"Listen, Raline. Ada beberapa hal yang mungkin harus diikhlaskan. Tapi sebelum mengikhlaskan, kamu harus berusaha dulu! Usaha gak akan mengkhianati hasil, kan? Aku yakin suatu saat nanti Rex akan membalas perasaan kamu," ucap Arna semangat. Sejak tadi ia menyemangati Raline untuk tetap optimis dan berpikir positif. Saat ini mereka berada di ruang osis sambil membereskan berkas yang nantinya digunakan untuk ujian kenaikan kelas.
Raline yang sedang mengelompokkan data siswa per kelas pun menatap Arna. "Jadi, saya harus gimana, kak?"
Arna memberi senyuman namun sedetik kemudian, senyumannya hilang digantikan dengan kerutan di dahi. "Tadinya aku pikir kita harus menyingkirkan Alissa itu, tapi sepertinya kita gak boleh melakukannya karena dia pasti nantinya mengadu," cibir Arna.
Arna menjentikkan jarinya. "Kalau begitu, kamu harus lebih mendekati Alissa!"
"Kenapa?"
"Hm.. anggap saja begini. Alissa punya teman yaitu kamu, kalian berteman dekat banget hingga akhirnya kamu bilang bahwa kamu menyukai Rex. Lalu karena sudah ada hubungan persahabatan, tentu saja dia akan menyerahkan Rex! Lagipula aku yakin dia gak menyukai Rex."
Raline menggaruk kepalanya sendiri. "Kenapa kakak bisa berpikir begitu?"
Arna menepuk meja pelan karena gemas. "Sejak awal dia gak mengaku kan kalau dia kenal Rex Lorgan? Sudah terlihat jelas dia gak menyukainya, Raline. Kalau aku jadi dia, tentunya aku akan bilang kalau aku kenal dia. Selain itu, menurut pengalaman kamu pun dia kelihatan membenci Rex kan?"
Benar juga, Sasa membenci Rex. Sasa tidak menyukai Rex. Raline masih ada kesempatan dan ia yakin akan hal itu!
"Tapi kak... kenapa kak Lorgan kelihatan sayang banget sama dia?"
Arna menggeleng sambil menggerakkan tangannya tak setuju. "Kemungkinan Rex suka sama Alissa itu kecil, Raline. Mungkin dia menyayangi Alissa seperti adiknya, bukan seperti sosok yang disukainya," jelas Arna.
"Tapi... bagaimana kalau kak Lorgan memang menyukainya?" tanya Raline khawatir sambil menggigit kukunya sendiri.
"Hal itu bisa saja terjadi. Tapi nantinya dia akan sadar kalau Alissa tetap membencinya, bukan?" jawab Arna sambil memasukkan beberapa kembar kertas ke dalam map dengan tulisan X Sience 1. Ia beranjak dan menyimpan map tersebut ke salam salah satu lemari.
"Dengar ya, Raline. Disini itu, kamu pemeran utamanya. Mungkin sekarang kamu belum mendapat Rex, tapi kalau kamu terus berusaha pasti kamu dan dia bisa bersama. Kamu hanya perlu berusaha sekeras mungkin!"
Arna mendekat dan memegang kedua pundak Raline yang sedikit lebih pendek darinya. "Meskipun kamu memang mirip Alissa, bukan berarti kalian orang yang sama. Hanya ada satu orang yang nantinya akan mendapat hati Rex Lorgan, dan orang itu adalah kamu."
Raline tersenyum dan mengangguk paham. Semua yang dikatakan Arna benar, tidak ada yang instant. Raline harus mendekati Rex bagaimana pun caranya dan sebisa mungkin tidak menyakiti Sasa atau semuanya akan kacau. Mungkin sekarang Rex selalu membela Sasa dihadapan Raline. Namun Raline yakin, nantinya Rex akan membelanya dihadapan Sasa, bahkan dihadapan semua orang!
"Kita harus menambah hadiah untuk ranking kelas nanti," ucap sosok laki-laki yang membawa laptopnya dan ikut duduk di salah satu sofa.
Mafyor Yamians
Pemegang jabatan sekretaris di osis. Orang yang kaku namun tidak sedingin yang orang lain kira. Kemanapun ia pergi, laptop dan gadget lain hampir tak lepas dari genggamannya.
"Nafila bilang nilai siswa semakin naik sehingga kita juga harus menambah hadiah," jelasnya sambil mulai mengotak atik laptop.
"Baiklah, hal itu harus didiskusikan dengan semua anggota kan? Ngomong-ngomong aku sudah mengirim laporan pengeluaran uang, kamu bisa mendatanya untuk arsip sekarang," ujar Arna yang menjabat sebagai bendahara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blind Boy
Teen FictionTanpa sengaja, Sasa adalah penyebab Rex menjadi buta. Tiga tahun kemudian, mereka berdua dijodohkan. Sasa berusaha untuk menolak perjodohan ini. Namun Rex justru berusaha agar Sasa menerima perjodohan ini hanya untuk balas dendam. "Your mine, bae"...