Tujuh

517 45 0
                                    

Sasa membuka matanya yang terasa berat. Ia mendapati dirinya duduk terikat di atas kursi dengan mulut tertutup. Lehernya terasa nyeri namun Sasa langsung menatap ke sekeliling. Ruangan yang tidak diketahuinya. Rasa takut langsung menyerangnya. Kemana ponselnya? Barang-barangnya? Flynn Dorrage?

Sasa mencoba membuka ikatan yang menyebabkan tangannya mati rasa namun hal itu percuma karena ia tidak bisa melakukan apapun apalagi dengan ikatan sekencang ini.

Mata Sasa berair, ia merasa sangat takut sekarang. Apa ia akan dibunuh? Disiksa? Apa yang menantinya saat ini?

Terdengar suara kunci terbuka dari pintu dihadapannya lalu sedetik kemudian sosok laki-laki berperawakan tinggi masuk sambil membawa satu cup mie instant dan segelas air.

Jujur, dia ganteng tapi menyeramkan. Sasa semakin ingin menangis saat ini.

"Morning! Kamu tidur cukup lama," ujar cowok itu sambil menyeringai.

Cowok itu mendekati Sasa dan duduk di kursi yang ada di sana. "Hallo, aku Darron dan kamu gak perlu takut padaku. Sekarang aku akan buka plester di mulut kamu, tapi kamu jangan teriak karena aku hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan, oke?"

Darron mendekat dan membuka plester dari mulut Sasa. Sasa langsung berteriak meminta pertolongan dengan suara sebesar mungkin yang ia bisa.

Darron menggeram kemudian menampar keras pipi kiri Sasa, membuatnya terdiam dan mengeluarkan air mata.

"JANGAN MEMAKSAKU UNTUK KASAR!" bentak Darron.

Sasa diam namun air matanya terus mengalir. Rasa perih menjalar di pipinya. Sasa tidak pernah ditampar sebelumnya dan hal ini membuatnya sangat shock.

"Oke, maaf untuk itu. Sudah kubilang untuk tidak berteriak tapi kamu malah melakukan hal yang sebaliknya," kata Darron sambil mendesah dan menyuap mie ke mulutnya.

"Oke, langsung ke pertanyaan pertama. Apa kamu kenal Rex Lorgan?"

Sasa diam, ia panik dan tidak tahu harus berkata apa. Dalam hati Sasa berdoa semoga siapapun bisa menemukan dan menolongnya disini.

"Apa kamu kenal Rex Lorgan?" tanya Darron ulang.

Sasa menggeleng. "Enggak," jawabnya dengan suara gemetar.

Darron mengangguk-anggukan kepalanya. "Oke, pertanyaan kedua. Apa kamu pernah mendengar nama Rex Lorgan?"

Sasa kembali menggeleng. "Enggak."

Darron memakan mie nya lagi. "Pertanyaan ketiga. Apa kamu tau insiden yang menimpa orang bernama Rex Lorgan?"

Sasa menggeleng untuk ketiga kalinya. "Enggak."

Daron melempar mie nya kesembarang arah. Terlihat jelas ia menahan emosinya.

"Pertanyaan terakhir."

Sasa takut, sangat takut, air matanya terus mengalir meski ia mencoba menahannya. Siapa yang bisa diharapkannya?

"Siapa nama kamu?"

Sasa diam. Ia terlalu takut untuk menyebutkan namanya. Karena hanya dengan nama, Sasa yakin orang seperti Darron dapat mendapat informasi lebih.

"Siapa nama kamu!" bentak Darron sampai Sasa memejamkan matanya kala mendengar teriakannya namun Sasa tetap diam.

Darron mendekati Sasa dan mencekik cewek itu. Sasa merasakan nafasnya tercekat, tenggorokannya sakit, ia meronta namun tubuhnya tidak bisa melakukan apapun.

Setelah lima detik yang terasa sangat mematikan, Darron melepas cekikannya. Sasa semakin menangis.

"Siapa nama kamu?"

My Blind BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang