Sembilan belas

468 51 7
                                    

Varah lagi semangat update ges!!!
___________

Suasana di ruang tamu entah kenapa menjadi tegang. Raline meremas jari jemarinya sendiri. Dalam hatinya ia masih bertanya apakah ini tindakan yang benar. Tapi ia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa Raline merindukan Rex.

"Ehm... saya cuma ingin bertemu kakak," ucap Raline sambil menunduk. Ia merasa gugup sekarang dan bahkan berkeringat dingin.

Rex melangkah dan duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamunya. Didalam benaknya ia membayangkan seperti apa wujud Raline saat ini.

"Sudah lama ya?" kata Rex dengan senyum miringnya. Ia menaikkan kaki kanan ke atas kaki kirinya. "Nah.. sekarang sudah bertemu, lalu apa lagi?"

Akhirnya, Raline memberanikan diri untuk menatap Rex. Kenapa? Kenapa Rex kembali berubah?

"Apa kakak ada masalah? Kita sudah lama gak bertemu, saya pikir kakak akan menyambut dengan suara lebih hangat."

"Sadar, Raline."

Raline tersentak. Ia merasa deja vu, dan entah kenapa hatinya sakit ketika Rex berkata seperti itu padanya.

Rex menghela nafas sambil mengusap keningnya pelan. Mungkin Raline memang salah sangka sejak dulu, tapi Rex juga bersalah karena memberi harapan padanya. Tapi Rex benar-benar tidak bisa. Sejak dulu mungkin Rex berteman dengan Raline hanya karena ia mirip dengan Sasa dan bukan berarti Rex memperlakukan keduanya dengan perlakuan yang sama.

"Mungkin aku bisa menyambutmu dengan lebih pantas. Tapi aku gak mau kamu malah baper, lagipula anak yang gak ngerti apapun seperti kamu kelihatannya mudah banget salah paham," ujar Rex. Ia membenarkan kacamatanya jengah. Kata-katanya mungkin menyakitkan tapi Raline juga harus mengerti.

Raline menggeleng kuat. "Kakak masih gak ada rasa apapun pada saya?"

"Iya."

"Kenapa? Apa alasannya masih sama? Alissa membenci kakak dan saya hanya ingin menyadarkan kakak, dia–" jelas Raline.

Ia ingin sekali membuka mata Rex dan menunjukkan pada Rex bahwa Raline lebih pantas dibanding Sasa yang membencinya dan menyebabkannya buta.

Raline memang lebih pantas, bukan?

"Gak perlu," sela Rex. Kalau saja Rex masih bisa melihat, ia pasti menatap Raline dengan tatapan paling tajamnya.

"Gak perlu sok baik untuk menyadarkan aku, Sarraline. Dan sudah aku bilang kan? Aku benci kalau kamu selalu berkata seolah-olah kamu tahu perasaan Alissa."

Mata Raline berlinang. Penolakan kesekian yang keluar dari bibir Rex. Penolakan kesekian yang didengar Raline. Penolakan kesekian yang melukai hatinya lagi.

Rex dan Arna adalah dua orang pertama yang menerima Raline. Tapi, jika Arna bisa tetap berada di sisinya hinga saat ini. Kenapa Rex tidak bisa?

"Rex AC nya mati, eh?!" Sasa menghentikan perkataannya ketika mendapati Rex dan Raline berada di ruang tamu. Ia pikir Rex sendirian!

Saat ini Raline mengenakan pakaian rapi sedangkan Sasa hanya mengenakan hodie kebesaran dan traning kepanjangan yang diambilnya dari lemari Rex.

"Eng...gak jadi!" seru Sasa dan berbalik pergi sambil menahan malu.

Setibanya di kamar Rex tadi, Sasa merasa tidak nyaman jika tidur sambil memakai seragam sehingga ia mengganti pakaiannya. Sayangnya beberapa menit setelah ia tertidur, AC di kamar Rex malah mati dan menyebabkannya terbangun. Sasa benar-benar tidak bisa tidur tanpa pendingin.

My Blind BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang