat, nafasnya terengal, ia merasa takut namun ia sendiri tidak bisa bergerak untuk pergi dari tempat tersebut. Air mata kembali mengalir.

"AAARRRGHH!"

<<<•>>>

Rex buta, itulah yang dikatakan papa. Mama memeluknya sambil mengucapkan berbagai kalimat penenang.

"It's okay, Alissa. Mama gak akan marah sama kamu dan kamu tenang saja, ya? Papa sama Mama akan menguruskan semuanya."

Sasa mengangguk dalam pelukan Mama. Ia merasa takut, sangat takut. Ia hampir membunuh nyawa seseorang. Meskipun Rex sangat menyebalkan dan selalu membuat Sasa menangis ataupun kesal, Sasa tetap tidak ingin membuatnya buta atau membunuhnya.

Rex, tolong maafkan Sasa.

My Blind BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang