Bedtime Story 6

10 4 0
                                    

Aku dan Samudera

Aku belum pernah menyukai seseorang sedalam apa yang orang-orang rasakan. Mungkin karena lelaki sekitarku tak menarik, membosankan, atau bukan tipeku. Entahlah. Aku tak tahu apa rasanya jemari saling menjalin, jejak yang bersebelahan, atau tersenyum tanpa arti. Tapi terkadang, aku penasaran bagaimana rasanya. Mungkin bukan saatnya aku merasakan apa itu jatuh cinta, sampai aku tak sengaja mengenalnya. Panggil ia Samudera.

Pandangan pertamaku tentang Samudera... Manis, senyumnya lucu, bahkan wajahnya buat rindu. Kupikir bukan ide buruk untuk berbincang dengannya, jadi kukirim pesan singkat, "Hai." Di luar dugaan, Samudera menjawab dengan cepat, "Hai juga, apa kabarmu?"

Apa kalian tahu rasa bahagia yang berlebih hanya dengan pesan singkat dari seseorang? Aku terlalu senang dan percakapan kami mengalir begitu saja. Berhari-hari kulalui dengan senyum dan nama Samudera yang mengiringi. Aku bahkan sempat dikira gila.

Apa ini rasanya jatuh cinta? Semudah ini? Sesederhana ini? Sepertinya aku menikmati jatuh cinta pada Samudera kalau begini rasanya.

Tapi, apa yang Samudera rasakan padaku? Ia juga berbincang dengan gadis lain dan bercanda bersama, apa dia lakukan itu pada semua perempuan?

Aku terlalu takut, sampai tak kusadari aku malah menjauhi Samudera. Aku berusaha membuka hati untuk lelaki lain, sebut saja mereka pelarian.

Banyak nama yang berani mengukir namanya sendiri di hatiku. Seperti sudah direncakanan, mereka datang dan pergi dengan teratur, dengan lancang berikan memori dan luka. Semua orang kebanyakan hanya berlalu-lalang.

Datang, beri kenangan, lalu pergi, lupa jalan kembali.

Seperti kala itu, aku ditinggal oleh lelaki gila yang egois, ini jalan cerita yang sama untuk kesekian kalinya dalam drama romansaku. Tiba-tiba aku teringat tentang dia. Samudera, si cinta pertama.

Ketika aku jatuh atau patah hati, entah mengapa otomatis aku bandingkan semua lelaki gila itu dengan Samudera. Samudera selalu ada di sana, di pojok ruang hatiku itu. Lancang.

Samudera bukan cerita terindahku, ia juga bukan tangis tersakitku. Ceritaku dan Samudera tidak panjang, aku dan dia bahkan tak menjadi kita. Tak kusadari, dia tak pernah lepas namanya dari hati barang sehuruf pun. Kupikir, dia tak pernah kulupa karena dia cinta pertamaku.

Aku percaya cinta pertama selalu memiliki tempat di hati. Sebesar apapun usahamu untuk melupakannya, dia akan tetap hadir di pojok ruang hatimu.

Apa cinta pertamamu indah? Masih ingatkah kamu dengan dia, si penerobos hati pertama?

ditulis pada 14 Juli 2018

Bedtime StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang