"Rex! Ayo naik itu! Aku belum pernah mencoba. Boleh ya boleh ya?" seru Sasa dengan sebelah tangan menarik-narik lengan Rex dan satunya lagi menunjuk suatu wahana.
"Itu apa?" tanya Rex tak mengerti.
"Gak tahu namanya apa. Tapi kalau sudah duduk nanti dia naik ke atas pelan-pelan dan langsung dijatuhin ke bawah gitu," Sasa mencoba mendeskripsikan wahana yang dimaksudnya sejelas mungkin.
Rex membenarkan kacamatanya. "Kita sudah naik lebih dari tiga wahana, bukannya udah cukup?"
Sasa yang tidak terima itu langsung merengek seperti anak kecil. "One more pleaseee.." ucapnya sambil memeluk lengan Rex.
Helaan napas keluar dari mulut Rex. "Satu lagi lalu kita makan dan pulang!"
"Siap!!"
Sekarang Sasa merasa kakinya gemetar dan perutnya mual. Siapa coba yang menciptakan wahana seekstrim itu?! Saat ini Sasa dan Rex sedang duduk di salah satu bangku yang ada dengan Sasa yang menyenderkan kepalanya di bahu Rex.
"Rex haus," ucap Sasa seperti anak kecil.
"Ya udah ayo beli," ajaknya sambil menggenggam tangan Sasa dan mereka mulai berjalan. "Mau beli apa?"
Sasa berpikir sejenak sambil melihat-lihat stan-stan makanan hingga pandangannya terhenti pada salah satu stan. "Ice cream!"
"Katanya haus."
"Tapi mau es krim!"
"Anything for you."
<<<•>>>
Sasa merebahkan dirinya ke kasurnya yang empuk. Setelah bermain bersama Rex hingga sore, mereka akhirnya dijemput Larg dan Sasa diantar pulang setelah makan. Hari ini hari yang menyenangkan, Sasa tidak mengira ia kembali bersenang-senang bersama cowok yang sebenarnya dibencinya.
Buku di meja belajar sudah tertumpuk, Sasa menghampirinya dengan semangat dan segera mengerjakan pr-pr nya yang sebelumnya sudah dicicil sehingga tugasnya malam ini tidak terlalu banyak.
Tiba-tiba sosok Rex di Alley of Achievement teringat oleh Sasa. Sejauh ini belum ada foto baru disana yang berarti Rex masih yang terbaik. Sejujurnya Sasa sangat ingin menanyakan perihal tersebut kepada Rex namun Sasa sudah bisa membayangkan reaksinya yang kira-kira begini :
'Kenapa? You're stalking me??'
Sasa menggelengkan kepalanya kuat. Ia benar-benar tidak ingin membuat Rex kepedean. Bisa-bisa Sasa diejeknya habis-habisan.
Meski begitu.., ternyata dia orang yang cukup hebat juga ya? Seandainya fisik Rex masih sempurna, Sasa yakin Rex dapat berprestasi lebih jauh lagi. Perasaan bersalah kembali muncul di hati Sasa. Jika sedang sendirian dan berpikir seperti ini, rasa bersalah itu akan muncul. Namun jika ia bertemu dengan Rex, rasa bersalah itu justru meluap dan hilang tanpa bekas.
Ponselnya yang berbunyi membangunkan Sasa dari pikiran singkatnya. Tangannya yang menulis lincah ikut terhenti dan ia menatap ponselnya yang tergeletak. Sasa menyelesaikan pr nya terlebih dahulu kemudian ia mendekati ponselnya yang berada di atas kasur dan membukanya.
082XXXXXXXXX : permisi, benar kan ini Alissa Weldlore?
Alissa W : benarr.. kenapa ya?
082XXXXXXXXX : Saya Sarraline Muderiartha dari kelas X Social 1. Kak Garzalie menyuruh saya menghubungi kamu. Katanya kamu berniat untuk ikut osis tidak?
Sasa mencoba mengingat sesuatu mengenai keluarga Muderiartha. Dan ia menjentikkan jarinya kala menyadari bahwa Muderiartha adalah salah satu perusahaan yang bersaing sehat dengan papanya. Seingat Sasa ia pernah sekali bertemu anak pertama Muderiartha.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blind Boy
Teen FictionTanpa sengaja, Sasa adalah penyebab Rex menjadi buta. Tiga tahun kemudian, mereka berdua dijodohkan. Sasa berusaha untuk menolak perjodohan ini. Namun Rex justru berusaha agar Sasa menerima perjodohan ini hanya untuk balas dendam. "Your mine, bae"...