Hai! Adakah yang masih nungguin cerita ini? Hehe. Maaf baru sempat up lagi. Semoga kali ini bisa rutin updatenya. Enjoy ya~!
.
.
.
Kasus pembunuhan yang kian merebak nyatanya tak sampai membuat sekolah ditutup. Terbukti satu hari setelah berita kematian Dongyun, sekolah kembali dibuka dan para murid masuk sebagaimana biasa. Pihak sekolah tentu menyesali kejadian yang menimpa dua muridnya, sehingga di hari pertama masuk sekolah, mereka mengadakan pemberkatan khusus bagi Taehyun dan Dongyun.
Jisung belum mengetahui banyak atau memahami hal seperti yang ayah maupun guru-gurunya pahami. Semua temannya pun sama. Mereka tak memahami kata 'tragis' yang selalu diutarakan oleh para guru, bahkan orang tua mereka. Sejauh yang mereka pahami, Taehyun dan Dongyun telah berpulang menuju surga. Namun, mereka tetap tak bisa memahami kesedihan beberapa pihak yang tampak amat sangat, bahkan hingga pemecatan petugas satpam karena telah 'mengantar kedua teman mereka menuju surga'.
Sebenarnya, banyak hal yang memenuhi kepala Jisung, Menumpuk dan meminta untuk ditanyakan. Namun, kesadaran diri atas umur membuat ia mengurungkan segala hal dan mencoba menerima, meski batin penuh tanya.
*
Taeyong bekerja dengan waswas. Fokusnya terus mengarah pada Jisung, serta niat supaya ia tidak terlambat menjemput sang putra.
Taeyong menyeka keringat yang perlahan mengaliri pelipis, pun menghela napas demi menenangkan pikiran. Sebab jika tidak, pekerjaan yang ia kerjakan tak akan mendapat hasil seperti apa yang diinginkan. Taeyong tak mau menjadi bahan amukan dan segala macam tuduhan jika itu sampai terjadi.
"Taeyong! Aku membutuhkan besi di sini!"
Seruan itu lantas menyadarkannya dari lamunan. Ia menoleh dan balas berteriak. "Akan kuantar!"
* * *
"Hoi!"
Minhyung tersentak saat merasakan pukulan di bahunya. Serta-merta, ia menolehkan kepala, pun menemukan sosok mungil Donghyuck di hadapannya. Bocah itu masih mengenakan seragam sekolah sebagaimana pertemuan pertama mereka, lengkap dengan tas punggung serta sepatu. Minhyung lantas mengerutkan dahi, lalu menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri.
"Oho! Kau membolos lagi, Bocah!"
"Apa yang Anda lakukan di sini, 'Pak Polisi'?" Donghyuck menampilkan senyum menyebalkan, sukses membuat Minhyung mendengus, antara kesal dan gemas. Bocah itu tengah menyindirnya.
"Jangan mengejekku! Aku mengenakan seragam polisi, jadi aku benar-benar polisi, bukan 'polisi'." Minhyung menirukan cara bicara Donghyuck yang penuh penekanan pada kata 'polisi' terakhir, seolah-olah mengejek.
Donghyuck mendengus dan mencibir. "Bisa jadi itu baju curian," gumamnya.
"Apa?!"
Bocah itu tak lagi membalas, lantas menatap sekeliling, memperhatikan apa yang tengah Minhyung awasi di tempat itu. "Apa yang kau lakukan di sini, Pak? Memungut sampah? Kau petugas kebersihan atau polisi, sih?"
Donghyuck langsung meringis merasakan jitakan di kepalanya. Tentu saja berasal dari Minhyung.
"Sembarangan! Aku sedang melakukan penyelidikan. Kau diam, atau kuusir paksa."
Donghyuck hanya mengerucutkan bibir sembari mengusap-usap kepala yang semula menjadi sasaran beringas seorang Minhyung. Akhirnya, ia memilih untuk bungkam dan memperhatikan kegiatan pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Skizofrenia [Bahasa]
Fiksi PenggemarSemula, Lee Taeyong dengan bangga menganggap bahwa ia adalah orang tua yang tepat. Semula, ia juga menganggap bahwa dirinya adalah sosok ayah terbaik yang pernah ada. Ia yakin bahwa Jisung, bocah laki-laki berusia 6 itu, adalah anak paling beruntung...