Sebelum membaca, jangan lupa vote dan komen yang banyak, ya :)
***
Satu putaran, Kiara berhasil melewatinya tanpa rintangan. Dua putaran, Kiara masih sanggup melakukannya dengan senyuman. Bahkan sesekali melirik Danu yang kebingungan memandanginya dari pinggir lapangan. Alih-alih merasa malu, Kiara justru melambaikan tangan dengan ceria ke arah kekasihnya.Putaran ketiga, kecepatan berlari Kiara mulai melemah. Keringat mulai bercucuran di kening dan pelipisnya, mengalir sepanjang leher jenjangnya dan membuat basah pakaian dalamnya. Jika sudah tak sanggup berlari, dia berjalan cepat. Setelah napasnya mulai teratur, dia kembali berlari. Dia tidak akan berhenti sebelum lima putaran. Kiara sudah bertekad akan membuktikan pada Gamma bahwa berlari lima putaran mengelilingi lapangan sekolah bukanlah hal sulit.
Kiara berhasil menyelesaikan putaran keempatnya dengan berhenti sejenak, membungkuk sambil menyentuh kedua lututnya. Dadanya sesak seperti kehabisan napas. Dalam hati, dia tak berhenti mengumpat. Pasalnya, Kiara sangat membenci olahraga yang namanya lari. Selain melelahkan, rasanya Kiara pengin pingsan sekarang juga. Hingga akhirnya dia ingat apa tujuannya. Semua dia lakukan demi Danu, demi ketentraman hubungan dan demi jarak yang tidak lagi terbentang antara Kiara dan Danu.
Memasuki putaran kelima, tenaga Kiara semakin menipis. Dia berlari dengan kaki yang terseret-seret, seperti ada beban berat yang menahan langkahnya. Semangat, Kiara! Sedikit lagi, batinnya menyemangati diri sendiri. Dengan tersengal-sengal dan pandangan berkunang-kunang, dia terus berusaha menyelesaikan perintah Gamma. Sedikit lagi, Kiara yakin berhasil menyelesaikan putaran kelimanya.
"Ra!" Tiba-tiba Danu sudah berada di sebelah Kiara, menemani gadis itu berlari. Kiara sempat menoleh sebentar, melempar senyum tanpa berniat untuk berhenti.
"Kamu ngapain, sih?" Danu bertanya lagi sebab Kiara tak kunjung berkata apa-apa.
Mendengar pertanyaan Danu, Kiara mendelik sebal. "Menurut kamu, aku lagi ngapain?"
"Lari, sih."
"Itu kamu tahu! Kenapa ... pake nanya, sih?" sungut Kiara. Napasnya sudah mirip seperti orang sedang di antara hidup dan mati begini, bisa-bisanya Danu menanyakan hal tidak penting seperti tadi.
Cukup! Istirahat sebentar! Oksigen, mana oksigen? Astaga! jerit Kiara dalam hati. Dia berdiri dengan dua tangan di pinggang. Kedua matanya terpejam, wajahnya menengadah, susah payah menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
Danu ikut berhenti. "Bukan itu maksud pertanyaan aku, Ra."
Kiara menoleh. "Ngobrolnya ... nanti dulu, Dan. Aku ... lari dulu," jawabnya di antara helaan napas yang megap-megap.
"Ra, berhenti dulu bisa, kan?" Danu menahan lengan Kiara saat gadis itu hendak kembali berlari.
Kiara menggeleng. Dia juga menepis tangan Danu sambil lanjut berlari. "Nggak bisa. Sedikit ... lagi, aku selesai ... lima pu-" Kiara memejamkan mata sambil menarik napas dalam-dalam, lalu menyelesaikan kalimatnya, "-taran!"
Danu meringis menatap Kiara. Berhubung gadis itu tidak juga mau berhenti, terpaksa dia harus ikut berlari lagi. Padahal tadi saat latihan fisik, dia sudah berlari mengelilingi lapangan lebih dari tujuh putaran. Masih tambah push up dan sit up pula. Hari ini, mengapa terasa begitu melelahkan bagi Danu sampai dia harus berlari lagi mengikuti Kiara?
"Ra, sejak kapan kamu suka lari?"
Duh, bawel banget, sih, Danu! Bisa nggak, sih, dia ngajak ngobrolnya nanti saja? Gue diam saja sudah sesak napas, apalagi lari sambil ngobrol? sewot Kiara dalam hati.
"Ra!" panggil Danu lagi.
Kiara berdecak sebal. Danu terus menuntut sebuah jawaban. "Sejak hari ini!" Semoga jawaban Kiara berhasil membuat Danu berhenti penasaran dan tidak lagi melempar pertanyaan lain padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum 3078 MDPL
Teen Fiction[OPEN PRE ORDER 02-22 FEBRUARI 2021] Bagi Kiara, pacaran dengan Danu adalah prioritas. Ke mana Danu pergi, Kiara akan berusaha selalu berada dekat pacarnya. Kiara pun rela dan nekat bergabung jadi anggota ANCALA, ekskul pencinta alam di sekolah yang...