duapuluh dua

789 208 4
                                    

tiga minggu berikutnya setelah bang chan temennya udah boleh keluar dari rumah sakit dan dinyatakan sembuh, kehidupan lino juga kembali jadi normal.

bangun, pergi mandi, kuliah, nongkrong sama temen-temennya, gitu terus. bener-bener berubah.

jujur, ada yang kurang semenjak lusi gak ada. tapi bukannya lino seharusnya bersyukur karena kehidupannya normal lagi tanpa ada arwah atau hantu yang minta tolong ke dia? semua itu udah gak ada dan gak bisa lagi.

sore ini lino pergi ke kampus.

lino yang lagi jalan tiba-tiba berhenti setelah matanya gak sengaja ngeliat seseorang yang lagi duduk di kursi tepas. seseorang yang lino kenal.

orang yang duduk di tepas itu celingak-celinguk dan tiba-tiba noleh dan matanya ketemu sama mata lino.

cewek itu beranjak berdiri, perlahan bibirnya mamerin senyumnya yang indah. gak lama ngelangkahin kakinya, jalan kearah lino berdiri. tapi, diluar dugaan lino malah mundur beberapa langkah ngebuat ekspresi cewek itu berubah.

"hai," sapanya.

dahi lino mengkerut, mikir keras sama apa yang terjadi di hadapannya sekarang. antara percaya dan gak percaya. bertanya didalem hatinya ini beneran nyata, mimpi atau cuma halusinasi.

"lama gak ke-"

"lo masih hidup?" lino ngegeleng, "-bukan, lo bangun dari koma?"

cewek itu senyum, terus ngangguk pasti. "iya, seperti yang lo liat."

lino maju selangkah, natap lekat mata sama wajah yang selama beberapa minggu ini hilang dari kehidupan lino.

"lus.."

lusi ngangguk, masih dengan senyumnya. matanya mulai berkaca-kaca. "iya, gue lusi."

lino langsung lari dan meluk lusi tiba-tiba. lusi kaget tapi bales meluk lino. erat banget.

"gua kira lo udah gak ada," lino ngelepas pelukannya, "tapi gimana bisa?"

lusi terkekeh sambil ngegeleng, ngusap pipinya yang basah, "gue juga gak ngerti, waktu buka mata gue ngeliat banyak dokter yang ada di sekeliling gue."

"makasih,"

lusi natap lino bingung, "buat?"

"karena lo bertahan dan bisa ngelewatin semuanya." respon lusi cuma ngangguk dan senyum.

"tapi.. gimana bisa lo masih inget sama gua?"

lusi natap lino lama sampai akhirnya senyum, "mungkin takdir?"

setelah denger jawaban dari lusi lino langsung ketawa, disaat begini cewek itu masih bisa bercanda. "ada-ada aja."

lusi miringin kepalanya, "kenapa? gue salah ya?"

lino ngegeleng, ngusak kepala lusi, "engga." seneng banget bisa nyentuh lusi yang selama ini gak bisa disentuh.

"tapi gua ngerasa lucu."

"gue lucu? atau apa yang lucu?"

lino natap kursi yang tadi di dudukin sama lusi, "kursi itu, pertama kali kita juga ketemu waktu lo duduk disana dan gua gak sengaja ngeliat lo. dan sekarang juga gitu."

"itu cara gue,"

"hah?"

lusi ngegeleng, "mungkin itu tempat yang adem dan kursinya enak buat didudukin?" respon lino setelahnya adalah ketawa.

"lino!" teriak bang chan dari kejauhan.

"oi bang, kenapa?"

"dicariin jug-" katanya berhenti waktu ngeliat lusi berdiri disamping lino.

tiba-tiba tubuhnya jadi gemetar ngeliat lusi, ingatan sekitar satu bulan yang lalu muncul lagi. gak habis pikir gimana bisa cewek itu ada dihadapannya, padahal waktu itu wujudnya bukan manusia.

"oh!" celetuk lusi, lino langsung noleh ke lusi, "lo masih inget?"

lusi diem beberapa detik sampai akhirnya senyum lebar, "gimana bisa gue lupa." katanya sambil masang muka datar lagi. []

purwa [ lee know ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang