Sembilan

499 46 0
                                    

Kelompoknya mendapat nilai A. Itulah yang Hannah, Zhu, dan Arkie katakan padanya karena kemarin dirinya dan Flynn tidak hadir kemarin. Tidak hanya itu, Flynn juga tidak hadir hari ini. Hal ini tentunya membuat Sasa sedikit cemas akan apa yang mungkin dilakukan Rex pada temannya itu.

Sepulang sekolah ini, Sasa menyempatkan diri untuk datang ke rumah keluarga Lorgan. Untungnya kondisi supirnya –pak Agung, sudah membaik dan beliau langsung menawarkan diri untuk kembali mengantar Sasa.

Sekarang disini lah Sasa berada, didepan pintu utama rumah megah keluarga Lorgan. Sasa bahkan belum sempat mengetuk kala pintu sudah terbuka. Para ART menyambutnya dengan riang dan bersemangat.

"Miss Sasa!" seru mereka yang tentunya mengagetkan. Sasa langsung memberi senyum dan menunduk sebentar.

"Aku mau menemui Rex," ucap Sasa setelah dipersilahkan masuk.

"Dia ada di ruang kerjanya sekarang, saya akan mengantar miss Sasa," ujar Emmy, salah satu ART yang Sasa kenal.

Lalu Sasa mengikuti Emmy menuju lantai tiga dan menuju ruangan paling ujung dengan pintu hitam polos.

"Silakan masuk, saya akan siapkan minuman dan makanan."

Sasa mengangguk diikuti bungkukan Emmy kemudian ia pergi menuju dapur. Sasa menarik nafas sejenak untuk menenangkan diri dan menyemangati dirinya sendiri. Kemudian ia mengetuk pintu sebanyak tiga kali, dan membukanya dengan pelan.

"Bukan kah aku bilang tidak ingin diganggu?" suara dingin dan dalam itu menyapa Sasa. Rex duduk sambil memijat keningnya sendiri. Kacamata hitam tetap terpasang dan rambut berantakannya membuat Sasa sedikit terpana. Oke dia memang ganteng.

Larg yang duduk tidak jauh dari Rex dengan laptop dihadapannya berdeham. "Rex, itu Sasa," ucapnya yang berhasil membuat raut wajah Rex berubah.

"Oh ya? Tumben kamu datang, bae," kali ini suaranya kembali seperti semula, tanpa ada aura-aura seram.

Sasa masuk dan menutup pintu, ia berjalan menghampiri Rex. "Ada yang mau aku tanyakan," kata Sasa setelah berhasil berdiri dihadapan Rex dan mejanya.

Rex mengangguk. "Larg, keluar."

Larg langsung menurut dan beranjak keluar dari ruangan. Setelahnya, keheningan melanda. Sasa ingin menanyakan Flynn namun ia juga dapat menebak bahwa Rex akan marah. Padahal mereka berhubungan tanpa rasa cinta sedikit pun lalu kenapa cowok ini begitu posesif dan cemburu?

"Duduk, Sasa," ujar Rex menghentikan keheningan.

Sasa pun menarik kursi yang tadinya diduduki Larg dan menatap Rex. Ia berdoa dalam hati semoga Rex tidak sensitif hari ini hanya karena Sasa menanyakan teman sekelasnya.

Akhirnya Sasa membuka suara. "Aku cuma penasaran. Apa yang kamu lakukan ke Flynn?" tanya Sasa dengan hati-hati

Rex diam. Ia menghela nafas. "Hm.. hanya memberinya sedikit pelajaran."

Tidak. Sasa sudah tahu. 'Sedikit pelajaran' dalam kamus Rex itu berbeda. "Kenapa?"

"Kenapa?" ulang Rex sambil terkekeh remeh. "Agar bisa menjaga milik orang lain dengan baik," lanjutnya dengan penekanan.

"Rex, dia gak masuk sekolah hari ini. Pelajaran itu enggak sedikit kan?" tanya Sasa lagi.

Rex sudah terlihat jengah dengan obrolan ini. Ia memalingkan kepalanya ke kanan. "Bukan urusan kamu, Sasa."

"Bukan urusan aku? Rex aku mengerti mungkin kamu khawatir dengan aku tapi Flynn gak ada salah," jelas Sasa. Flynn hanya berniat mengantarnya pulang dan kejadian mengenai Darren bukanlah kehendak ataupun perbuatannya.

My Blind BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang