Vierzehn

540 85 51
                                    

"Depression to 'just be happy', Anxiety to 'just stop worrying', selfharm issues to 'just stop cutting', insomnia to 'just go to sleep', Anorexia to 'just to eat', Bulimia to 'just keep it in, Problem to just get over with it."  Dev menghela napas lelah dan menyorot malang pada gadis yang duduk di sampingnya. "That's not how it's works, Sara."

"Selfharm its like a drug for me. Its make me feel ectasy for some moment and i adore it, Kak."

Dev mengangguk mengerti. Dia sadar dengan apa yang Sara rasakan karena Ralaya juga pasti selalu merasakan hal ini saat dia sedang candu-candunya selfharm.

Itu tampak mengerikan bagi orang lain yang melihat tapi bagi seseorang seperti Ralaya dan Sara, itu adalah salah satu 'escape'.

"Sorry tapi sejujurnya gue gak setuju sama omongan lo itu," ucap Dev dengan tegas. "Lo harus nyari escape yang lain. Yang lebih baik."

Gadis itu mengangguk pelan lalu mendongak menatap Dev lamat-lamat.

Sara selalu saja dibuat tersentuh oleh semua kata yang di ucapkan Dev. Kakak tingkatnya itu bahkan tidak men-judge Sara sama sekali dan malah memberikan masukan padanya.

Dev sangat peduli padanya, kan?

"Kalo kak Dev lagi down, escape kayak gimana yang selalu kakak lakuin biar jadi lebih baik?"

"Gue cuma butuh Ralaya dan semuanya bakal baik-baik aja," ucapnya pada Sara dan tanpa sadar mengulas satu senyuman penuh kelegaan dan rasa syukur. "She's always cured my sadness."

Diam-diam Sara mendengus kesal. "Sehebat itu kah?"

"Iya, dia memang sehebat itu," ucap Dev dengan yakin. "Lo bisa coba temenan sama dia kalo lo mau. Mungkin juga lo bakal dikenalin sama temen-temen dia yang lain. Dia cukup pintar ngejalin pertemanan."

Sara langsung tergagap begitu pandangannya dan Dev bertemu, terlebih cowok itu tiba-tiba menyuruhnya agar berteman dengan Ralaya.

Lagi pula rasanya tak mungkin juga dia berteman dengan Ralaya—setidaknya untuk saat ini.

Sara berdehem pelan. "Ngomong-ngomong Ralaya, aku baru tau kalo dia itu tunangan kak Dev."

"Ah iya, gue belum sempet cerita ya," ucap Dev sambil terkekeh pelan. "Heem kita udah tunangan."

"Don't you think it's too early to commit in serious relationship? Ralaya seumuran sama aku, kan? Terlebih karena Ralaya pinter bergaul sama orang, dia pasti masih suka ngelakuin hal baru dan dekat sana-sini."

"Too early?" ulang Dev sambil mengernyitkan dahinya serius. "Gue rasa engga. Kita berdua udah sama-sama yakin dan apa lo lupa fakta kalo apartemen gue sebelahan sama dia? Gue bahkan bisa mantau dia 24 jam."

Gadis itu terdiam sejenak. "Kalian udah banyak banget habisin waktu sama-sama dong, ya?"

"Hm."

"Gak bosen, Kak?"

Pertanyaan Sara sukses menyulut rasa tak nyaman di hati Dev. "Maksud lo?"

"Ya gitu, kakak kan udah kenal dan deket sama Ralaya bertahun-tahun. Apa gak bosan?"

Cowok itu menggelengkan kepalanya. "Gue udah terlalu jatuh sama dia jadi mana mungkin gue bosan?"

Diam-diam Sara menyeringai licik. "Ah gitu, ya."

•••

"Sayang, gue mau selingkuh dulu dari lo gapapa, ya?" tanya Bara pada Ralaya dengan santainya.

[II] With Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang