Sekarang jam di dinding sudah menunjukkan pukul 3.40 PM namun Sasa masih berbaring di atas kasurnya sambil menyelimuti diri hingga leher. Sekitar 20 menit lagi harusnya Larg akan menjemputnya namun Sasa belum bersiap-siap sama sekali. Justru ia mencoba tertidur agar tidak harus menemui si menyebalkan Rex.
"Miss Sasa," panggil bi Ririn dari luar pintu kamar Sasa. "Ada yang jemput," lanjutnya.
Sasa langsung menutup matanya dan pura-pura tertidur. Sasa berusaha akting senatural mungkin agar bi Ririn tidak curiga padanya. Terdengar suara pintu terbuka dan bi Ririn memasuki kamar Sasa. Ketika ia melihat Sasa terbaring sambil terbalut selimut, ia kembali keluar.
'Yes!' Batin Sasa bahagia.
Sasa hendak beranjak namun ia kembali berbaring dan berpura-pura tidur kala Mamanya memasuki kamarnya. Mama menghampiri Sasa dan memperhatikannya lekat-lekat.
"Alissa," panggil Mama tapi Sasa tetap melanjutkan aktingnya.
"Mama tau kamu belum tidur, Alissa. Larg sudah menunggu dan katanya kamu bakal ketemuan sama Rex."
Alissa tetap berpura-pura tidur. Ia sangat sangat sangat malas bertemu Rex. Lagipula apa yang akan mereka lakukan?! Sekolah akan dimulai dua minggu lagi namun kali ini Sasa berharap hari sekolah akan datang lebih cepat agar ia mengerjakan pr bisa dijadikannya alasan.
Mama menarik selimut Sasa dan menepuk pipinya pelan. "Kamu mama kasih waktu sepuluh menit untuk siap-siap, Alissa,"
Akhirnya Sasa menyerah. Ia membuka mata dan duduk dengan malas. Sasa menunjukkan wajah cemberutnya. "Harus ya ma?" tanya Sasa.
Mama menghela nafas. "Kasihan Larg sudah menjemput kamu. Mama memang gak memaksakan perjodohan ini, Alissa. Tapi selama SMA ini, mau kan kamu melakukannya?"
Sasa tidak ada pilihan lain selain mengangguk. Mamanya mengelus rambutnya pelan sebelum beranjak pergi keluar kamar. Setelah Mama keluar, Sasa meninju bantalnya sendiri dengan kesal lalu ia segera bersiap-siap.
Sasa turun menghampiri Larg yang sedang mengobrol bersama Mamanya. Ia akhirnya bertemu sang asisten pribadi Rex.
Larg memiliki rambut hitam pekat dengan mata yang sama gelapnya. Hidungnya mancung dan tubuhnya tinggi. Sasa akui, Larg ganteng.
"Nah.. akhirnya kamu siap juga, Alissa," ucap Mama sambil menatap Sasa sambil tersenyum.
Sasa ikut tersenyum meski hatinya tak ikhlas. Sopan santun sangat dijunjung tinggi dalam keluarganya. Namun tentunya hal itu tidak berlaku untuk Rex.
"Ayo berangkat, Miss Alissa," kata Larg.
Setelah berpamitan dengan Mamanya, Sasa masuk ke mobil bersama Larg dan mereka melaju menuju kediaman keluarga Lorgan.
"Larg, ambil jalan memutar ya?" pinta Sasa.
"Maaf, Miss. Kalau kita terlambat, Rex akan sangat marah pada saya."
Sasa cemberut dan kembali mengalah, ia tidak bisa membiarkan Rex memarahi Larg karena keegoisannya. "Jangan terlalu kaku. Panggil aku Sasa, lagian kamu manggil Rex dengan namanya."
"Baiklah kalau itu mau kamu, Sasa."
Kemudian perjalanan dihiasi dengan keheningan. Sasa hanya memperhatikan jalanan. Ia memberi motivasi pada dirinya sendiri dalam hati agar bersabar menghadapi Rex kelak.
Setelah 20 menit berlalu, Sasa kembali memasuki rumah mewah keluarga Lorgan. Ia turun dari mobil dan memasuki pintu utama ketika Larg membukakannya.
"Rex ada di taman belakang sekarang, kamu bisa menemuinya," kata Larg yang dibalas anggukan oleh Sasa.
Setelah itu, Sasa melangkahkan kaki menuju taman belakang. Ia menyukai taman belakang di rumah keluarga Lorgan sejak dahulu entah apa alasannya. Sesampainya Sasa disana, ia mendapati Rex sedang duduk di bangku taman. Masih dengan kaca mata hitam dan tongkat, namun mengenakan pakaian casual.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blind Boy
Teen FictionTanpa sengaja, Sasa adalah penyebab Rex menjadi buta. Tiga tahun kemudian, mereka berdua dijodohkan. Sasa berusaha untuk menolak perjodohan ini. Namun Rex justru berusaha agar Sasa menerima perjodohan ini hanya untuk balas dendam. "Your mine, bae"...