02 - Lee Jisung

999 123 19
                                    

Mana nih pembaca Skizofrenia? Kuy absen dulu 😄

Markhyuck shippers 👉

Jaeyong shippers 👉

Udah absen?

Yok, baca!

.

.

.

Sudah menjadi takdir Tuhan apabila Lee Taeyong yang teledor dipertemukan dengan anak surga yang dititipkan melalui bak sampah. Bukan tempat dan kondisi kalimat yang bagus untuk menjelaskan itu, tetapi biar kukatakan beberapa hal padamu: Lee Taeyong bukan pribadi yang peduli pada sekitar, sama sekali. Coba saja, jadilah tetangganya dan pura-puralah sakit selama seminggu. Ia tak akan menggubrismu sampai kau mengeruk-ngeruk pintu kamarnya. Setidak peduli itu ia terhadap hal lain yang tidak berotasi pada kehidupannya.

Namun, rencana Tuhan selalu memiliki arti. Kedatangan bayi pada malam bersalju itu mengubah segalanya; mendongkrak hati dan sisi manusiawi Taeyong dengan bar-bar. Ia tak pernah merasa sedemikian rupa; memedulikan orang lain sungguh bukan gayanya. Namun, bayi gembil ini, yang pipinya memerah dengan tubuh membeku di tengah guyur salju, mendorong sisi kemanusiaan Taeyong menuju permukaan. Tindakannya dalam mengambil alih kepengurusan si bayi sudah jelas menunjukkan tanda keanehan pada diriㅡsebab ia tidak pernah seperti ini.

Perjalanan Lee Taeyong menjadi orang tua tidaklah mudah. Pada tahap awal, ia benar-benar merasakan kesengsaraan itu. Taeyong semula tak pernah repot memikirkan makan malam, sebab ia bisa menghabiskan waktu di luar rumah setelah pekerjaan paruh waktu dengan memakan ramen yang bisa mudah didapatkan di minimarket terdekat. Taeyong juga tak pernah memikirkan jam malam. Ia akan pulang ketika ingin dan memilih untuk tak pulang jika mau. Namun, sejak kehadiran bayi asuhannyaㅡyang terjadi akibat dorongan rasa kasihan dan tak tegaㅡTaeyong harus menjalani peran sebagai orang tua yang bertanggung jawab.

Bayi itu diberi nama Lee Jisung. Tak ada alasan khusus mengapa ia menamakannya demikian. Ia hanya mengambil nama Lee dari marganya, sementara Jisung diambil dari pelafalan yang mudah baginya. Sebab, sungguh, ia tak ahli dalam hal semacam ini (sebagaimana yang bisa kalian tebak).

Kontan, lelaki itu benar-benar berubah! Atas dorongan rasa terpaksa, mau tak mau, Taeyong memulai hubungan baik dengan tetangga-tetangga di sekitar kamar apartemen. Hal ini demi memudahkannya apabila ingin menitipkan Jisung saat harus berangkat kerja. Untungnya, kamar berjarak tiga pintu dari miliknya ditempati oleh seorang wanita lajang berusia pertengahan kepala tiga. Wanita dengan profesi sebagai editor naskah fiksi itu nyaris tidak pernah keluar kamar lebih dari 30 menit. Ia adalah seorang introver, membentuk dunia sendiri dengan tulisan-tulisan yang kerap dieditnya.

Cukup susah berbicara dengan wanita itu. Taeyong memerlukan waktu lebih dari sepuluh menit untuk memperkenalkan diri di depan pintu kamar apartemennya, sampai wanita itu mau membukakan pintu, walau hanya sebuah celah kecil yang menampilkan mata sebelah kanan.

"Uh, hai? Siapa namamu?"

"Marlena."

"Ha?"

"Kau bisa memanggilku Marlena."

Hubungan mereka, bisa dibilang, mulai dekat sejak saat itu. Walau, ya, bukan kategori 'dekat' yang sesungguhnya, melainkanㅡsetidaknyaㅡketika Taeyong mengetuk pintu, wanita itu akan langsung memberi celah, mengambil alih Jisung dari gendongannya, lalu kembali menutup pintu cepat-cepat. Butuh waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan bagi Taeyong untuk akhirnya benar-benar memahami wanita itu. Entah mengenai tinggi badan, bentuk rambut yang tak pernah ditata rapi, pakaian-pakaian kenaannya yang kebesaran dan terkadang compang-camping, serta aroma mint yang selalu menguar dari tubuh Marlena. Dan, dari segi nama, Marlena sangat tak mengawakili dirinya. Wajah wanita itu sepenuhnya Korea, bahkan Taeyong tak tahu dari mana dan bagaimana bisa wanita itu menyebut diri sendiri sebagai Marlena.

[✓] Skizofrenia [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang