-29- : Almost to Our End

64 2 0
                                    

Chelsea berusaha keras mengingat apa yang terjadi semalam setelah makan malamnya dengan Dion. Namun, itu sia-sia. Tak ada yang Chelsea ingat selain makan malam, ya hanya makan malam.

Tak ada yang bisa ia lakukan selain terisak. Di pikirannya sudah berlalu-lalang berbagai kemungkinan hal-hal buruk yang bisa saja terjadi semalam, antara dirinya dan Dion.

Suara isakan Chelsea pun mengusik tidur Dion. Dion terbangun. Ia menatap Chelsea kesayangannya yang kini terlihat begitu hancur. Dion tak tahan untuk tak mendekat. Ia meraih bahu Chelsea, ingin mendekap Chelsea dari belakang.

"Hey, kamu kenapa sayang?"

Seketika Chelsea melepaskan sentuhan Dion dengan kasar.

"LEPAS OM!"

"Chels--"

"Apa yang udah terjadi semalem? Kenapa kita ada di sini Om? Jawab Om Dion! ADA APA??"

"Sssttt! Kamu tenang dulu sayang. Apa kamu bener-bener gak inget apa pun soal semalem? Hm?"

"Saya cuma tau semalem saya makan malem sama Om. Setelah itu--setelah itu--ahh saya gak tau lagi."

"Chelsea--"

"Om jawab! Tolong jawab Om! Apa yang terjadi?"

"Jadi kamu memang gak inget apa pun, sayang! Menurut kamu apa yang udah terjadi? Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?"

"OM DION!! Saya tanya ke Om karena saya gak tau apa-apa. Jangan balik tanya ke saya Om!"

"Saya yakin, Chels. Pikiran kamu sekarang ini udah cukup buat wakilin jawaban saya."

"Gak.. Gak mungkin! Itu gak mungkin."

"Chelsea sayang, apa saya juga harus jelasin secara detail bagaimana malem indah kita itu, sayang? Hm?"

"Gak Om. GAK!! GAK MUNGKIN!"

"Maaf sayang, tapi itu udah terjadi. Malem itu akan jadi malem yang gak akan pernah saya lupain. Lagipula kita semalem sama-sama nikmatin itu, sayang. Malem kita--"

"CUKUP OM!! OM DION KENAPA SETEGA ITU? OM JAHAT! Ini--" Chelsea kembali terisak. "Ini pasti rencana Om. Om sengaja ajak saya makan malem dan Om jebak saya di sini. Om keterlaluan! Om Dion laki-laki paling brengsek yang pernah saya kenal."

"Sayang.. Udahlah! Sekarang apa mau kamu? Kalo memang udah terjadi, ya udah. Kita gak bisa puter waktu lagi, sayang. Maaf kalo kamu gak suka cara saya. Tapi sejak awal saya udah ingatkan kamu. Kamu sendiri yang paksa saya begini. Kalo dari awal kamu bisa buat semua lebih mudah, mungkin ini gak perlu terjadi."

"SAYA BENCI SAMA OM! SAYA BENCI!!"

"Ssssttt! Chels, tenang sayang! Ini gak seburuk anggapan kamu. Saya begini karena saya cinta sama kamu. Saya cuma mau milikin kamu. I want you, only you." Dion berusaha mendekap Chelsea lagi.

"Lepasin saya Om! Jangan sentuh saya!"

"Saya bahkan udah sentuh semuanya semalem, sayang. Hey, cukup! Udah Chels. Terima aja apa yang udah terjadi. Saya gak akan ke manapun. Apa pun yang terjadi nanti, saya pasti tanggung jawab, sayang."

Chelsea terus menangis dan meronta dalam pelukan Dion. Ia memukuli dada Dion yang tak terbalut pakaian dengan tenaganya yang masih tersisa. Chelsea hanya ingin menumpahkan segala kekesalan yang ia rasakan.

Pukulan Chelsea memang tak berasa apa-apa bagi Dion. Namun, justru hati Dion yang cukup pedih karena melihat kesedihan Chelsea.

"Chels.. Sayang, udah cukup ya! Kamu boleh pukul saya, maki saya sepuas kamu. Tapi kamu tetep gak akan pernah bisa ubah faktanya kalo kamu udah jadi milik saya seutuhnya, sayang."

CHELSEA VS DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang