duapuluh tiga

853 198 23
                                    

"gue minta maaf atas apa yang terjadi selama gue koma, kak chan." tutur lusi sambil nunduk. "gue hilang kendali." lanjutnya.

bang chan nelan ludahnya susah payah, "i-iya gak apa-apa."

ngomong-ngomong mereka lagi duduk dikursi di depan halaman fakultas pertanian yang sepi gak terlalu banyak orang lalu-lalang.

lusi natap bang chan,"gue beneran minta maaf," tangannya terulur megang tangan cowok itu tapi langsung ditepis karena gemetaran bukan main.

gak tahu kenapa bang chan takut ngeliat lusi. aura lusi beda dimata bang chan. mungkin karena efek trauma dari kejadian sebelumnya. entahlah.

"bisa ngomong bentar, "kata bang chan ke lino. lino ngelirik lusi sekilas dan langsung ngangguk mengiyakan ajakan bang chan.

mereka pergi beberapa meter dari tempat lusi duduk.

"gua rasa lusi belum berubah."

"bang, dia itu sekarang udah bangun dari koma nya. dia juga udah minta maaf, jadi gua mohon maafin dia."

tangan bang chan nepuk bahu lino, "gua udah maafin kok. tapi gua juga mohon sama lo jangan terlalu percaya."

lino ngehembusin nafasnya pelan, "dia itu udah berubah bang, buktinya dia gak tanya-tanya soal siapa orang yang nabrak dia lagi."

"gua udah peringatin lo." katanya sebelum akhirnya pergi ninggalin lino.

lino balik lagi duduk sama lusi. "kenapa?" tanya lusi.

"dia masih takut sama lo. dia bilang jangan percaya sama lo. emang salah ya kalo gua percaya sama lo? hah.. pusing gue."

"dia bener,"

"hah?" lusi ngomongnya pelan banget makanya lino gak denger. "lo ngomong sesuatu?" lusi ngegeleng sambil senyum.

"kalo gitu.." lino beranjak berdiri terus narik tangan lusi, digenggam dan ngebawa lusi ke belakang gedung fakultasnya.

"lo masih inget ini?" katanya waktu udah berhenti di depan pohon tua yang ada dibelakang gedung itu.

lusi miringin kepalanya, nginget-nginget dulu. "hm.. gue lupa, dikit."

lino ngangguk-ngangguk, "ini tempat lo bantuin temen gua, changbin."

"oh yang ketempelan itu???" lino ngangguk.

"gua kira lo inget semuanya." kata lino sambil mereka jalan kearah luar kampus.

"gak semua sih,"

keduanya diem lagi, sampai akhirnya di halte deket kampus tiba-tiba lino ngedorong bahu lusi nyuruh dia duduk disana.

"karena lo udah bangun dari koma dan lagi sama gua, gua beliin lo sesuatu. tunggu disini,"

"eh mau kemana???" teriak lusi tapi telat lino udah pergi nyebrang jalan.

lumayan lama sampai akhirnya lusi bisa ngeliat lino di sebrang sana dengan satu tangan dibelakang, dan tangan yang lain melambai kearah lusi. jangan lupa senyumnya lino.

lusi berdiri ikut senyum, tangannya juga melambai kearah lino.

lino jalan kearah lusi dan,

BRUK!!!

lusi melotot, refleks nutup mulutnya.

mobil itu menghantam badan lino sampai terlempar cukup jauh, dan langsung pergi dari sana. ninggalin lino yang terbujur kaku diatas aspal dengan keadaan yang ngeluarin banyak darah, dan napas yang terputus-putus.

orang-orang yang berada disekitar mulai mengerubuni lino. sementara lusi masih shock dan beku ditempat.

perlahan-lahan lusi ngelangkahin kakinya, matanya udah berkaca-kaca. sampai beberapa meter dari kerumunan lusi berhenti, dengan tangan gemetar dia ngerogoh saku jeansnya dan mulai nelpon.

nafasnya yang gak teratur, jadi tenang. dia berbalik, "kerja bagus." katanya sambil nampilin smirknya.

lalu jalan ninggalin lino dan kerumunan dengan percaya dirinya, sambil ngusap pipinya yang basah terus ketawa menang.

- purwa -

end

purwa [ lee know ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang