01 - Bayi Bermata Sipit

2.2K 174 4
                                    

Halo! Apa kabar?

Aku gabut karena Honeymouthed dan TRC belum bisa update, jadi aku unggah cerita baru, wkwkwk. Disclaimer singkat, cerita ini pernah aku publish di Wattpad dengan judul yang sama di tahun 2017, dengan cast Ongniel, Hakwoong. Sekarang, aku remake jadi cast Jaeyong, Markhyuck.

Fyi, cerita ini kerap mengungkit bentuk kekerasan fisik dengan penggambaran yang cukup detail. Buat teman-teman yang kurang bisa sama hal kayak gitu, aku saranin baca ceritaku yang lain aja, hehe.

Hope you'll enjoy this story~

Don't forget to leave your vote and comments. Follow akunku juga bagi yang belum follow, dan share cerita ini ke teman-teman Jaeyong/Markhyuck shippers kalianㅡif you think this story worth the hype. Thank you~

.

.

.

Matahari telah meninggi saat Jisung memasuki kamar Taeyong dengan langkah terseret lesu. Wajah bocah laki-laki itu masih tampak bengkak, mata sipitnya hanya mampu terbuka setengah. Bersama sehelai selimut bulu bergambar anak ayam, ia berjalan mendekati ranjang di depannya.

Taeyong masih tertidur pulas, suara dengkurannya bahkan mampu mengusir burung-burung yang hanya mampir bersiul di sekitar rumah. Jisung pun, dengan wajah lesu, memanjat naik ke atas ranjang.

"Papa ...." panggilnya dengan suara parau, sembari tangan mengguncang pelan tubuh Taeyong.

Taeyong sedikit menggeliat, sebelum akhirnya, dengan mata yang masih terpejam, menarik Jisung ke dalam pelukan. "Hmm ... Kemari, tidur bersama Papa."

Mengabaikan matahari yang naik semakin tinggi serta suara aktifitas manusia yang terdengar makin ramai, Lee Taeyong memilih tetap tinggal di atas ranjang. Bersama si bocah bermata sipit, Lee Jisungㅡyang bergelung hangat di balik lembar selimut dan dekapan lengan Taeyongㅡia mengopsi untuk tidur lebih lama.

Siapa pun, tolong ingatkan Taeyong bahwa ia harus mengantar Jisung ke sekolah pukul 8 pagi ini.

Benar saja, seolah Dewi Fortuna tidak atau tengah memihak padanya (Taeyong tidak terlalu yakin dalam hal menafsirkan, sebab segala hal memiliki penjelasan dengan keuntungan yang berbeda), tidur Taeyong terganggu oleh alarm ponsel yang berbunyi nyaring, mengusik tidur keduanya dan sang putra yang baru berlangsung setengah jam.

"Oh, astaga!"

Dengan kepala yang masih terasa berat, Taeyong berusaha membuka mata dan mengedar pada sekitar, mencari-cari benda yang berhasil mengusik istirahatnya. Benda tipis berbentuk persegi yang tergeletak di meja nakas menjadi target rampasan tangan Lee Taeyong yang dilanda kesal.

Sambil mata setengah menyipit, menahan kantuk dan cahaya ponsel yang terlalu terang, Taeyong mematikan alarm dan kembali berniat menutup mata rapat-rapat. Ia serasa tak memiliki keinginan untuk bangun. Namun, ketika matanya berhasil menangkap garisan angka penunjuk waktu yang tertera, mata Taeyong yang semula malas lantas terbuka, terlewat lebar. Ia segera membangunkan Jisung yang terlelap di sampingnya setelah meletakkan ponsel kembali ke atas meja.

"Sayang, ayo bangun." Taeyong menepuk pipi bocah itu. "Lee Jisung, ayo bangun. Mandi dan sarapan." Bocah berusia 6 itu hanya menggeliat kecil dengan kedua alis yang bertaut, menunjukkan gelagat terganggu.

"Papa ...." ringiknya pelan.

"Ayolah, Sayang. Kau tidak mau Papa diomeli Kepala Sekolah lagi, kan?"

Ketika tidak mendapati gerakan berarti, Taeyong lekas mengecupi pipi Jisung, beberapa kaliㅡcara yang cukup ampuh untuk membangunkan bocah itu apabila tengah berada dalam kondisi mendesak semacam ini. Dan benar, beberapa detik kemudian, Jisung sudah membuka mata dengan sempurna dan memeluk leher Taeyong, membuat lelaki itu tertawa gemas.

[✓] Skizofrenia [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang