• Magnolia •

346 39 5
                                    

[ DON'T FORGET TO SUPPORT US! ]

HAPPY READING!

••• ••• •••

••• ••• •••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"....pembantaian di kediaman jaksa agung."

Sang pemimpin menatap tajam semua nggotanya di ruang rapat itu, aura mencengkam jelas terasa seiring dengan wajah pimpinan utama mereka yang mengeras.

"Sudah ku bilang, perketat penjagaan di rumah dinas para tetinggi." ia berujar dingin, "tidakah kalian sedikit barely enough untuk berada di tempat ini."

"Maaf sir Hades." salah satu detektif polisi angkat bicara, "tapi pembunuhanya terlalu rapi, kami bahkan tidak menemukan sidik jari atau bukti apapun yang mengarah pada pelaku." ia memandang Seungwoo takut-takut, "saat ini prioritas utama kami adalah mencegah jatuhnya korban tambahan.

Hades—nick name sang jendral polisi, Han Seungwoo. Mengangkat alis tinggi, "well, bagaimana cara kalian mencegah jatuhnya korban tambahan?" pertanyaan itu membuat para anggotanya mengatupkan bibir, menunduk malu. "kalian bahkan sudah tau lingkaran korban—para parlemen pemerintah. Tapi tetap tidak ada progresif."

Seungwoo menjeda ucapanya hanya untuk sekedar berdecih, "pola pembunuhan sama, dengan korban di lingkaran yang sama. Itu berarti otak dalam pembunuhan berantai ini hanya satu orang." ia kembali menatap tajam, "tidak mungkin kan satu teroris gila, dapat mengecoh para polisi terlatih seperti kalian?"

Kesepuluh orang dalam ruangan itu kompak meneguk ludah, mengangguk kecil dengan hormat saat sang pemimpin mengakhiri rapat dan keluar dari ruang sidang.

.

[ Magnolia ]

.

Seungwoo memijat dahi di meja kerjanya, memandangi beberapa lembar foto korban, yang sialnya sudah tak memiliki bentuk seperti manusi utuh lagi.

Sobekan di bibir, torso yang hampir keluar dari tempatnya, jari terpotong dan kepala tak berbentuk.

Ia meringis dengan raut berbelas kasih yang kentara.

"Bagaimana menurutmu?"

Salah satu sahabat Seungwoo—Jinhyuk, sang ahli forensik. Mengangkat alis bertanya.

Seungwoo mengidikan bahu, tak memberikan jawaban Verbal. "ku rasa ada seonggok manusia, yang menyimpan lumpur hitam pada keadilan di negara ini." ia mendengus, "mengingat semua korbanya berasal dari lingkaran kejaksaan."

Jinhyuk terbahak, "bukan rahasia umum lagi, kan."

Seungwoo mengangguk, mulai menyulut cerutu miliknya—yang sumpah demi tuhan membuat Jinhyuk mengumpat, menyaksikan selera rokok kuno sang sahabat.

MELLIFLUOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang