"Berita terbaru pagi ini: Ditemukan mayat seorang bocah laki-laki di tempat pembuangan sampah. Berdasarkan data identifikasi investigasi, mayat itu adalah positif Kang TH, bocah yang dikabarkan hilang malam kemarin. Petugas kepolisian segera menyelidiki kasus ini secara lebih lanjut."
Taeyong langsung mematikan televisi pagi itu, tak cukup kuat untuk menyaksikan berita yang baru ditampilkan. Tubuhnya bahkan bergetar, dengan keringat dingin yang mulai bercucuran. Entah mengapa, ia merasa bahwa kematian bocah itu sedikitnya merupakan kesalahan besarnya. Jika saja sore itu ia mengajak Taehyun untuk pulang bersama, maka hal ini tak akan terjadi.
Pandangannya lantas teralih pada Jisung yang tengah menikmati sarapan di meja makan, melahap masakan Taeyong dengan tenang. Degup jantungnya meningkat, membuat rasa bersalah semakin lama semakin menyeruak dalam. Taeyong bingung bagaimana harus mengabarkan kematian Taehyun pada Jisung nantinya.
Merasa diperhatikan, Jisung lantas mendongak, mendapati sang papa yang memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan oleh otak mudanya. Ia sejenak berhenti menyentuh makanan, pun bersuara. "Kenapa Papa belum mandi dan mengganti piama? Nanti aku terlambat." Ia berkedip beberapa kali, mengekstrasi rasa bingung.
Tersadar, Taeyong terkesiap. Lamunan paginya berhasil membawa kesadarannya melanglang entah ke mana. Setelah menyadarkan diri dari kebingungan sesaat, Taeyong lantas memasang senyum kaku.
"Maaf." Tangan kurusnya meletakkan remote ke atas meja. "Selesaikan makanmu. Papa akan mandi dan siap-siap, oke?"
Jisung mengangguk mengerti, pun melanjutkan kegiatan sarapannya, bersamaan dengan Taeyong yang mengambil handuk dan memasuki kamar mandi.
***.
"Jadi, bagaimana?" Pria dengan name tag 'Jung Jaehyun' yang tersemat di seragam dinasnya, menatap laki-laki yang lebih muda di hadapannya; berseragam sama, tetapi jelas dengan pangkat yang berbeda.
Laki-laki yang ditanyai, ber-name tag 'Lee Jeno', menyerahkan sebuah map berisi dokumen ke hadapan Jaehyun, termasuk beberapa lembar foto hasil investigasi semalam di tempat autopsi. Jeno membuka map, mencecer lembar-lembar kertas di dalamnya ke atas meja, memudahkan si pria besar untuk menatap segalanya.
Jaehyun memperhatikan dengan mata menyelidik dalam. Dahinya membentuk lipatan gelombang yang bertumpuk, dengan kedua alis yang menyatu membentuk pita; begitu fokus pada data hasil yang tersaji di hadapannya.
"Ini adalah catatan serta beberapa lembar foto yang berhasil saya ambil sebagai bukti laporan untuk Anda, Ketua Jung," kata Jeno. "Dr. Moon sudah memeriksa semuanya dan yang kami temukan jelas tidak masuk akal untuk ditemukan pada tubuh seorang anak kecil."
Jaehyun bergumam dengan suara serak. "Kau harus mulai percaya bahwa semua hal bisa jadi masuk akal, Jeno."
Laki-laki itu lantas menunduk dan menggumamkan kata 'maaf'.
Jaehyun meraih salah satu lembar foto, menampilkan mayat bocah yang terbujur kaku dengan bekas cekikan hebat di lehernya. Bahkan warna merah di sana telah berubah menjadi ungu kehitaman. "Jelaskan ini."
"Pada mayat yang kami selidiki, salah satu yang kami temukan adalah cekikan di bagian leher. Selain itu, kami juga menemukan beberapa luka sayatan, paling banyak di bagian bawah perut dan pergelangan tangan kiri." Jeno menghentikan ucapan demi memberikan lembar foto yang lain pada Jaehyun; menunjukkan luka sayatan pada perut bagian bawah Taehyun. Jaehyun kembali memandangnya dengan alis berkerut. "Tapi ada hal yang sedikit aneh pada mayat ini. Seperti yang kita tahu, mayat bocah ini ditemukan di tempat pembuangan sampah. Namun, tubuhnya membengkak seolah telah direndam sebelumnya. Bahkan seragamnya pun lembap."

KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Skizofrenia [Bahasa]
Hayran KurguSemula, Lee Taeyong dengan bangga menganggap bahwa ia adalah orang tua yang tepat. Semula, ia juga menganggap bahwa dirinya adalah sosok ayah terbaik yang pernah ada. Ia yakin bahwa Jisung, bocah laki-laki berusia 6 itu, adalah anak paling beruntung...