Sarraline Muderiartha's POV
4 tahun yang lalu.
Milla –salah satu art, sedang mengepang rambut saya. Melihat pantulan wajah sendiri di cermin, saya menjadi gugup."Milla, apa model rambut ini cocok dengan saya?" tanya saya gak yakin. Hari ini adalah pertama kalinya bunda dan ayah mengajak saya ke salah satu pesta penting. Selama ini biasanya hanya kak Jaerinna yang dikenalkan sebagai putri pertama Muderiartha.
Milla adalah sosok yang mengasuh saya sejak kecil. Dibanding bunda dan ayah, Milla lebih dekat dengan saya. Saya bukanlah anak yang dibanggakan oleh bunda dan ayah. Sehebat dan sekeras apapun saya meraih prestasi, bunda dan ayah tetap menyayangi dan membanggakan kak Jaerin. Karena itu, hari ini saya benar-benar gugup. Saya diakui sebagai Muderiartha, saya akhirnya... tidak disembunyikan?
"Benar-benar cocok. Nona sangat cantik."
Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam untuk bersiap-siap. Akhirnya saya dan kak Jaerin turun dan menemui bunda dan ayah. Meskipun hanya bertemu orang tua sendiri, saya merasa takut. Apa saya pantas menjadi anak mereka?
Tapi ketika melihat saya dan kak Jaerin, bunda dan ayah hanya tersenyum dan mengajak kami berangkat.
Peresmian Penyerahan Warisan Garzalie
Itulah nama pesta yang saya hadiri saat ini. Pesta ini diselenggarakan di salah satu hotel mewah milik keluarga Garzalie. Kue bertingkat, bermacam-macam makanan dan minuman, saya merasa antusias ketika melihatnya.
"Ngomong-ngomong, ini kedua putriku. Jaerinna atau Jaerin dan Sarraline atau Raline," kata bunda. Saya merasakan kebahagiaan meluap hanya karena bunda mengakui saya sebagai anaknya.
Saya dan kak Jaerin memberi salam pada sosok wanita yang terlihat umurnya tidak jauh dari bunda. Selain sang suami, ia juga bersama sosok kakak laki-laki dengan tatapan tidak bersahabat dan tangan disimpan di saku. Tatapannya menusuk dan tertuju pada saya, padahal saya baru bertemu dengannya. Saya tidak berbuat kesalahan kan?
"Cantik! Senang bertemu kalian, girls. Dan ini anakku, Rex Lorgan. Rex ini keluarga Muderiartha."
Oh.. ternyata nama kakak itu Rex Lorgan. Ia mengangguk dan memberi salam kepada kami.
Setelah perkenalan singkat, akhirnya pesta dimulai. Acara ini berlangsung dari kata sambutan dari keluarga Garzalie, dan hal-hal lain yang tidak saya mengerti. Hingga tak lama kemudian, semua tamu diizinkan untuk menyantap hidangan dan saling mengobrol.
Kak Jaerin mengenal banyak orang disini sehingga ia langsung dikerumuni orang lain. Sementara saya, tidak ada satupun yang saya kenal bahkan yang saya tahu.
Tak sengaja, saya melihat kak Lorgan dengan anak perempuan lain yang kelihatannya seumuran dengan saya. Meski kak Lorgan terlihat jahil dengan anak itu, kak Lorgan tetap mengambilkan jus jeruk dan juga membawakan sepiring kue milik sang anak perempuan agar ia tidak kesusahan membawanya sendiri.
Si anak perempuan menampakkan wajah sebalnya sedangkan kak Lorgan hanya tertawa dan tersenyum miring. Sedikit demi sedikit, saya dapat mendengar percakapan mereka.
"Ini pesta, Sa. Mama bilang kita harus senang."
"Aku gak senang kalau kamu deket-deket!"
"Kenapa? Memangnya aku ada salah?"
"Banyak! Siapa tadi yang ngerusakin rambut aku?"
"Kan kamu gak cocok kalau disanggul. Gak cantik!"
Mereka terus berdebat dan berkelahi kecil, tapi mereka terlihat akrab. Saya menjadi ingin berteman dengan mereka.
Setelah berlama-lama menyiapkan diri, akhirnya saya mendekat kak Lorgan dan anak perempuan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blind Boy
Teen FictionTanpa sengaja, Sasa adalah penyebab Rex menjadi buta. Tiga tahun kemudian, mereka berdua dijodohkan. Sasa berusaha untuk menolak perjodohan ini. Namun Rex justru berusaha agar Sasa menerima perjodohan ini hanya untuk balas dendam. "Your mine, bae"...