Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Amazing grace how sweet the sound, That saved a wretch like me, I once lost but now I'm found,Was blind but now I see~"
Byungchan namanya, tengah duduk di tepi danau belakang gereja. Bibirnya bergerak-gerak ikut melantunkan nyanyian rohani dari dalam bangunan megah itu.
"It was grace that taught my heart to fear, And grace my fears relieved, How precious did that grace appear, The hour I first believed~"
Matanya terpejam, senyum kecil bermain di bibirnya. Hatinya menghangat dengan perasaan ringan yang familiar.
"Through many dangers, toils and snares, I have already come, This grace has brought me safe thus far, And grace will lead me home~"
Byungchan menghela nafas waktu lagu itu berakhir. Lonceng gereja berbunyi tanda waktu sudah memasuki tengah hari. Ia berdiri dari duduknya, bersiap melangkah pulang.
Dalam hati sedikit miris dengan dirinya sendiri. Byungchan mendambakan peluk kasih tuhan, sangat. Ia rindu menatap patung bunda dari dalam gereja. Rindu memakai kalung rosario miliknya.
Tapi apalah daya, Byungchan terlalu hitam untuk memasuki tempat suci itu. Ada benang merah yang melilit jiwanya, aura dosa jelas menyelimuti tubuh pemuda itu.
Ia akan terbakar bila air suci menyentuhnya.
Orang selalu berkata.
"Jika manusia bersekutu dengan iblis dan menghianati tuhanya, hidupnya akan seburuk burung Corvus."
Byungchan diam-diam membenarkan ucapan itu, mengingat kedua orang tuanya mati mengenaskan dalam sebuah ritual setan, dengan jiwa yang jelas terbawa oleh kegelapan dan berakhir menjadi bahan bakar dari sang api neraka.
Sayangnya, dia juga akan mengalami hal yang sama.
Byungchan mengeratkan mantelnya, angin dingin bulan desember menerpa wajah manis pemuda itu, menggerakan helai seputih salju yang ia miliki.
"Aku pulang..." gumamnya entah pada siapa. Saat tanganya terangkat membuka pintu kayu dari sebuah rumah agak lapuk, di pinggiran kota.
"Apakah aku begitu remeh dimatamu, manusia fana?" suara seringan bulu zamrud itu seakan menusuk gendang telinga Byungchan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
